Enam Karya Tari Pilihan Dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta Malam Ini
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Enam karya koreografi terbaik dari kegiatan Jakarta Dance Meet Up (JDMU) edisi reguler #1, #2, dan #3 tahun 2017 akhirnya ditampilkan dalam JDMU #Selection yang digelar Jumat (10/8/2018) sejak pukul 19.00 di Gedung Kesenian Jakarta.
JDMU #Selection kali ini menampilkan enam komunitas tari dari beragam genre. Mereka akan menyajikan karya dari Andhini Rosawiranti (Namarina Dance Academy), Josh Marcy Putra Pattiwael (Indonesian Dance Theatre), Kresna Kurnia Wijaya (EKI Dance Company), Gege Diaz (Cipta Urban TIM), Siti Suryani (Citra Art Studio), dan Irfan Setiawan (Ali Dance Company).
Sebelumnya, enam koreografer yang terpilih mewakili komunitasnya mengikuti focus group discussion (FGD) presentasi karya dan ikut dalam Choreo-lab selama tiga hari, 11-13 Maret 2018, di Megamendung, Bogor.
Dalam FGD dan Choreo-lab itu, mereka secara intens berdiskusi dalam kelas khusus dengan sejumlah narasumber Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), seperti Hartati, Rusdy Rukmarata, Yola Yulfianti, serta dua narasumber tamu, yaitu Iskandar Loedin dan Hanafi.
Karya-karya yang ditampilkan enam koreografer muda di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) memiliki karakter masing-masing. Karya Irfan Setiawan, misalnya, mencoba mengangkat penafsiran filosofi lada di masyarakat Kepulauan Bangka Belitung, kemudian Gege Diaz mengangkat judul ”Ina Ama” yang terinspirasi dari sebutan atau panggilan untuk orang di kampungnya.
Pada bentuk lain, Kresna berusaha menggambarkan fenomena masyarakat zaman sekarang mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan yang mulai menipis pada karyanya. Sementara itu, Josh Marcy Putra Pattiwael menampilkan karya berjudul ”Pedestrian” yang terinspirasi dari pola-pola dan bentuk gerak tubuh di kawasan urban.
Adapun Andini Rosawiranti mencoba bercerita mengenai penggambaran beragam jenis energi dalam bentuk tarian modern dan unsur balet. Sementara Siti Suryani dalam versi tari tradisi mengisahkan fenomena kehidupan masyarakat di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
JDMU #Selection bertujuan memberikan ruang bagi koreografer muda untuk mengeksplorasi karya dan meningkatkan kualitas karya. Kegiatan ini menjadi wadah untuk mempererat jaringan komunitas tari, sekaligus memajukan pemahaman dan pengembangan seni tari Indonesia.
”Enam koreogafer beserta karyanya akan kami persiapkan untuk JDMU #internasional yang akan digelar tahun 2019 hingga 2020. Dalam event internasional yang lebih besar itu, kami akan memilih 7 koreografer dari DKI Jakarta, 7 koreografer dari luar Jakarta, dan 6 koreografer muda dari luar negeri,” papar Ketua Komite Tari DKJ Hartati.
Ketua DKJ Irawan Karseno berharap, acara-acara budaya seperti JDMU bisa memberikan hiburan dan kesegaran di sela-sela menghangatnya situasi politik Ibu Kota. ”Jangan sampai hari ini kita disibukkan dengan berita-berita politik saja,” ujarnya.