Tidak seperti emosi negatif lainnya, kemarahan akan membuat orang terlalu percaya diri dengan kecerdasan mereka. Penilaian atas kepintaran diri yang berlebihan itu merupakan bagian dari ilusi narsistik. Karena itu, seseorang yang mudah marah alias temperamental, nyatanya tidak sepintar yang mereka pikirkan.
Seseorang yang mudah marah alias temperamental, nyatanya tidak sepintar yang mereka pikirkan.
Hasil itu diperoleh dari studi yang dilakukan psikolog dari Universitas Warsawa, Polandia, Marcin Zajenkowski dan rekan yang diunggah di jurnal Intelligence pada 21 Juli 2018. “Kemarahan sangat berbeda dengan emosi negatif lain, seperti sedih, cemas, atau depresi,” kata Zajenkowski seperti dikutip Livescience, Senin (6/8/2018).
Hubungan antara kemarahan dan sikap yang melebih-lebihkan kepintaran itu diperoleh melalui survei terhadap 520 mahasiswa di Universitas Warsawa. Survei dilakukan untuk mengukur seberapa mudah dan sering mereka marah. Selanjutnya mereka akan menilai kecerdasannya sebelum mengikuti tes kecerdasan yang obyektif.
Survei menunjukkan, responden yang memiliki kecenderungan tinggi untuk marah juga melebih-lebihkan kemampuan kognitifnya. Sebaliknya, responden yang nerotik atau cenderung memiliki masalah gangguan mental, seperti cemas yang tak rasional atau merasa susah yang berlebihan, akan merasa kurang cerdas.
Responden yang memiliki kecenderungan tinggi untuk marah juga melebih-lebihkan kemampuan kognitifnya.
Zajenkowski menambahkan, mereka yang merasa lebih pintar dari sebenarnya itu sering dikaitkan dengan sikap narsistik. Pandangan diri yang berlebihan itulah yang bisa menjelaskan dan jadi faktor kunci yang menjelaskan mengapa seseorang menilai kepintarannya secara berlebihan.
Meskipun riset menunjukkan adanya hubungan antara kemarahan dengan sikap melebih-lebihkan kecerdasan dan narsistik, namun tidak jelas bagaimana hubungan antara keduanya hingga dibutuhkan riset lanjutan. Namun yang pasti, kemarahan tidak terkait dengan kepintaran yang sesungguhnya.