Pakansari, dari Kebon ke Panggung Dunia
Tidak pernah terbayangkan, lahan seluas 60 hektar di Pakansari akan mengubah nasib kelurahan di Kabupaten Bogor ini. Stadion megah di bekas kebon singkong ini menarik Pakansari ke panggung internasional. Pakansari telah mendunia.
Nama Pakansari awalnya tidak ada di peta Kabupaten Bogor. Kini, Pakansari bukan sekadar kelurahan, namun juga tempat fasilitas olah raga kelas internasional. Kawasan Pakansari dengan gelanggang olahraga (GOR)-nya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru masyarakat.
Ahmad Junaedi (59) lahir dan besar di Kampung Cikempong, Desa Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Ia mengingat kampungnya memiliki banyak pohon bambu dan buah-buahan. Ketika desanya dipecah dua menjadi Desa Pabuaran dan Desa Pakansari, pada 1978, Haji Junet, begitu panggilan guru SMP ini, juga tidak terpikir kampung akan berubah hiruk-pikuk dan menjadi tujuan masyarakat berusaha dan berwisata di akhir pekan.
"Dulu sambil sekolah, saya jualan buah-buahan, meneruskan yang dikerjakan almarhum bapak saya. Di sini banyak pohon buah, seperti rambutan, duku, dan manggis. Kebon bambu lebih banyak lagi. Bambu tali. Tapi, tidak ada usaha kerajinan bambu. Cuma ada yang bikin pengki dan loak," kata Junet.
Ketika pemekaran Desa Pabuaran, Junet masih repot mencari nafkah sebagai guru dan bertugas di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Ia tinggal di sana. Hanya sekali-kali pulang ke Cikempong. Namun, dia tahu, pemerintah mulai membebaskan lahan kampungnya.
Buatnya, pembebasan lahan itu biasa saja. Ia tak mendengar warga menolak menjual tanahnya. Sekitar 1.000 meter persegi tanah ayahnya juga ikut dibebaskan pada 1992.
"Dulu tidak ribut karena mungkin lahan warga masih luas-luas, masih ada sisa seperti tanah kami. Kalau ada yang kegusur habis, pindahnya juga tidak jauh-jauh, masih di Cikempong atau Kampung Curug, masih di Pakansari. Warga juga mau jual lahannya karena tahu akan dibangun GOR untuk kepentingan umum," tuturnya.
Tiang yang terlupakan
Menurut Junet, masalah muncul ketika tiang-tiang pancang stadion bola terbengkalai akibat krisis moneter tahun 1987. Tiang-tiang pancang hilang entah kemana. Berembus kabar, kawasan itu tidak akan jadi GOR tapi perumahan swasta.
Seiring berjalannya waktu, Pakansari seakan "dilupakan" pemerintah pusat. Pemerintah pusat malah membangun wisma atlet di Hambalang, Citeureup. Padahal semula direncanakan di GOR Pakansari juga dibangun wisma atlet.
Ketika pembangunan stadion sepak bola yang menjadi salah satu sarana GOR, dilanjutkan, tahun 2011, juga timbul masalah yakni tumpang-tindih kepemilikan lahan. Kasus lahan pun sampai ke penyidikan Polda Jawa Barat.
Junet saat itu sudah kembali tinggal di Pakansari dan menjadi Ketua RT 05. Akhirnya ia terlibat dalam upaya Pemerintah Kabupaten Bogor mewujudkan GOR.
"Terlibat langsung membantu membebaskan lahan tahun 2004. Di sini saya tahu, rencananya GOR akan seluas 120 hektar," katanya. Lahan yang dibebaskan pemda seluas 60 hektar.
Junet oleh Pemkab Bogor diberi dokumen amdal GOR Pakansari. Dia makin mendukung GOR dibangun. "Nanti di sini juga akan dibangun danau buatan untuk menunjang olahraga air, bukan cuma kolam renang. Lokasinya, yang sekarang ini ada selokan (Kali Kempuh), muaranya ke Situ Cikaret. Di sini banyak empang, ada mata air juga di kali itu. Kalau yang pembangunannya selesai tahun 2012, sesuai dengan amdal," katanya, sambil menunjukkan dokumen amdal GOR Pakansari.
