BEIJING, JUMAT — Surat kabar resmi Partai Komunis China, The People’s Daily, Jumat (10/8/2018), menyatakan, ketegangan perdagangan yang meningkat antara Beijing dan Washington terutama didorong oleh kekhawatiran Amerika Serikat atas China sebagai penantang utama bagi hegemoni global Washington. Pilihan logis bagi Beijing terhadap penerapan tarif impor yang dilakukan Washington atas barang-barang asal China adalah dengan melawannya.
Editorial harian itu muncul setelah Pemerintah China menyatakan akan menerapkan tarif 25 persen atas impor AS senilai 16 miliar dollar AS pekan ini. Langkah itu merupakan balas dendam terhadap pungutan bagi barang-barang China yang dikenakan oleh AS.
Langkah itu merupakan putaran terbaru dalam ketegangan perdagangan yang meningkat di antara kedua negara, ketika Presiden AS Donald Trump berniat menekan Beijing agar bersedia membuat konsesi dengan Washington.
The People’s Daily menyebutkan, pertumbuhan ekonomi China yang cepat dan posisinya yang mendekat dengan pusat perdagangan global adalah ”fakta fundamental” yang harus dipertimbangkan ketika melihat friksi di antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.
Dinyatakan bahwa Beijing muncul sebagai ”lawan yang belum pernah ada sebelumnya” bagi AS. ”Tidak peduli apa yang dilakukan China, di mata AS, pembangunan China telah ’merusak supremasi Amerika Serikat’,” demikian disebutkan di harian itu.
”Terhadap ’lawan’ semacam ini, AS harus mengadopsi dua metode, pertama, gunakan lawan untuk mendorong dirinya sendiri dan mendesak dukungan politik massa untuk ’membuat Amerika hebat lagi’, dan kedua, mengekang supremasi lawan di setiap level.”
Editorial harian itu menanggapi klaim bahwa langkah-langkah perdagangan yang keras dilaksanakan oleh AS dipicu oleh strategi yang terlalu percaya diri China. Sumber yang dekat dengan pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa friksi dengan AS menyebabkan perpecahan di dalam Partai Komunis China, dengan beberapa kritikus mengatakan, sikap China yang terlalu nasionalistis mungkin telah memperkeruh posisi AS.
Harian itu menunjuk arah langsung kepada mereka yang disebut sebagai penentang dalam penolakan publik yang luar biasa terhadap perdebatan yang terjadi sebagian besar secara tertutup di kalangan pembuat kebijakan di China. Dikatakan, sementara kecaman dari Gedung Putih datang dari dalam dan luar negeri, tetapi nyatanya ada orang-orang yang telah menyebarkan pandangan-pandangannya di internet. Hal itu pun tak urung mendapatkan penyesalan sekaligus kecaman dari sejumlah pihak di China.
”Salah satunya, menyalahkan China, mengatakan bahwa strategi China terlalu percaya diri dan profil tinggi, menimbulkan satu-dua pukulan dari AS,” sebut harian itu.
”Lain dari itu, muncul juga pernyataan bahwa China tidak harus menyerang balik. Maksudnya adalah selama China masuk, AS akan menaikkan tangannya dengan penuh belas kasihan dan perang perdagangan China-AS tidak akan terjadi.”
Sejarah menunjukkan, AS selalu berupaya memenangi persaingan di antara sejumlah negara, seperti bekas Uni Soviet, Inggris, atau Jepang, yang dianggap mengancam dominasi globalnya. Kondisi dan langkah yang diambil China dinilai telah mengarahkan negeri itu ke jalur tembak AS dengan ekonominya yang sangat besar dan berkembang.
Setelah lebih dari satu abad bekerja keras, China kembali ke pusat panggung dunia, dan ini fakta dasar yang harus diamati dalam gesekan perdagangan China-AS.
Surat kabar itu menegaskan, ukuran besar seperti itu merupakan hal yang berat, tetapi tidak bisa disembunyikan dengan bersikap merendah layaknya seperti gajah yang tidak bisa bersembunyi di balik pohon-pohon kecil. (REUTERS/AP)