JAKARTA, KOMPAS — Sampai dengan Kamis (9/8/2018) malam saat pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dan wakil presiden, Partai Demokrat masih belum jelas memastikan dukungannya. Hingga akhirnya melalui rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat yang digelar Jumat (10/8/2018) pagi hingga siang tadi, partai pimpinan Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ini akhirnya menjatuhkan pilihan dukungan ke pasangan Prabowo-Sandiaga.
Mengapa Demokrat terkesan alot mendukung Prabowo meskipun sebelumnya terjadi beberapa kali pertemuan antara Yudhoyono dan Prabowo? Sebelum pasangan Prabowo-Sandiaga dideklarasikan, pertemuan antara Yudhoyono dan Prabowo yang digelar masing-masing di kediaman keduanya sempat memunculkan nama putra sulung Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon wakil presiden.
Pertemuan keduanya sukses setidaknya bagi Prabowo karena saat itu Yudhoyono yang mengaku sulit atau dipersulit bergabung dengan koalisi partai pendukung Presiden Joko Widodo menyatakan, bagi Demokrat, calon presidennya adalah Prabowo. Meski ketika itu Yudhoyono menyatakan mendukung Prabowo sebagai calon presiden tanpa menyodorkan siapa pun sebagai cawapresnya, publik sebenarnya bisa menebak. Partai Demokrat ingin Prabowo menggandeng Agus Harimurti sebagai cawapres.
Promosi gencar lewat billboard berupa gambar besar Agus Harimurti dan slogan SI4P Demokrat yang bertebaran di mana-mana hingga dukungan kader Demokrat di media sosial terhadap sosok mantan perwira TNI tersebut membuat publik pun yakin Partai Demokrat ingin agar Prabowo menggandeng anak sulung ketua umumnya.
Lalu, semua berubah pada hari-hari terakhir menjelang batas akhir pendaftaran capres dan cawapres di KPU. Adalah akun Twitter Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief yang kemudian membuat geger. Andi Arief menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus karena dianggap tak menepati komitmen. Meski tak secara jelas komitmen seperti apa, tapi mudah ditebak bahwa itu sebenarnya adalah menjadikan Agus Harimurti sebagai cawapres.
Andi Arief meradang karena kabar Prabowo justru menggandeng Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga kader Gerindra, Sandiaga Salahuddin Uno, sebagai cawapres. Andi Arief bahkan menuding, dua partai, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mendapat Rp 500 miliar untuk mendukung pasangan ini.
Kamis sore, pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dideklarasikan. Enam partai lama beserta tiga partai baru mengusung pasangan tersebut. Sementara sampai Kamis malam, pasangan Prabowo-Sandiaga dideklarasikan. Sepanjang hari Kamis tersebut beredar kabar soal upaya lobi untuk mendekatkan Partai Demokrat, baik ke Jokowi maupun ke Prabowo. Namun, sampai ketika Prabowo-Sandiaga dideklarasikan, belum ada perwakilan Demokrat yang hadir dalam acara tersebut.
Elite Demokrat yang rapat di kediaman Yudhoyono sepanjang Kamis tersebut akhirnya memberikan kabar pada malam hari bahwa Majelis Tinggi partai tersebut akan menggelar rapat Jumat pagi untuk menentukan dukungan. Demokrat pun akhirnya mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga. Namun, saat pasangan ini mendaftar ke KPU, Demokrat hanya mengirim Agus Harimurti dan adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono, beserta para pengurus partai lainnya. Yudhoyono absen di KPU.
Bagaimana akhirnya Demokrat mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga? Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat EE Mangindaan mengatakan, hasil survei internal Partai Demokrat menunjukkan bahwa 62 persen kader di berbagai tingkatan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), anggota DPR, hingga DPRD provinsi serta kabupaten dan kota mendukung Prabowo.
”Majelis Tinggi Partai Demokrat pada sidang pagi ini memutuskan untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno,” ujar Mangindaan kepada wartawan di teras rumah kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat.
Mangindaan didampingi Wakil Ketua Umum Syarief Hasan, Ketua Dewan Kehormatan Amir Syamsudin, serta anggota Majelis Tinggi Max Sopacua, Nachrowi Ramli, dan Melani Leimena Suharli. Yudhoyono, sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, tidak hadir dalam konferensi pers tersebut karena menerima kunjungan Prabowo.
Kekuatan besar
Ditemui saat akan meninggalkan kediaman Yudhoyono, Prabowo mengatakan, bergabungnya Demokrat meningkatkan kekuatan koalisi resmi pengusung Prabowo-Sandiaga.
Dengan demikian, ada empat partai pengusung Prabowo-Sandiaga, yakni Partai Gerindra, PAN, PKS, dan Partai Demokrat. ”Jadi, saya kira ini kekuatan yang besar,” kata Prabowo.
Prabowo mengungkapkan, dirinya tersanjung mendapat dukungan dari Partai Demokrat. Ia mengatakan, Yudhoyono memiliki jiwa besar sebab tetap memberikan dukungan kepadanya meski kader Demokrat tidak dipilih menjadi cawapres.
Politisi Partai Gerindra, Sudirman Said, mengatakan, pertemuan antara Prabowo dan Yudhoyono kali ini menyangkut penandatanganan berkas dukungan Partai Demokrat terhadap ketua umum partainya tersebut.
”Tadi malam (berkas dukungan partai) baru ditandatangani oleh tiga partai, sedangkan tadi pagi dapat kabar Pak SBY dan Demokrat jadi mendukung. Jadi tadi kami memberikan dokumennya ke sini,” ucap Sudirman.
Tadi malam (berkas dukungan partai) baru ditandatangani oleh tiga partai, sedangkan tadi pagi dapat kabar Pak SBY dan Demokrat jadi mendukung. Jadi tadi kami memberikan dokumennya ke sini.
Sandiaga yang juga menemui Yudhoyono menyatakan, dukungan Demokrat kepada dirinya merupakan sebuah ”langkah besar”. Pertemuan Sandiaga dengan Yudhoyono hanya berlangsung selama sekitar 15 menit.
Penunjukan Sandiaga sebagai cawapres adalah alasan utama yang mengakibatkan Demokrat menahan dukungannya kepada Prabowo dan menggelar Rapat Majelis Tinggi untuk mengevaluasi sikap partai tersebut.
Sebelumnya, nama anak sulung Yudhoyono, Agus Harimurti, santer disebut sebagai cawapres yang mendampingi Prabowo.
Jaga persatuan bangsa
Seusai penyampaian keputusan Majelis Tinggi Partai Demokrat, Agus menyampaikan dukungannya kepada pasangan calon Prabowo-Sandiaga. Ia menerima hasil keputusan Majelis Tinggi Partai Demokrat.
”Tentu, sebagai kader inti Partai Demokrat, saya memberikan dukungan penuh bagi kesuksesan dan kemenangan Prabowo-Sandi dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019,” katanya.
Agus berharap, ajang kompetisi Pilpres 2019 tidak menyebabkan polarisasi masyarakat dan memecah belah Indonesia.
”Harganya terlalu mahal apabila karena pesta demokrasi ini bangsa kita yang majemuk dan besar ini lalu terpecah belah. Di atas segalanya, mari kita letakkan persatuan dan kerukunan antarsesama anak bangsa. Kompetisi bersifat sementara, tidak permanen,” tutur Agus.