Jalan Merdeka Komika
Popon Kerok, komika asal Jakarta, keluar sebagai pemenang ajang Stand Up Comedy Indonesia 8 Mission Impossible yang digelar Kompas TV. Popon mengalahkan Oki Rengga, komika asal Medan, di sesi terakhir Grand Final Stand Up Comedy Indonesia 8 yang ditayangkan Kompas TV, Sabtu (11/8/2018) malam. Jalan merdeka Popon dan para komika membentang di depan mata.
Kemenangan Popon sebagai komika terbaik di ajang Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 8 itu tak semata penghargaan bagi usaha keras dalam perjalanan kariernya selama ini di dunia komika. Lebih dari itu, kemenangannya juga diharapkan menjadi jalan yang mengantar Popon pada jalan-jalan lainnya, seperti materi yang dia angkat dalam penampilannya di ajang Grand Final SUCI 8.
Dalam penampilan di babak pertama yang mengusung tema kemerdekaan, Popon secara mengejutkan menyuguhkan materi yang sangat menggelitik, yaitu tentang kemerdekaan komika.
”Menurut gue, SUCI itu udah banyak memerdekakan komika-komika, diangkat derajatnya.KayakSUCI 1 ada Ernest Prakasa. Sebelum SUCI dia cuma engkoh-engkoh biasa. Setelah SUCI jadi sutradara walaupun tetap engkoh-engkoh. Di SUCI 4 ada Dodit Mulyanto. Sebelumnya dia tukang ojek. Setelah SUCI, dia alergi naik ojek,” kata Popon disambut gelak tawa penonton yang memenuhi Balai Kartini.
”Lawan gue, Oki Rengga, sebelum SUCI kiper cadangan ketiga. Gara-gara SUCI dia bisa jadi grand finalis walaupun tetap jadi cadangan juara. Oki Rengga kiper cadangan ketiga, aja, bisa gampang nyari temen. Gueenggak kebayang kalau dia jadi juara. Tapi, tenang, dia tetap cuma cadangan juara,” lanjut Popon yang membuat penonton kembali tertawa riuh.
Meski begitu, lanjut Popon, komika tetap belum sepenuhnya merdeka. Dia lalu mengangkat kasus seorang komika ketika mengangkat materi tentang perempuan-perempuan yang kelebihan berat badan naik ojek daring, tetapi pada akhirnya diserang oleh perempuan-perempuan tersebut di media sosial.
”Dia dianggap mempermalukan tubuh cewek-cewek gendut. Gue mikir, kalau dia marah, pasti dia malu sama tubuhnya, kan. Kalau enggak mau malu, jangan marah-marah, diet. Gue kalau dikatain gendut enggak marah. Bukan kenapa-napa, gue males diet,” kata Popon yang buru-buru mengeluarkan jurus penangkis bahwa sebagai sesama orang yang kelebihan berat badan, mereka harus solid.
Popon lalu melanjutkan materi dengan ketidakmerdekaan dirinya. Katanya, banyak yang tidak dipercaya bahwa dia kini telah menjadi komika dan masuk televisi. Tetangganya tetap percaya kalau Popon adalah pengangguran. ”Gue masuk TV malah sekarang pada nonton Youtube. Gue tanya tetangga gue, Bu kok sekarang enggak pernah komenin saya, kan udah di Youtube,” kata Popon. Lagi-lagi Balai Kartini riuh oleh suara tawa.
Dia lalu menyentil bagaimana komentar-komentar yang menyerang seseorang di media sosial saat ini begitu mengerikan. Kondisi yang dia ibaratkan sebagai perjuangan melawan bangsa sendiri untuk meraih kemerdekaan. ”Kalau dulu perjuangan itu melawan penjajah, sekarang melawan bangsa sendiri,” katanya.
Popon lalu menutup penampilan di babak pertama dengan mengusung sejumlah pendukung ke atas panggung, mencontohkan bagaimana setiap orang bisa merdeka membicarakan apa pun tanpa ditutup-tutupi. Seperti sebuah acara gosip di televisi.
Peningkatan
Penampilannya itu membuahkan kompor gas dari ketiga juri yang terdiri dari Indro Warkop, Pandji Pragiwaksono, dan Cak Lontong. Menurut Indro, sebagai seorang komika yang selalu mencitrakan diri sebagai seorang pemalas, apa yang ditampilkan Popon jauh dari kata malas. ”Elo cerdas banget,” katanya.