Terimbas Pakansari
Namun Junet tidak tahu pasti, mengapa desanya yang kemudian menjadi kelurahan, bernama Pakansari. Begitu juga, sejarah GOR dinamakan Pakansari. Padahal, Pemkab Bogor menyempatkan membuat sayembara pemilihan nama GOR tersebut. "Saya nggak tahu sejarah nama Pakansari, karena saya masih mengajar di Jonggol waktu ada sayembara penamaan GOR," katanya.
Lurah Pakansari Ansari juga mengaku tidak tahu pasti asal muasal nama Pakansari. Kini, nama Pakansari hanya menjadi nama satu wilayah di Bogor. Namun, ia memastikan, penamaan GOR dengan Pakanasari adalah buah dari dirinya bersama para tokoh masyarakat Pakansari.
"Kami ngotot, harus pakai nama Pakansari untuk menghargai para orang tua dan masyarakat yang sudah memberikan lahannya dibebaskan untuk GOR. Kami dihina-hina, katanya, nama Pakansari tidak menjual. Sekarang, lihat saja, Pakansari lebih dikenal dan gampang diingat. Pakansari mendunia, " tuturnya.
Sekarang ini, lanjut Ansari, sudah banyak warganya yang bekerja di GOR Pakansari dan terimbas positif keberadaan GOR tersebut. Tapi, Ansari belum puas. Ia ingin ada warganya bukan sekadar buruh, tapi ditingkat pekerja halus dan manajer.
"Luas Kelurahan Pakansari sekitar 521,5 hektar. Penduduknya 30.146 jiwa. Tahun 2000, wilayah kami menjadi kelurahan. Perangkat-perangkat untuk mendukung Pakansari jadi kelurahan, mulai lengkap. Kantor kelurahan yang baru tengah dibangun di Jalan Tegar Beriman, di jalan utama Cibinong. Tidak nyempil kayak sekarang," tuturnya.
Namun, walaupun lahan nyempil dan jalannya sempit, harga lahan di Pakansari sudah sangat tinggi. Umi Kalsum Said (60), warga yang tinggal bertetangga dengan kantor Kelurahan Pakansari, mengatakan, ia membeli tanah tahun 2004 dengan harga Rp 15.000 per meter. "Sekarang, kebun itu (menunjuk kebun milik tetangganya), ada yang nawar kontan Rp 2,5 juta, tapi nggak mau dilepas," katanya.
Menurut Junet, yang lahan dan rumahnya kini persis di jalan depan Stasion Pakansari, harga tanah tidak kurang Rp 8,5 juta per meter persegi. "NJOP-nya belum tinggi, tapi harga pasaran lahan sudah tinggi. Sebab ada GOR, yang letaknya juga stategis, tidak jauh dari Jalan Raya Bogor - Jakarta dan Tol Sentul-Jagorawi. Dari mana-mana, orang yang ke sini," katanya.
Basurudin (48), warga RT 2 RW 5, yakin Pakansari akan jadi kota yang ramai dan modern.
"Tinggal Pemda masukkan jaringan air bersih PDAM dan gas alam ke rumah dan perumahan warga. Pasti akan tambah keren. Sambungan air bersih dan gas alam ini, yang sangat kami harapkan," katanya.
Yang menyejahterakan
Bisa jadi, Kelurahan Pakansari yang dulu banyak kebun bambu dan buah-buahan, bakal menjadi kota yang ramai dan sibuk. Ini tak lain karena Pakansari benar-benar menjadi pusat kesejahteraan, sebagaimana namanya.
"Kalau dicocok-cocokkan, Pakansari berarti makanan (pakan) dan pusat atau inti (sari), jadi artinya yang menyejahterakan. Namun yang awal memberi nama, saya tidak tahu pasti," kata Lurah Ansari.
Menurut mantan carik Desa Pabuaran, Agus Tarman (65), pemberi nama Pakansari adalah M Toha Umar, tokoh masyarakat setempat. Orangtua Toha kelahiran Kampung Curug, Desa Pabuaran.
