JAKARTA, KOMPAS - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di kediaman Yudhoyono, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/8/2018) pagi. Konsolidasi antara partai calon pendukung Prabowo terus dilakukan sehari sebelum penutupan pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden ke KPU
Ketua Divisi Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan, agenda pertemuan antara Yudhoyono dan Prabowo adalah dalam koridor menjaga koalisi tetap bersatu. "Agar koalisi tetap bersatu dan berjalan hingga besok mendaftarkan pasangan capres-cawapresnya," kata Ferdinand,
Prabowo tiba di kediaman Yudhoyono pukul 09.54 WIB. Petinggi Gerindra yang tampak juga mendampingi Ketua Umum Parta Gerindra tersebut adalah Sekjen Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Fadli Zon, dan Anggota Dewan Pembina Fuad Bawazier.
Pertemuan antara petinggi Partai Gerindra dan Demokrat ini berlangsung selama sekitar 40 menit. Prabowo meninggalkan kediaman Yudhoyono pada pukul 10.25 WIB.
Pertemuan antara Prabowo dan Yudhoyono ini diperkirakan untuk membahas nama cawapres pendamping Prabowo. Selain nama anak sulung Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, belakangan terdengar nama Sandiaga Uno, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Nama Sandiaga semakin santer disebut saat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menyebut Prabowo Subianto sebagai "Jenderal Kardus" melalui cuitan di situs media sosial Twitter pada Rabu (8/8/2018) malam.
Andi mengklaim Wakil Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno membayar sejumlah uang kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) agar dapat diterima menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto.
"Jenderal Kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu Ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. Belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi Uno untuk meng-entertain PAN dan PKS. Partai Demokrat tidak alami kecocokan, karena Prabowo dalam menentukan cawapresnya dengan menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN. Ini bukan DNA kami," tulis Andi dalam cuitannya pada Rabu malam. (MELATI MEWANGI)