Pertolongan pada Jemaah Diperkuat
MEKKAH, KOMPAS — Dua pekan jelang masa puncak haji atau wukuf di Arafah, persiapan layanan untuk 204.000 jemaah haji asal Indonesia terus dimatangkan.
Sejumlah aspek menjadi fokus perhatian, seperti perlindungan jemaah, transportasi, serta pergerakan jemaah untuk wukuf dan lontar jumrah.
“Aspek-aspek tersebut sangat krusial di tengah jubelan manusia yang diperkirakan mencapai 3 juta orang dalam satu tempat dan dalam waktu bersamaan,” ujar Kepala Kantor Daerah Kerja Mekkah Endang Jumali di Mekah, Arab Saudi, Selasa (7/8/2018).
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memandang aspek perlindungan jemaah tergolong strategis mengingat berbagai risiko bisa muncul bagi jemaah haji asal Indonesia yang mayoritas (sekitar 70 persen) berusia lanjut. Sebelum menjalani wukuf di Padang Arafah bersama 3 juta- 4 juta jemaah dari berbagai negara, jemaah terlebih dulu menyediakan tenaga ekstra untuk menunaikan tawaf dan sai di Masjidil Haram.
Untuk itu, Tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) yang selama ini berkolaborasi dengan Tim Sektor Khusus (Seksus) di Masjidilharam akan ditambah. Tambahan tenaga berasal dari personel yang selama ini bertugas di Masjid Nabawi Madinah.
Koordinator P3JH Mirwan Yasin mengatakan, total anggota tim P3JH ada 22 orang. Mereka terbagi atas 12 orang bertugas di Masjidil Haram dan 10 orang di Masjid Nabawi. Pada Sabtu (4/8) lalu, 4 personel dari Madinah digeser ke Masjidil Haram. Pada hari Rabu (8/8) ini direncanakan semua personel yang ada di Madinah akan digeser ke Mekkah.
“Penarikan tenaga dari Madinah seiring dengan kian berkurangnya jemaah haji Indonesia yang berada di Madinah,” kata Mirwan.
Seiring kian mengalirnya jemaah dari berbagai negara, aneka persoalan selama ini muncul di tengah kepadatan jemaah di Masjidil Haram. Persoalan tersebut, seperti terpisah dari rombongan serta mengalami persoalan dengan kesehatan akibat kelelahan melakukan rangkaian umrah wajib.
Aspek transportasi untuk kelancaran jemaah untuk bolak-balik pemondokan dan Masjidil Haram juga kerap bermasalah. Tak jarang jemaah tersesat saat keluar dari mesjid menuju terminal bus. Terminal-terminal di Masjidil Haram bernama Syib Amir, Bab Ali, dan Ajyad.
"Tim P3JH juga membantu jemaah haji yang tersesat di Masjidil Haram hingga mengantarkan ke terminal bus sampai dengan ke hotel di mana mereka menginap,” katanya.
Sebelum fase wukuf dan jumrah di Arafah -Muzdalifah-Mina (Armina) pada 20 - 24 Agustus, P3JH saat ini fokus mengevakuasi jamaah di Masjidil Haram. Sebelumnya, Direktur Bina Haji Kementerian Agama, Khoirizi H Dasir mengatakan tim P3JH merupakan unit baru pada 2018 untuk pelayanan haji. Tim ini disiapkan untuk mengisi titik kosong yang selama ini kurang terlayani secara optimal karena keterbatasan personel. Tim ini berisikan unsur dokter, TNI/Polri, dan mahasiswa kedokteran.
Transportasi wukuf
Terkait dengan pergerakan Jemaah dari Mekkah ke Arafah untuk wukuf, telah dibuat skema pengangkutan dengan bus. Waktunya adalah tanggal 8 Zulhijjah dalam tiga tahap yakni, pukul 07.00-12.00, lalu pukul 12.00 sampai 16.00, dan pukul 16.00 sampai selesai.
Untuk angkutan ini, setiap maktab akan dialokasikan sebanyak 21 unit bus. "jemaah Indonesia dilayani oleh 70 maktab, sehingga total bus yang dialokasikan sebanyak 21 dikalikan 70 jadi 1.470," ujar Subhan Cholid, Kepala Bidang Transportasi PPIH.
Adapun untuk rute Arafah -Muzdalifah dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijjah, mulai saat terbenam matahari hingga dini hari. Bus yang akan dialokasikan setiap maktab sebanyak tujuh unit.
Untuk rute Muzdalifah-Mina, dilaksanakan mulai dini hari, tanggal 10 Zulhijjah hingga pukul 07.00. Bus yang dialokasikan lima unit per maktab.
Sedangkan Mina - Mekkah dilaksanakan dalam dua tahap. Yaitu tanggal 12 Zulhijjah, bagi jemaah yang mengambil nafar awwal mulai pukul 07.00 sampai dengan 16.00. Bus yang dialokasikan sebanyak 21 unit per maktab sebagaimana rute Mekah-Arafah.
Tanggal 13 Zulhijjah, untuk jemaah yang mengambil nafar tsani, mulai pukul 07.00 hingga selesai.
Cuaca panas
Suhu di Mekkah hari-hari mencapai 38 derajat Celsius dan pada sore hari mencapai 43 derajat Celsius. Jemaah kembali diingatkan akan bahaya heat stroke.
Heat stroke adalah kondisi yang disebabkan karena suhu tubuh kita meningkat. Keadaan ini biasanya akibat paparan yang terlalu lama atau aktivitas fisik pada suhu tinggi. "Kondisi ini bisa mengancam nyawa. Jemaah diharapkan menggunakan APD yang telah dibagikan," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka.
Agar tidak terjadi kondisi ini, Eka mengingatkan jemaah untuk sering minum dan jangan menunggu haus. Jemaah juga diimbau sering semprotkan air pada bagian kulit yang terbuka seperti muka dan tangan, gunakan payung dan topi saat di luar ruangan.
PPIH juga memandang penting untuk dibuat jadwal pelemparan jumrah, demi kelancaran dan menghindari risiko akibat penumpukan jemaah haji. Merujuk pengaturan pada musim haji tahun lalu, sedang dikonsep waktu yang dilarang bagi jamaah haji Indonesia untuk melontar jumrah, yakni pada tanggal 10 Zulhijjah, larangan melontar jamarat dari pukul 06.00 – 10.30 waktu setempat. Lalu pada tanggal 11 Zulhijjah pukul 14.00 – 18.00 WAS. Tanggal 12 Zulhijjah pukul 10.30 – 14.00.
Hingga hari ke-23 masa pemberangkatan jemaah ke dari Tanah Air, Tanah Suci, jumlah jemaah yang tiba di Tanah Suci (Madinah dan Mekkah) sudah mencapai 134.214 orang, terbagi dalam 334 kelompok terbang. Total jemaah reguler asal Indonesia 204.000. Mereka ini ditangani oleh pemerintah. Di samping itu terdapat 17.000 jemaah haji khusus yang ditangani oleh swasta. Seluruh jemaah sudah harus berada di Mekkah pada 15 Agustus atau lima hari jelang masa wukuf. (NAR)