Ma’ruf Amin Diyakini Dapat Redam Ujaran Kebencian dalam Kontestasi Politik
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin resmi menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2019. Sosok Ma’ruf yang bijaksana dan disegani masyarakat diyakini dapat meredam ujaran kebencian yang berpotensi muncul dalam kontestasi politik di Indonesia.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy di kantor DPP PPP di Jakarta, Jumat (10/8/2018), menyampaikan, Ma’ruf Amin merupakan titik temu dan titik nyaman dari banyaknya pilihan cawapres yang diajukan partai pengusung kepada Joko Widodo.
”Pada Desember lalu, PPP menyebut Ma’ruf Amin sebagai cawapres di urutan pertama. Setelah itu, pada Januari saat berkunjung ke kediaman Ma’ruf, tanpa pamit kami sudah mengusulkan nama beliau sebagai cawapres,” ujar Romahurmuziy.
Ma’ruf Amin merupakan tokoh agama yang bijaksana dan disegani oleh masyarakat dari berbagai elemen. Hal ini diyakini Romahurmuziy dapat meredam ujaran kebencian dan politik identitas yang berpotensi muncul dalam kontestasi politik di Indonesia.
Menurut dia, Ma’ruf merupakan tokoh agama yang bijaksana dan disegani oleh masyarakat dari berbagai elemen. Hal ini diyakini Romahurmuziy dapat meredam ujaran kebencian dan politik identitas yang berpotensi muncul dalam kontestasi politik di Indonesia. Pasalnya, ujaran kebencian yang ada saat ini bermula dari kontestasi politik.
”Tanpa mengesampingkan ormas lain, Kiai Ma’ruf ini merupakan pemimpin ormas Islam terbesar di Indonesia. Insya Allah, ormas Islam kompak dan ormas Islam merapat,” katanya.
Selain itu, Ma’ruf Amin juga dinilai Romahurmuziy memiliki kapasitas menjadi cawapres karena pernah menjabat sebagai anggota legislatif mulai dari DPRD, DPR, hingga MPR. Jabatan lainnya yang pernah Ma’ruf emban antara lain Dewan Pertimbangan Presiden, Rais Aam PBNU, Ketua MUI, dan Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Meski berpengalaman, menjadi cawapres bagi Ma’ruf bukanlah suatu keinginan ataupun harapannya. Menurut dia, keluarganya menyuruh Ma’ruf untuk menjadi seorang kiai, bukan seorang presiden ataupun wakilnya.
”Namun, kalau memang menjadi wapres itu baik dan berguna untuk bangsa saya, saya bersiap maju. Itulah sikap ulama. Dengan penunjukan ini, saya yakin Jokowi betul-betul menghargai ulama,” ujarnya.
Sebelumnya, jika terpilih menjadi wakil presiden, Ma’ruf berencana membangun suatu arus baru dalam sistem perekonomian di Indonesia yang disebut sebagai sistem ekonomi keumatan. Ma’ruf yang juga merupakan dewan pakar ekonomi syariah ini menilai bahwa sistem tersebut lebih mengedepankan program redistribusi aset dan kemitraan.
Joko Widodo dan Ma’ruf Amin resmi menjadi capres dan cawapres usai mendaftarkan diri di KPU sekitar pukul 09.30. Kedatangan Jokowi-Ma’ruf yang menggunakan kemeja berwarna putih ini didampingi oleh para petinggi dari sembilan partai pengusung.
Saat konferensi pers, Jokowi menyampaikan bahwa perbedaan pilihan presiden ataupun pandangan politik jangan sampai memecah belah persatuan dan kesatuan. Selain itu, hendaknya kontestasi pilpres diwarnai dengan pertarungan ide dan gagasan untuk pembangunan Indonesia.
”Demokrasi bukan perang, bukan permusuhan, melainkan ajang mengadu gagasan, ide, rekam jejak, ajang mengadu prestasi. Jangan sampai karena perbedaan politik, kita menjadi bermusuhan,” ujarnya.