Kesempatan Sekolah di Asia Tenggara dan Eropa Semakin Besar
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN dan Uni Eropa sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan. Melalui program European Union Support to Higher Education in ASEAN Region atau SHARE, kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa ke sejumlah universitas di negara Uni Eropa-ASEAN semakin terbuka.
Melalui pendanaan Uni Eropa, sebanyak 500 beasiswa telah diberikan bagi mahasiswa sarjana untuk belajar di sejumlah universitas yang telah bekerja sama dalam program SHARE. Setidaknya, ada 32 universitas di ASEAN dan 10 universitas di Uni Eropa yang telah bekerja sama.
Di Indonesia, empat universitas yang bekerja sama adalah Universitas Indonesia (Depok), Universitas Diponegoro (Semarang), Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Bina Nusantara (Jakarta).
Sekretaris Jenderal ASEAN, Dato Lim Jock Hoi menyampaikan, beasiswa merupakan salah satu upaya untuk mendidik generasi muda untuk mengetahui perpektif global saat ini. Selain itu, generasi muda juga diharapkan bisa lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
“Terutama tantangan di bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya yang berkaitan dengan ASEAN, Uni Eropa, dan seluruh dunia,” ujarnya dalam pembukaan 1st ASEAN-EU Cooperation and Scholarships Day di Gedung Sekretaria ASEAN, Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Menurutnya, kerja sama ini secara langsung berkontribusi untuk memotivasi pikiran generasi muda untuk bekerja dengan kecerdasan, keyakinan, dan ketenangan. Dengan begitu, sumber daya manusia di ASEAN pun semakin berkualitas sehingga investasi asing terus meningkat. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi regional pun bisa mencapai lima persen di seluruh ASEAN.
Memperluas jaringan relasi
Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Francisco Fontan mengungkapkan, kesempatan mahasiswa untuk belajar di luar negeri semakin terbuka melalui program beasiswa. Manfaat yang didapatkan mahasiswa sebenarnya lebih dari sekadar mendapatkan pendidikan, yaitu bisa belajar bahasa dan budaya negara lain, serta memperluas jaringan relasi di tingkat global.
“Mobilitas mahasiswa untuk mengenal langsung situasi di tingkat global semakin mudah,” katanya.
Selain SHARE, terdapat tambahan skema beasiswa lain yang diberikan, antara lain Mobilitas Internasional untuk Pelajar ASEAN (AIMS), Jaringan Universitas ASEAN (AUN), dan Sistem Kredit Transfer ASEAN (ACTS). Selain itu, Uni Eropa memberikan dukungan bagi mahasiswa ASEAN untuk memanfaatkan peluang belajar di Eropa melalui program Erasmus +. Hingga saat ini, lebih dari 4.000 mahasiswa ASEAN telah mendapatkan beasiswa dari program itu.
Eric Weryanto (21), mahasiwa jurusan International Business Management Universitas Bina Nusantara, Jakarta merupakan salah satu mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari program SHARE. Selama satu semester, ia menjajal pendidikan di University of Warsaw, Polandia.
Menurutnya, pengalaman bisa tinggal dan mengenal lingkungan baru di Polandia lebih bermanfaat bagi kehidupannya di masa depan. “Sistem pendidikan memang sedikit berbeda. Namun, pembelajaran yang lebih berkesan saat belajar di luar negeri itu ketika beradaptasi dengan lingkungan dan suasana yang baru,” ucapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Abiyyu Fahmi Fajri (21), mahasiswa jurusan Sistem Informasi dan Akuntasi Universitas Bina Nusantara. Juni 2018, ia baru saja kembali dari Vietnam dalam program pertukaran pelajar SHARE. Sekali mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri, membuatnya ingin lebih lama belajar dan mengenal negara lain. Dengan mengetahui situasi di negara lain, Ia lebih termotivasi melakukan perubahan baik di Indonesia.
Sementara, bagi Artian Cipta Sani (20), mahasiswa jurusan Teknik Logistik Universitas Pertamina Jakarta yang masih mencari program beasiswa, belajar di luar negeri dinilai bisa memperluas jaringan pertemanan dengan lebih banyak orang. Ia merasa dengan belajar ke luar negeri berarti keluar dari zona nyamannya selama ini.
“Tantangannya pasti berbeda dibanding belajar di dalam negeri. Meskipun bukan berarti universitas di Indonesia tidak baik,” katanya.