Tambang Emas Ilegal Koroway Ditutup, Dua Helikopter Disita
Oleh
FABIO M LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Polisi menutup lokasi penambangan emas ilegal di Sungai Deiram Hitam, Koroway, Papua. Sebanyak dua unit helikopter yang digunakan mengangkut para penambang dari dan menuju lokasi turut disita polisi.
Hal itu terungkap dari temuan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Papua saat meninjau lokasi penambangan tersebut, Jumat (10/8/2018). Lokasi tambang ada di perbatasan lima kabupaten, yakni Asmat, Mappi, Boven Digoel, Yahukimo, dan Pegunungan Bintang.
Anggota forum yang meninjau lokasi adalah Penjabat Gubernur Papua Soedarmo, Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal George Supit, anggota DPRP Papua Boy Dawir, dan tokoh agama Lipius Biniluk.
Boy mengatakan, peninjauan lokasi dilakukan menggunakan pesawat kecil jenis caravan. Dari udara terlihat sejumlah tenda para penambang di lokasi terpencil tersebut. “Diduga para penambang diangkut dari Boven Digoel menuju ke lokasi penambangan dengan helikopter,” ujarnya.
Dua unit helikopter yang disita polisi berada di wilayah Boven Digoel. Selain itu, polisi juga memeriksa tiga orang dalam kasus ini. “Saya telah menginstruksikan kepada jajaran agar segera menutup lokasi penambangan itu,” kata Boy.
Boy mengungkapkan, ada sejumlah tokoh di balik aktivitas penambangan ilegal di Koroway itu. “Saya telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus ini. Dengan pemeriksaan ketiga saksi, kami akan mengetahui pihak mana saja yang terlibat,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Fred Boray memaparkan, terdapat tujuh lokasi penambangan ilegal di daerah Koroway. “Sekitar 3.000 penambang didatangkan oknum tertentu ke sana menggunakan helikopter dan kapal,” katanya.
Fred juga mengatakan, akses penerbangan helikopter dari Boven Digoel ke lokasi penambangan di Koroway sudah dihentikan. “Kami mendukung penuh langkah aparat kepolisian untuk menutup tambang tersebut,” tuturnya.
Sejak Desember
Dihubungi terpisah, Trevor Johnson, tokoh agama di Danowage, daerah yang berdekatan dengan lokasi penambangan, mengatakan, aktivitas penambangan berlangsung sejak Desember 2017. Setidaknya diketahui ada 15 juragan yang menguasai bisnis penambangan emas di sana.
“Para penambang menggunakan helikopter dari Yahukimo dan Boven Digoel untuk menuju lokasi tersebut. Ada sembilan titik helipad (landasan helikopter),” ujar Trevor.
Ia juga khawatir dengan kondisi Sungai Deiram Hitam yang terancam tak dapat lagi digunakan warga setempat. Sebab, diduga ada penggunaan merkuri dalam aktivitas penambangan emas ilegal tersebut.
“Air sungai yang biasanya jernih berubah menjadi kecoklatan. Warga setempat tidak bisa lagi menangkap ikan dan udang di sana,” ungkap Trevor.
Para penambang, kata Trevor, juga membuka bisnis penjualan barang kebutuhan pokok kepada masyarakat setempat dengan harga tinggi.
“Dari penuturan warga, harga satu karung beras dengan berat 25 kilogram mencapai Rp 6 juta. Sementara, satu kardus mi instan dijual seharga Rp 2 juta,” kata dia.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Dewan Adat Papua John Gobay mengatakan, penutupan tambang di Koroway bukanlah solusi yang tepat. Kondisi tersebut dapat terjadi lagi di masa mendatang, karena warga tidak memiliki pekerjaan tetap.
“Sebaiknya pemerintah menata penambangan rakyat yang sesuai prosedur. Tujuannya agar warga setempat bisa mendapatkan manfaat ekonomi yang optimal,” kata John.