Padi Jepang Dibudidayakan secara Organik di Lamongan
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Petani di Desa Besur dan Jugo, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sukses mengembangkan padi organik tanpa zat kimia dari Jepang. Padi tersebut menghasilkan beras premium, Japonicum koshihikari. Karakter beras ini manis dan lengket sehingga menjadi pilihan favorit untuk membuat sushi.
Penyuluh Pertanian Lapangan Sekaran, Nuning, Kamis (9/8/2018), mengatakan, pihaknya tidak kesulitan memasarkan beras itu. Ada perusahaan yang siap menampungnya. Petani di Besur dipilih untuk mengembangkan benih Japonicum koshihikari karena sudah dikenal sukses bercocok tanam secara organik. ”Kini, petani Besur juga dipercaya memasok beras ini ke perusahaan yang dulu memberikan benih,” katanya.
Keberhasilan tanam padi organik ini diawali dengan Sekolah Lapang Pertanian melalui Dana Desa. Sekolah lapang itu digelar intensif. Menurut Camat Sekaran Yuli Wahyuono, Sekolah Lapang Pertanian tersebut menjadi embrio Program Tanaman Sehat di wilayahnya. Saat ini, sekolah serupa juga dibuka di Desa Porodeso, Bulutengger, Kembangan, dan Kebalankulon.
Petani Besur juga dipercaya memasok beras ini ke perusahaan yang dulu memberikan benih.
Program Tanaman Sehat tersebut bisa lebih cepat diadaptasi petani di desa lain karena menunjukkan hasil nyata. Cara bertani secara organik itu meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 9,8 ton per hektar. Ongkos produksi berkurang. Biasanya biaya untuk pupuk kimia mencapai Rp 2 juta per hektar, tetapi dengan pertanian organik bisa ditekan hingga Rp 600.000 per hektar.
Biaya pestisida untuk pengendali hama menjadi nol karena diproduksi sendiri. Petani memanfaatkan bunga refugia (tanaman bunga dengan warna terang yang ditanam di tepi sawah) dan burung hantu sebagai pembasmi hama. Tanaman refugia, di antaranya kenikir, jengger ayam, tapak dara, bunga matahari, bayam, dan kembang kertas. Itu bisa memancing serangga sehingga perhatian serangga teralihkan dan tidak merusak padi.
Petani sedang mengajukan sertifikasi Prima 2 yang selain aman pestisida juga terjamin mutunya.
Menurut Yuli, saat ini sedang ditata penataan pemasaran agar beras Besur lebih bernilai tinggi dengan mengajukan sertifikasi Prima kepada Otoritas Kompetensi Kemanaan Pangan Daerah (OKKPD) dan Otoritas Keamanan Pangan Pusat (OKPP). Beras yang dihasilkan sudah mengantongi sertifikat Prima 3, yang menjamin produknya aman dari pestisida. ”Petani sedang mengajukan sertifikasi Prima 2 yang selain aman pestisida juga terjamin mutunya,” kata Yuli.
Bupati Lamongan Fadeli mengapresiasi inovasi tanaman sehat dari petani di Besur juga di Desa Jugo, Kecamatan Sekaran. Selain berasnya sehat, produktivitas tinggi dengan menggunakan varietas nonhibrida itu bisa meningkatkan kesejahteraan petani. ”Nilai tukar petani meningkat dengan biaya produksi berkurang, harga jual naik,” ujarnya.
Fadeli menilai perlunya lahan percontohan untuk varietas hibrida yang ditanam secara organik. Badan usaha milik desa (BUMDes) harus bisa berperan lebih besar untuk peningkatan kesejahteraan petani. Pemerintah Kabupaten Lamongan mendukung dengan memfasilitasi sarana prasarana untuk menunjang pertanian, termasuk mengalirkan air Sungai Bengawan Solo ke sawah dengan mengeruk pintu saluran air.
Nilai tukar petani meningkat dengan biaya produksi berkurang, harga jual naik.
Kawasan Bengawan Jero yang biasanya kering saat kemarau saat ini masih teraliri air sehingga menyelamatkan sawah dari ancaman kekeringan. Pengerukan dilaksanakan di pintu saluran air Dusun Mungus, Desa Sugihwaras, Kecamatan Kalitengah, dan Desa Palangan, Kecamatan Karangbinangun. Selain itu, juga ada pengerukan di pintu saluran air Melik, Kecamatan Kalitengah; Desa Banjarejo, Banyuurip, Watangpanjang, Windu, dan Bogobabadan di Kecamatan Karangbinangun.
Di Kecamatan Sekaran, bekerja sama dengan Perum Jasa Tirta, air Sungai Bengawan Solo dialirkan ke wilayah Sekaran dan sekitarnya. Normalisasi saluran air sepanjang 6 kilometer mampu menyelamatkan 400 hektar lahan pertanian dari ancaman kekeringan.
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lamongan, sampai akhir Juli lalu produksi padi Lamongan sudah mencapai 814.512 ton. Rata-rata produktivitas mencapai 7,2 ton per hektar.