Dag-dig-dug Menunggu Jadi Tidaknya Sandiaga Jadi Cawapres
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·3 menit baca
Kabar soal Sandiaga Uno yang akan maju sebagai calon wakil presiden bersama Prabowo Subianto sudah terdengar di kalangan wartawan di Balai Kota DKI Jakarta sejak awal pekan ini. Kabar itu menguat tiga hari terakhir dan memuncak sepanjang Kamis (9/8/2018) sebelum deklarasi calon presiden dan wakil presiden.
Orang-orang dekat Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang dulu juga menyertai saat Pilkada DKI Jakarta mulai sering terlihat di Balai Kota DKI. Awalnya, mereka hanya mengatakan datang karena dipanggil untuk membantu Sandiaga di Balai Kota. Sepekan terakhir, orang dekat itu mulai membicarakan kemungkinan pencalonan Sandiaga semakin besar.
Sepanjang Kamis, Balai Kota DKI Jakarta terlihat lebih ramai dari biasanya. Rombongan wartawan bertambah banyak daripada yang biasanya bertugas di sana.
Mereka berusaha mengekor setiap kali Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atau Sandiaga keluar dari ruangannya. Tamu-tamu yang dekat dengan dunia politik pun terlihat berdatangan, menambah meningkatnya keingintahuan apa yang sedang terjadi.
Sebut saja adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo; anggota DPRD DKI Jakarta yang cukup terkenal Abraham Lunggana atau Haji Lulung; dan M Taufik yang juga Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra bersama sejumlah petinggi Partai Gerindra DPD DKI Jakarta.
Menjelang sore, terlihat konsultan politik Eep Saefulloh Fatah yang dekat dengan Anies semasa pilkada. Eep datang bersama istrinya, Sandrina Malakiano, dan langsung masuk ke ruangan Anies. Ia mengatakan hanya datang untuk menyapa Gubernur DKI Jakarta itu.
Sepanjang hari itu, kabar yang beredar adalah Sandiaga akan mundur dari posisinya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta terkait pemilu. Siang hari, Sandiaga terlihat masuk ke ruangan Anies selama sekitar 15 menit.
Namun, hingga siang, setelah dikuntit rombongan wartawan keluar dari ruangan Anies hingga menunaikan shalat Dzuhur di Masjid Balai Kota, Sandiaga tetap tak menjawab beragam spekulasi yang beredar.
”Sampai siang hari ini saya masih bertugas di Balai Kota DKI Jakarta. Nanti, kalau ada kabar terbaru, kawan-kawan media yang paling dahulu tahu,” katanya sebelum akhirnya tak terlihat lagi di depan wartawan di Balai Kota DKI Jakarta.
Sementara Anies, yang berhasil dikejar wartawan untuk wawancara setelah menghadiri pencatatan pernikahan bagi umat Nasrani warga DKI Jakarta, memilih tak banyak berkomentar. Ia hanya menyatakan hal tersebut sudah dibicarakan bersama wakilnya itu.
Termasuk saat ditanya siapa nantinya akan mengisi kursi Wakil Gubernur DKI Jaya apabila jadi ditinggalkan. ”Sampai semuanya final dulu baru kita bicarakan. Kan, belum final semua,” lanjutnya.
Kursi wakil gubernur
Hanya Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M Taufik yang bersedia bercerita cukup banyak terkait kesibukannya siang itu setelah beberapa jam berada di ruangan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Balai Kota.
”Saya ketemu Sandiaga, menyiapkan deklarasi. Kalau nanti jadi. Saya tidak ikut ketemu Pak Gubernur,” katanya.
Taufik menyebutkan, saat kursi wakil gubernur DKI Jakarta kosong, mekanisme pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Partai pengusung pasangan kepala daerah terpilih, dalam hal ini Partai Gerindra dan Partai Kesejahteraan Sejahtera (PKS), berhak mengajukan calon pengganti. Nantinya dua calon pengganti itu harus dipilih oleh DPRD DKI Jakarta melalui pemungutan suara.
Saat ini, kursi Partai Gerindra di DPRD DKI Jakarta berjumlah 15 kursi, sedangkan PKS berjumlah 11 kursi. Namun, pemilihan suara ini tak akan sederhana, tergantung dari jumlah kursi di Dewan.
Spekulasi terus berkembang hingga malam ini. Apalagi setelah kubu ”sebelah” resmi menetapkan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai calon presiden dan calon wakil presiden di 2019. Publik pun masih dag-dig-dug menunggu kepastian nasib Sandiaga dan deklarasi resmi dari kubu Prabowo.