BOGOR, KOMPAS — Tradisi dan budaya mempersatukan masyarakat Bogor. Itu antara lain terlihat saat Helaran Seni Budaya dan Pawai dilaksanakan di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bogor, Minggu (12/8/2018). Masyarakat tumpah ruah di festival tahunan dalam rangka Hari Jadi ke-356 Bogor. Helaran ini merupakan penyelenggaraan keempat kalinya.
Wali Kota Bogor Bima Arya, saat membuka Helaran Seni Budaya dan Pawai, mengatakan, helaran budaya ini penting dan harus dilaksanakan setiap tahun. Alasannya, acara ini identitas Kota Bogor dan masyarakatnya. Melihat dan menyaksikan helaran ini, menurut Bima, ibarat menyaksikan Kota Bogor dan merasakan tinggal di Bogor dengan keberagaman identitas yang luar biasa.
Namun, Bima menegaskan, tradisi dan budaya baru bisa menyatukan apabila nilai-nilai yang diyakini dilaksanakan. Persatuan sejati, menurut Bima, tidak sekadar fisik dan tidak cukup dengan pameran, pawai, karnaval, baju pangsi, kujang, gendang, atau batu akik.
”Kita orang Sunda, tinggal di Jawa Barat, harus saling asih, asah, dan asuh. Ini nilai-nilainya,” kata Bima.
Menurut dia, nilai-nilai itu bisa diwujudkan antara lain ketika muspida saling mencintai, masyarakat mencintai pemimpinnya, politisi saling mencintai. Juga, saling asah, saling mendorong untuk berkembang, saling mendukung untuk maju. Tidak menjegal dan bertikai.
Saling asuh bisa terwujud dengan saling merawat dan tidak membiarkan yang satu celaka, khilaf, atau keluar dari relnya.
”Jadi ke depan, siapa pun calon presidennya, apa pun partainya, kalau semangatnya cinta, mendorong untuk maju, semakin bersatu, kita semakin kuat,” katanya.