LOMBOK UTARA, KOMPAS Minimnya informasi terkait data posko pengungsian dan kebutuhan warga yang terdampak gempa berkekuatan Magnitudo 7,0 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, menghambat proses distribusi logistik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyiapkan aplikasi Qlue sebagai basis data untuk mengetahui lokasi dan kebutuhan pengungsi.
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) B Wisnu Widjaja mengatakan, tidak ada persoalan dalam ketersediaan logistik. Namun, pihaknya terkendala dalam mendistribusikan logistik karena tidak mengetahui secara jelas titik pengungsian yang lokasinya terpencil dan kebutuhan warga di lokasi tersebut.
Sejauh ini, belum semua lokasi pengungsian terdata, termasuk kebutuhan warga terdampak. ”Jika informasi cepat sampai, distribusi juga bisa cepat,” ujar Wisnu seusai rapat evaluasi penanganan gempa Lombok di halaman Kantor Bupati Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8/2018) sore.
Untuk mengatasi minimnya informasi, BNPB menggandeng Qlue untuk menjadi basis data yang memetakan persoalan warga di pengungsian berikut titik koordinat pengungsian. Keberhasilan aplikasi Qlue untuk mendistribusikan logistik bergantung pada tingkat partisipasi. ”Untuk berpartisipasi, tak hanya warga, sukarelawan juga bisa bergabung,” kata Norman Ganto, Director of Customer Success Qlue.
Menurut Wisnu, aplikasi Qlue sudah dapat digunakan, tetapi butuh sosialisasi penggunaan aplikasi kepada para sukarelawan dan aparat di lapangan. Jika penggunaan aplikasi Qlue efektif dalam memetakan masalah pengungsi dan distribusi logistik, lanjut Wisnu, aplikasi tersebut dapat diterapkan jika ada bencana alam lain di Indonesia. Saat ini, BNPB menggandeng mahasiswa Universitas Islam Negeri Mataram yang juga warga Lombok Utara untuk menjadi sukarelawan yang melaporkan masalah di pengungsian.
Di Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, keterbatasan jumlah kendaraan juga menghambat penyaluran logistik. ”BNPB telah menyampaikan hal ini kepada Menteri Perhubungan. Rencananya akan dibantu dengan kendaraan Damri,” katanya, Minggu.
Di lapangan, kebutuhan air bersih dan tenda paling mendesak untuk diatasi. Hingga Minggu, masih ada pengungsi yang kesulitan mendapatkan air bersih. Hal itu bisa berujung pada timbulnya sejumlah penyakit.
Komandan Satgas Penanggulangan Bencana Gempa Lombok Kolonel (Czi) Ahmad Rizal Ramdani mengatakan hal itu saat rapat evaluasi harian, Minggu, di posko terpadu. Bahan pokok, MCK portabel, dan genset juga diperlukan.
Ada 12 mobil tangki air dari Polri, 6 mobil dari Pemerintah Provinsi NTB, dan 4 mobil dari TNI yang setiap hari menyalurkan air ke posko-posko pengungsian. ”Karena lokasinya luas, masih ada yang belum tertangani,” kata Ahmad.
Jumlah korban
Menurut data posko terpadu penanganan darurat bencana, hingga Minggu sore, jumlah korban meninggal akibat gempa Lombok ada 435 orang, 570 orang luka berat, 783 orang luka ringan, dan 352.793 orang mengungsi. Ada 52.812 rumah dan 458 sekolah terdata rusak.
Merujuk data BNPB, jumlah korban meninggal 392 orang, 783 orang luka berat, 570 orang luka ringan, dan 387.067 orang mengungsi. Jumlah rumah rusak yang terdata 67.875 unit.
Jumlah korban diperkirakan terus bertambah karena tim pencari dan penyelamat (SAR) masih melakukan evakuasi di dua lokasi di Lombok Utara.