PERJALANAN untuk mencapai bagian puncaknya memang tak terlalu membutuhkan waktu lama. Jika jalurnya tidak seterjal seperti yang ada sekarang, mungkin cukup menghabiskan waktu 10 atau 15 menit berjalan santai menuju bagian teratas Gunung Gundul.
Gunung yang sebetulnya lebih pas disebut bukit lantaran tak terlalu tinggi itu terletak di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Bunguran Tengah, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Sejak November 2018, kawasan ini dipercantik menjadi destinasi wisata baru.
Wartawan Kompas berkesempatan mengunjungi kawasan itu bersama sejumlah jurnalis lain dari Jakarta atas undangan pihak Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, 1-4 Agustus 2018. Selama di sana, rombongan juga berkunjung ke sejumlah destinasi wisata pantai dan pulau indah yang ada di Kabupaten Natuna.
Sedikitnya 48 orang warga desa, menurut Kepala Desa Evan (29), membenahi dan menghias area perbukitan yang asri dan teduh dipenuhi beraneka pepohonan itu, mulai dari memasang pernak-pernik, seperti lukisan dan hiasan, sampai membuat dan merapikan jalur pendakian.
Saat ini, mereka juga membangun fasilitas toilet dan warung jajan serta pintu gerbang dari kayu-kayu hutan di area pelataran masuk di kaki bukit. Semua dilakukan secara swadaya dan dengan penuh kreativitas.
Mengaku terinspirasi beberapa tempat tujuan wisata Instagrammable ala daerah lain, seperti Yogyakarta, Bandung, dan beberapa kota besar lain, Evan dan warga desa anggota kelompok sadar wisata juga membangun dan menghias spot-spot tertentu untuk berswafoto bagi para pengunjung.
Semisal di bagian puncak mereka mendirikan dua pelatform kayu tempat berswafoto dengan latar belakang pemandangan lepas dan lembah serta rumah-rumah penduduk di kejauhan yang terlihat cantik dari atas gunung. Di puncak juga dibangun ayunan kayu besar untuk bergaya serta pondok-pondok kecil untuk beristirahat.
Yang menarik, pada beberapa papan pengumuman atau hiasan tertulis kata-kata dan kalimat dalam bahasa campuran, Indonesia dan Jawa. Semisal di bagian kaki gunung tertulis papan peringatan ”Dilarang Ngombe Mabox” sementara di jalur menuju puncak ada juga tertulis kalimat lucu, ”Asline due pacar tapi ra melu”, atau kira-kira diterjemahkan, ”Aslinya punya pacar tapi tidak ikut”.
”Kawasan kecamatan sini memang dahulunya lokasi transmigran dari Pulau Jawa. Saya generasi kedua. Dahulu mbah dan bapak-bapak kami, ya, kalau liburan, semisal hari raya, berkumpul dan berwisata ke puncak gunung ini. Gelaran sambil makan-makan. Soalnya mereka, kan, sulit untuk mudik ke Pulau Jawa,” ujar Evan.
Para transmigran itu berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan Timur. Mereka ”hijrah” dan bermukim mulai 1980-an dan sebagian ada juga yang menikah dengan warga lokal. Selama belasan tahun, kawasan itu sempat terlupakan, bahkan sempat rusak terbakar. Evan dan warga berinisiatif membangun kembali kawasan itu, termasuk untuk bernostalgia.
Mereka semakin terinspirasi setelah melihat kawasan-kawasan wisata swafoto untuk media sosial di daerah-daerah lain. Hasilnya lumayan, setiap akhir pekan setidaknya 300 pengunjung datang ke situ, kebanyakan anak-anak remaja usia sekolah. Jam kunjungan dimulai pukul 09.00-17.30.
Lantaran sering diunggah ke medsos, kawasan wisata Gunung Gundul semakin terkenal dan didatangi para pengunjung dari seluruh wilayah Kabupaten Natuna. Pengunjung tak dipungut biaya masuk spesifik. Hanya sukarela untuk biaya kebersihan. Rata-rata pemasukan per hari bisa Rp 500.000, yang dimasukkan sebagai dana kas desa.
”Kami belum berani memungut retribusi resmi karena hal itu harus diputuskan bersama secara legal. Selain puncak Gunung Gundul ini juga ada tiga lokasi lain yang bisa dikunjungi dengan opsi wisata berbeda. Satu bukit bisa dipakai untuk aktivitas panjat tebing, sementara di lokasi lain terdapat goa yang sampai sekarang belum kami buka karena masih disurvei apakah laik dan aman menjadi tujuan wisata atau tidak,” kata Evan.
Beberapa waktu lalu pihak desa, kata Evan, juga sempat berinisiatif mementaskan pertunjukan tarian kuda lumping yang diselenggarakan pihak sanggar desa. Tak heran jika tahun ini desa mereka mendapat penghargaan sebagai Desa Peduli Wisata dari pihak Kabupaten Natuna.