Jakarta, Kompas Negara-negara Asia Tenggara diharapkan mengutamakan sentralitas ASEAN. Saling keterhubungan antarnegara anggota organisasi yang kini berusia 51 tahun itu diharapkan lebih baik.
Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi menyampaikan hal tersebut di kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Rabu (8/8/2018), pada peringatan ulang tahun ke-51 ASEAN. Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara ini didirikan pada 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok yang ditandatangani lima menteri luar negeri asal Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.
Dalam usia 51 tahun ASEAN, diharapkan konektivitas antarnegara ASEAN menjadi lebih baik dan lebih kuat. ASEAN diharapkan juga mengutamakan perdamaian, sentralitas, dan kesejahteraan di kawasan.
”Kita harus menguatkan sentralitas masyarakat kita. Hubungan antarmasyarakat negara-negara ASEAN harus ditingkatkan,” kata Lim Jock Hoi.
Acara ulang tahun ke-51 ASEAN dihadiri Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, serta beberapa pejabat perwakilan dan duta besar negara-negara mitra ASEAN.
Memasuki usia ke-51 tahun, ASEAN tak lepas dari kritik. Hal itu disampaikan Retno. ”Kita sering dikritik terlalu lamban, terlalu berjarak, dan terlalu kabur dalam merespons peristiwa-peristiwa kawasan dan global yang berubah cepat,” kata Retno.
Ia menegaskan, dengan sentralitasnya, ASEAN akan maju lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Pengakuan pada sentralitas ASEAN kembali ditegaskan pada Pertemuan Puncak Asia Timur (EAS) dalam rangkaian Pertemuan Menlu ASEAN di Singapura, pekan lalu.
Era Indo-Pasifik
Sentralitas ASEAN didukung dan diakui banyak negara, termasuk negara-negara mitra wicara ASEAN. Maka, yang paling penting adalah menjaga kesatuan ASEAN itu sendiri.
”Hari ini, dengan makin pentingnya kawasan Indo-Pasifik, ASEAN harus visioner dan antisipatif untuk memastikan kerja sama apa pun di Indo-Pasifik harus inklusif, terbuka, transparan, menghormati hukum internasional,” papar Retno.
”Saya beri gambaran, lima dekade ke depan bakal menjadi era Indo-Pasifik,” katanya. ”Kegagalan kita dalam memainkan peran sentral di sini bakal sangat merugikan.”
Retno mengatakan, negara-negara mitra ASEAN juga mengakui konsep Indo-Pasifik yang ia paparkan di Singapura. Menurut dia, membahas atau mengembangkan satu konsep kerja sama baru seperti Indo-Pasifik memerlukan waktu.
”Bukan bicara masalah satu hari, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun, tetapi setidaknya Indonesia sudah mengedarkan perspektif Indonesia melihat Indo-Pasifik. Kita sudah melakukan konsultasi dengan negara ASEAN,” jelas Retno.
”Konsep ini nantinya akan menjadi konsep ASEAN, dan ASEAN akan menjadi sentral atau pusat diskusi tentang hal ini, dan kita sudah melakukan konsultasi dengan para mitra kita,” kata Retno.
Konsultasi mengenai Indo-Pasifik, menurut Retno, sudah dilakukan sejak tahun lalu. Indonesia menerjunkan tim khusus untuk lobi dan diskusi lebih lanjut mengenai konsep Indo-Pasifik.
”Proses pengayaan terus berjalan. Setiap pihak memiliki perspektif. Ini yang kita tampung. Kekuatan ASEAN adalah kita mampu menyerap banyak sekali masukan. Kita coba jadikan satu. Konsep ASEAN itu bukan menciptakan ancaman bagi yang lain, tetapi justru kita merangkul, mengapitalisasi menjadi kerja sama,” katanya.
Ia menambahkan, Indonesia selalu menjalin komunikasi dengan semua negara ASEAN. Namun, ada beberapa negara yang perlu mendapat penjelasan kembali mengenai konsep Indo-Pasifik tersebut.
Terkait peringatan ulang tahun ke-51 ASEAN, di kantor Sekretariat ASEAN juga digelar diskusi soal kerja sama ASEAN. Selain itu, ada diskusi mengenai bagaimana memberdayakan anak muda ASEAN dan program residensi seniman ASEAN.
Tantangan ASEAN
Pengajar Ilmu Hubungan Internasional pada Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Ayusia Sabitha Kusuma, mengatakan, ada sejumlah persoalan internal ASEAN. Persoalan paling pokok, antara lain, adalah sengketa Laut China Selatan dan pengungsi Rohingya.
Selain itu, ASEAN juga harus menangkal perebutan pengaruh negara di luar kawasan. Setiap negara ingin ASEAN memihak dalam isu-isu tertentu, termasuk isu-isu di luar Asia Tenggara. Karena itu, kata Ayusia, penting menjaga ASEAN tetap netral.
Ia tidak menampik ASEAN cenderung makin solid dan kekuatannya makin diperhitungkan. Hal itu, antara lain, tecermin pada kemampuan ASEAN membawa keseimbangan pada keamanan di kawasan. ASEAN juga bisa menjembatani konflik di kawasan. (LOK/RAZ)