Kecerdasan itu disebutkan oleh Indro ketika Popon menyerang atau melawan sesuatu, tetapi di sisi lain dia juga memiliki keberpihakan kepada orang-orang yang dia serang. ”Ini menjadi sah. Menjadi tidak berbahaya. Cara berpikir seperti itu adalah peningkatan dari cara berpikir para penampil. Karena kadang-kadang suka dilupain. Padahal, sebetulnya ini akademik banget,” papar Indro. Hal seperti itulah yang menurut Indro selalu dia cari pada para komika.
Usaha Popon menampilkan beberapa orang ke atas panggung untuk mendukung materinya juga mendapat apresiasi positif karena menunjukkan semangatnya untuk memenangi kompetisi. ”Dan yang palinggua suka, tema kemerdekaan untuk kalian para komika. Itu keren,” kata Indro.
Respons senada juga muncul dari Panji dan Cak Lontong. Cak Lontong, yang setiap kata-katanya selalu mendulang tawa, juga memberikan apresiasi tinggi pada penampilan Popon yang justru tidak terlihat seperti seorang yang sedang berkompetisi. ”Malam ini kamu seperti seorang yang sedang punya show sendiri. Kamu sudah tidak peduli pada kompetisi. Silakan boleh tepuk tangan. Luar biasa,” kata Cak Lontong mempersilakan penonton bertepuk tangan untuknya. Balai Kartini riuh oleh tawa.
Popon, tambah Cak Lontong, memperlihatkan sesuatu yang berbeda, termasuk mentalitas juara. ”Ketika dalam sebuah persaingan, satu lawan satu, yang satu berharap yang satunya juga tampil baik, saya kira ini luar biasa. Dan, saya juga berharap, ini juga yang terjadi di 2019, yang terpilih benar-benar yang terbaik,” kata Cak Lontong tak mau ketinggalan mengomentari situasi politik Tanah Air.
Sebaliknya, penampilan Oki Rengga di babak pertama tampak terlalu santai. Oki sama sekali tidak membalas materi yang dilempar Popon di babak pertama, istilah Indro, tetap tertib dengan materi yang sudah dia tulis.
Meski tetap memberikan kejutan dengan patahan-patahan yang tak terduga, materi yang dipilih Oki dengan permainan maju jalan (baris-berbaris) tidak terlalu menggigit. ”Menurutku ini terlalu enteng untuk kamu. Tapi, soal mental, kamu memang teruji,” kata Indro.
Selisih tipis
Di babak kedua yang mengusung tema juara, Popon sebenarnya tidak tampil maksimal. Setidaknya, dibandingkan dengan penampilannya di babak pertama, Popon agak menurun.
”Jadi juara SUCI itu gue enggak sekadar ngincer duitnya. Mobilnya juga. Kalau duit dari awal gue udah bilang buat umrohin emak gue. Kalau mobil bisa bikin Kiki Challenge sepanjang jalur pantura. Sampai rumah itungannya mudik,” kata Popon. Suara tawa pun bergemuruh.
”Jadi juara ini pembuktian buat orang-orang yang selama ini ngeremehin gue. Tetangga gue yang suka ngeremehin, gue, ke mana Pon, latihan Bu. Latihan mulu enggak lucu-lucu,” lanjut Popon disambut tawa penonton.
Sebaliknya, Oki tampil makin maksimal di babak kedua. Dia banyak menyerang Popon dan menjadikan kompetisi di babak kedua lebih seru dan kompetitif.
”Popon pengen juara dengan menjatuhkan martabat orang. Kayak gitu mau juara. Dia bawa kawan-kawannya isinya laki-laki semua. Kukasih tau ya, Pon, yang nggosip itu bukan laki-laki,” kata Oki yang kemudian mengundang tiga ibu ke panggung.
”Popon jadi juara cuma gosip, yang jadi juara Oki Rengga ternyata. Aku lebih siap jadi juara. Fisik, mental, latar belakang. Siap. Aku atlet terlahir jadi juara. Mental jangan ditanya,” kata Oki. Juri pun menilai penampilan Oki di babak kedua lebih baik dibandingkan babak pertama.
Meski begitu, dewan juri memutuskan Popon lebih layak menyabet gelar juara dengan nilai yang terpaut tipis, hanya 18 poin. Popon menyabet juara dengan nilai 528 untuk dua kali penampilannya dan Oki Rengga di peringkat kedua dengan nilai 510. Peringkat ketiga adalah Bintang.
SUCI 8 Kompas TV telah melahirkan juara baru. Jalan merdeka untuk para komika terbuka lebar di depan mata.