Ilmuwan Berhasil Simulasikan Pembentukan Sel Kanker pada Hewan Hidup
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Bagaimana sel kanker terbentuk ternyata berdasarkan hipotesis yang sudah berusia seabad. Kini, ilmuwan di Amerika Serikat berhasil menyimulasikan hipotesis tersebut pada tikus percobaan hidup. Sesuai hipotesis, sel kanker tersebut berkembang dari sel normal yang menjadi sel hibrida.
Penelitian berjudul ”Hibrida Sel Tumor Payudara Terbentuk secara Spontan pada Hewan Hidup dan Berkontribusi pada Metastasis Tumor Payudara” itu dimuat dalam jurnal APL Bioengineering edisi 7 Agustus 2018 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com. Penelitian dilakukan tim Universitas Minnesota, AS, di antaranya Casey A Chitwood, Claire Dietzsch, dan Brenda M Ogle.
Metastasis, atau pembentukan tumor sekunder, adalah penyumbang utama untuk sebagian besar kematian karena kanker. Hampir 100 tahun yang lalu, satu teori menyatakan bahwa beberapa sel metastasis secara spontan menyebabkan tumor sekunder dengan menggabungkan materi seluler mereka dengan sel-sel biasa dan membentuk kembali ekspresi gen mereka yang tidak sesuai.
Hanya dalam beberapa tahun terakhir, teknologi sekuensing dan molekul reporter cukup maju untuk mengatasi masalah ini. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Ogle dan rekan-rekannya membiakkan sel-sel sehat dan sel-sel tumor yang secara spontan menyatu membentuk sel hibrida.
Menggunakan teknik yang disebut RNA-seq, kelompok itu mengambil cuplikan molekuler dari ekspresi gen dari masing-masing sel hibrida yang menyatu. Sel hibrida yang terbentuk itu diketahui berfungsi untuk mengekspresikan gen dari kedua sel yang sehat dan sel tumor.
Kelompok peneliti ini kemudian merekayasa tikus percobaan yang menghasilkan enzim yang disebut luciferase ketika sel hibrida hadir. Ini memungkinkan tim melacak pembentukan sel hibrida pada hewan hidup untuk pertama kali. Daripada menggunakan pencitraan makroskopik bioluminesensi, yang tidak memiliki kepekaan untuk mendeteksi sel-sel yang tersebar di spesimen, mereka mengembangkan teknik yang dijahit bersama ratusan gambar mikroskopis untuk mendeteksi luciferase.
Lokasi di mana tikus menampakkan luciferase menyala menunjukkan bahwa sel hibrida terbentuk secara spontan dalam tubuh tikus atau in vivo. Metastasis menunjukkan proporsi sel hibrida yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan tumor primer.
”Ketika sel hibrida terbentuk, sitoplasma dan bahan inti dari dua sel dipaksa mengatur ulang menjadi satu sel. Beberapa sel itu bisa tiba-tiba menjadi aktif dan mulai berproliferasi dan bergerak lebih aktif daripada sel induknya,” kata Ogle.
Ogle berharap temuan mereka akan mengarah pada penelitian lebih lanjut tentang bagaimana sel hibrida terbentuk karena pengembangan obat untuk menghambat pembentukan sel hibrida dapat mencegah penyebaran metastasis.
”Komunitas riset mengakui bahwa heterogenitas dapat membuat tumor sangat sulit diobati. Alih-alih menciptakan banyak terapi yang berbeda untuk menargetkan jenis sel tumor yang berbeda, mungkin untuk memadamkan heterogenitas pada sumbernya dengan membatasi pembentukan hibrida pada tumor,” kata Ogle.
Sebelumnya, tim peneliti global dari AS, Swiss, Jerman, dan Inggris telah mengevaluasi kumpulan data genetika terbesar dalam pengobatan kanker yang dibukukan dalam Atlas Genome Kanker di Amerika Serikat. Atlas berisi informasi genetik pada sel-sel tumor dari beberapa ribu pasien kanker dan 33 jenis kanker pada tingkat DNA dan RNA.
Penelitian berjudul ”Analisis Komprehensif Penyambungan Alternatif di Tumor dari 8.705 Pasien” itu dimuat dalam jurnal Cancer Cell edisi 2 Agustus 2018 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com.
Salah seorang peneliti dari Universitas Zurich, Swiss, André Kahles, mengemukakan, dalam kanker terjadi perubahan molekuler dan fungsional dalam sel. ”Pada tingkat molekuler, perubahan tidak hanya datang dalam bentuk mutasi DNA individu, yang sudah kita ketahui sejak lama, tetapi juga sebagian besar dalam bentuk berbagai jenis RNA karena kami mampu tampilkan dalam analisis komprehensif kami,” kata André Kahles.