Waktu itu, tutur Agus, ada kabar Desa Pakansari akan dipecah menjadi Kampung Curug dan Cikempong. "Sebagai kaum muda, saya dan beberapa pemuda membentuk wadah pemuda. Karena dari dua kampung, kami kasih nama Kompas, Kreasi Muda-mudi Pakansari. Pakansari itu diambil biar pemuda menyatu, tidak identik cuma Curug atau Cikempong. Nama Pakansari itu keluar begitu saja dari Pak Toha Umar, yang kini sudah meninggal," katanya.
Menurut Agus, Toha Umar adalah orang Sunda dari Bogor dan salah seorang tokoh masyarakat di Pabuaran. Waktu rencana pemekaran desa menjadi jelas, ia memanggil banyak tokoh masyarakat dan pemuda. Banyak debat memilih nama bakal desa nanti. Waktu ia menyebut Pakansari, semua akhirnya setuju.
"Beliau orang Sunda asli. Kami, seperti juga saya, banyak yang bahasanya campur Betawi/Jakarta. Beliau bilang, pakan itu makanan dan sari itu inti atau vitamin. Jadi, makanan yang bervitamin, yang menyehatkan. Jadi, Pakansari itu sumber kemakmuran dan sumber kehidupan. Kami semua setuju, apalagi saya yang masih muda," katanya.
Rapat atau pertemuan tidak resmi warga mulai mendengungkan nama Pakansari. Ketika Desa Pakansari diresmikan tahun 1978, banyak organisasi kemasyarakatan atau organisasi olahraga yang pakai nama Pakansari.
Pengembangan GOR
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Litbang Kabupaten Bogor Sofiah Syarifah mengatakan, GOR Pakansari awalnya direncanakan di atas lahan 120 hektar dengan kualitas internasional. Setidaknya, stadionnya satu tingkat dibawah Gelora Bung Karno, Jakarta. Lahan yang sudah milik Pemkab saat ini 60 hektar.
"Belum ada rencana untuk membebaskan lahan lagi, apalagi di sana kini sudah banyak pemukiman. Pemda fokus mengisi lahan yang ada dengan arena olahraga berkelas internasional, sehingga ketika Jakarta atau nasional memerlukan, bisa mereka pakai juga," tuturnya.
Untuk itu, lanjut Syarifah, Pemkab bekerja sama dengan pihak swasta dalam pembangunan dan pengoperasian stadion. Stadion dan empat bangunan fasilitas lainnya yang terbangun saat ini, semua dimiliki dan dibiayai Pemkab Bogor dibantu Provinsi Jawa Barat.
"Nantinya kerja sama dengan swasta karena biaya pembangunan dan perawatannya besar. DED dan desain bangunan kami yang buat, karena kami ingin ini berkelas internasional," katanya.
Kepala Sarana dan Prasarana Stadion Pakansari menceritakan, stadion ini selesai dibangun tahun 2014. Menurut penuturannya, sebelum jadi GOR, area itu berupa kebun singkong milik warga. Tahun 2010, pembuatan stadion mulai dilaksanakan. Banyak kebun yang dibeli Pemerintah Kabupaten Bogor.
Tidak semua warga mau pindah. Tamimi (38), warga Pakansari, mengatakan, seharusnya dia digusur sejak bulan Juni 2018. Namun, dia masih nekat tinggal di rumahnya di RT 02 karena sejak tahun 1978 keluarganya tinggal di sana.
Meskipun mencoba bertahan, mau tidak mau ia harus pindah akhir Agustus ini.
Sebagai pedagang, ia melihat Pakansari sangat berkembang. Harapannya, ada kerja sama Pemkab dan warga. Tamimi ingin dilibatkan bila ada kegiatan di Stadion Pakansari.
Di sekeliling Pakansari saat ini, banyak warga dan pedagang yang berjualan. Kebanyakan pedagang menjual telur gulung, sebagai makanan yang cukup laku di sana. Setiap malam, warga juga bercengkerama di pinggir stadion dan tidak sedikit yang melakukan swafoto di sana.
Menurut Abi (46), pedagang, GOR Pakansari masih kekurangan tempat sampah. Akibatnya, pengunjung sesuka hati membuang sampah di selokan dan di jalan. "Saya juga sering memunguti sampah,” kata dia. (Johannes De Deo)