JAKARTA, KOMPAS — Kiai Haji Ma’ruf Amin akan mengusung kebijakan yang disebut arus baru ekonomi Indonesia dalam pemerintahan jika terpilih bersama Joko Widodo yang telah memilihnya sebagai calon wakil presiden. Ia percaya, kebijakan ini akan dapat mengatasi kesenjangan sosial.
”Jika nanti terpilih bersama Pak Jokowi, saya akan memberdayakan ekonomi keumatan. Caranya dengan mengusung arus baru ekonomi Indonesia. Selama ini, arus lama ekonomi hanya menguntungkan konglomerat,” kata Ma’ruf, Kamis (9/8/2018) malam.
Jika nanti terpilih bersama Pak Jokowi, saya akan memberdayakan ekonomi keumatan.
Di samping itu, Ma’ruf berjanji akan berjuang membantu menjaga keutuhan bangsa, keamanan, dan kedamaian bangsa. Ia juga berkomitmen membangun akhlak untuk mendukung pembangunan karakter bangsa yang taat pada hukum.
Di samping itu, Ma’ruf mengucapkan syukur atas pemilihannya sebagai wakil presiden bagi Jokowi.
”Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memilih saya sebagai calon wakil presiden Pak Jokowi. Terima kasih juga kepada Cak Imin (Muhaimin Iskandar) yang telah memperjuangkan terpilihnya saya,” kata Ma’ruf.
Muhaimin menyatakan, Ma’ruf merupakan sosok wakil presiden yang tepat bagi Jokowi. ”Duet Jokowi-Kiai Ma’ruf ini merupakan pemerintah nasionalis-religius yang sebenarnya,” kata Muhaimin.
Muhaimin juga mengatakan, Ma’ruf adalah sosok pemersatu PKB ketika terpecah pada 2009. Karena itu, ia mengimbau semua kader PKB sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama untuk mengusahakan pemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf.
Sementara itu, Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar NU Said Aqil Sirodj menyatakan, terpilihnya Ma’ruf sebagai wakil presiden membuktikan teori Samuel Huntington tentang benturan peradaban (clash of civilizations) tidak terbukti di Indonesia. Kebudayaan Indonesia dapat berdampingan dengan Islam dan bahkan membentuk pemerintahan.
”Ini karena ada PKB dan NU. Selama ada PKB dan NU di Indonesia, tidak akan ada benturan kebudayaannya Huntington,” kata Said Aqil.
Ia menambahkan, Ma’ruf akan merepresentasikan Islam wasatiyah di Indonesia yang menunjukkan Islam jalan tengah.
Di samping itu, Said Aqil mengatakan usia Ma’ruf, 74 tahun, tidak menjadi penghalang baginya untuk menjadi wakil presiden. Ia mencontohkan pemimpin-pemimpin negara lain yang lebih tua, seperti Mahathir Mohamad yang menjadi Perdana Menteri Malaysia pada usia 93 tahun. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)