Kemensos Jamin Kebutuhan Pengungsi Selama Tiga Bulan
Oleh
DIMAS WARADITYA/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Sosial Idrus Marham memastikan kebutuhan dasar korban terdampak bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, tercukupi. Meski banyak aktivitas warga terhenti akibat gempa, pemerintah menjamin kebutuhan hidup seluruh warga terdampak selama tiga bulan.
”Setiap jiwa diberikan Rp 10.000. Kalau ada 10 orang dalam keluarga, Kementerian Sosial akan salurkan Rp 100.000 per hari untuk menyubsidi kebutuhan mereka selama tiga bulan ke depan,” kata Idrus di sela-sela Rapat Koordinasi Penyaluran Bantuan Sosial di Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Jumlah bantuan uang tunai yang disalurkan, menurut Idrus, telah sesuai estimasi jumlah bantuan langsung berupa pemenuhan kebutuhan pangan dan pelayanan sosial kepada korban gempa. Penyaluran bantuan ini akan mulai dilakukan pada pekan ini.
Untuk kebutuhan pangan, Kemensos telah berkoordinasi dengan Perum Bulog dan Pemerintah Provinsi NTB untuk menggelontorkan sekitar 100 ton beras ke dapur-dapur umum yang disediakan untuk korban.
”Saya juga sudah bicara dengan Pak Gubernur NTB sehingga bisa keluarkan kewenangan untuk keluarkan beras sekitar 200 ton. Dengan demikian, kami pastikan dapur umum ini bisa diselesaikan,” ujarnya.
Idrus juga memastikan bahwa setiap keluarga dan ahli waris korban meninggal akan diberikan santunan senilai Rp 15 juta per keluarga. Berdasarkan data saat ini, setidaknya ada 143 korban meninggal akibat gempa. Maka, santuan itu dipastikan segera meluncur ke 143 keluarga korban.
Idrus memastikan seluruh dana jaminan hidup dan santunan korban berasal dari anggaran Kemensos. Namun, dia belum bisa mengestimasi berapa total anggaran yang sudah dikeluarkan dan akan disalurkan. ”Tidak ada asumsi karena diperkirakan korban masih akan bertambah,” katanya.
Pihaknya juga akan menyalurkan dana dari Presiden Joko Widodo yang berkomitmen untuk memberikan uang sebesar Rp 10 juta-Rp 15 juta untuk para pemilik bangunan yang rusak karena gempa sesuai dengan tingkat kerusakannya. Sementara untuk layanan sosial, Kemensos telah mendirikan 220 tenda bagi korban gempa. Saat ini, keseluruhan tenda pengungsian mencapai 400 tenda yang sisanya berasal dari kementerian dan lembaga lainnya.
Bangun sekolah
Bantuan juga datang dari Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, yang membuka posko bantuan penggalangan dana untuk perbaikan bangunan sekolah di SDN Obel-Obel 1, Lombok Timur. Bantuan berupa uang melalui posko bantuan Pemkot Surabaya akan dipakai untuk membangun sekolah tersebut.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, posko bantuan Pemkot Surabaya terus dibuka sampai dana yang dibutuhkan benar-benar tercukupi. Hingga saat ini, dana yang terkumpul sekitar Rp 700 juta dan kebutuhan untuk membangun satu sekolah sekitar Rp 800 juta.
Untuk membangun sekolah yang rusak akibat gempa, kata Risma, biaya yang dibutuhkan Rp 837.208.000. Biaya pembangunan sekolah disesuaikan dengan survei yang dilakukan Pemkot Surabaya beberapa waktu lalu. ”Pembangunan sekolah akan digarap oleh tim dari Pemkot Surabaya setelah selesai langsung diserahkan ke pemerintah setempat,” ujarnya.
Sementara itu, Tim Acu Pertama Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga sudah terlibat membantu pasien korban gempa di RSUP Mataram. Tim Acu Pertama sudah ikut membantu melakukan operasi kasus ortopedi atau operasi tulang.
Menurut Christrijogo Sumantono selaku komandan daratan, Tim Acu Pertama membawa banyak dokter ortopedi karena kasus korban gempa identik dengan patah tulang. Di RSUP Mataram, Tim Acu Pertama melakukan perawatan pasien di luar ruangan, yakni di halaman depan dan parkir RSUP karena bangunan rumah sakit sudah goyah terkena gempa pada Minggu (5/8/2018).
Posko yang dibuka di kantor Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya terus menerima kiriman bantuan berupa alat kesehatan dan obat-obatan untuk menunjang proses operasi di lokasi gempa.
”Barang-barang tersebut langsung dikirim melalui udara ke Lombok,” kata Christrijogo sembari menambahkan tim memilih segera ke Lombok karena banyak pasien yang harus dioperasi. RS Terapung Ksatria Airlangga yang sampai sekarang belum berlayar menuju Lombok karena gelombang tinggi. Rumah sakit terapung segera berangkat jika izin berlayar dari syahbandar terbit,” katanya.