Pemerintah Nego Jepang, Komponen Kereta Cepat agar Dominan Buatan Lokal
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengupayakan agar komponen yang dikerjakan di dalam negeri lebih dominan dalam pengerjaan proyek kereta semicepat Jakarta-Surabaya. Pemerintah tengah bernegosiasi dengan Jepang yang terlibat menggarap kereta semicepat Jakarta-Surabaya agar komponen lokal dominan dalam proyek tersebut. Komponen lokal ini bisa berupa gerbong kereta, rel, atau bagian lainnya.
”Peningkatan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) ini untuk mengurangi impor, jadi menghemat devisa. Kedua memberikan lapangan kerja dan meningkatkan mutu industri kita. Dalam situasi seperti ini, ketika neraca pembayaran kita defisit, Presiden mengusulkan semua infrastruktur itu semaksimal mungkin menggunakan komponen dalam negeri,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Permintaan Presiden Joko Widodo ini sempat beberapa kali disampaikan dan terakhir ditegaskan lagi dalam rapat terbatas di Istana Bogor pekan lalu. Saat itu, Presiden mengatakan, peningkatan TKDN di Indonesia masih setengah-setengah kendati pembahasan sudah dilakukan sejak dua setengah tahun ini.
Untuk konstruksi kereta semicepat Jakarta-Surabaya, menurut Kalla, bisa saja pembuatan gerbong dilakukan PT INKA di Madiun atau bagian lain dikerjakan perusahaan lain di Indonesia. Hal ini terus dinegosiasikan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) sementara proyek belum mulai dikerjakan.
Saat ini, proyek konstruksi kereta semicepat Jakarta-Surabaya masih pada persiapan survei detail. Adapun studi kelayakan (feasibility study) dan indikasi biaya sudah rampung. Adapun biaya pembangunan infrastruktur yang dilakukan atas kerja sama Indonesia dengan Jepang ini berkisar Rp 60 triliun.
Selain kereta semicepat, menurut Wapres Kalla, beberapa proyek, seperti pembangunan pembangkit listrik, juga diharapkan menggunakan sebanyak mungkin komponen lokal. Proyek pembangunan infrastruktur seperti ini adalah salah satu yang menggunakan banyak sekali devisa sebab sangat banyak peralatan yang masih harus diimpor.