Pertempuran Berlanjut hingga Hari Ketiga, Kota Ghazni Terancam Taliban
KABUL, SENIN — Pertempuran sengit antara kelompok Taliban dan pasukan Pemerintah Afghanistan di kota Ghazni berlanjut hingga hari ketiga, Minggu (12/8/2018). Situasi kota Ghazni kacau balau, penduduk tak berani keluar rumah kendati mereka ingin melarikan diri. Komunikasi ke luar terputus akibat jaringan telekomunikasi dirusak.
Beberapa pejabat dan warga menyebutkan, milisi Taliban menyerang kantor-kantor polisi dan bangunan-bangunan pemerintah di Ghazni, Afghanistan tengah, Minggu. Puluhan tentara dan polisi dilaporkan tewas. Pesawat Amerika Serikat melancarkan sedikitnya empat kali serangan udara.
Namun, detail jalannya pertempuran belum jelas mengingat sebagian besar saluran komunikasi di Ghazni rusak akibat pertempuran dalam beberapa hari terakhir. Seorang pejabat senior yang tidak mau disebut namanya mengatakan, sekitar 80 anggota pasukan keamanan Afghanistan tewas. Adapun korban jiwa di pihak warga sipil belum diketahui.
Serangan ke Ghazni merupakan unjuk kekuatan milisi Taliban, yang berupaya menyusup ke dalam kota tersebut dan menyerang dari beberapa penjuru. Kota Ghazni berlokasi sekitar 120 kilometer di sebelah barat daya ibu kota Kabul. Kota itu merupakan kota utama penghubung antara Kabul dan wilayah selatan Afghanistan.
Ghazni mulai diserang milisi Taliban, Jumat dini hari pekan lalu. ”Situasi benar-benar kacau,” kata Amanullah Kamrani, Wakil Ketua Dewan Provinsi Ghazni, kepada kantor berita AFP dari Kabul.
”Di Ghazni, hanya kantor-kantor polisi, kantor-kantor pemerintah, dan beberapa departemen yang masih berada di bawah kontrol pasukan pemerintah Afghanistan. Selebihnya di bawah kontrol milisi Taliban,” kata Kamrani.
Beberapa warga mengatakan, mereka melihat kurangnya jumlah pasukan pemerintah untuk mengusir mundur milisi Taliban. ”Kami belum pernah menyaksikan skala besar serangan oleh Taliban sebelumnya,” ucap Rahmatullah Andar, warga Ghazni.
Pertempuran dilaporkan berlangsung sangat sengit, diwarnai dengan tembak-menembak tiada henti antara milisi Taliban dan pasukan pemerintah.
Serangan yang dilakukan Taliban di kota Ghazni ini cukup serius setelah serangan terakhir mereka di kota Farah, Mei lalu.
Saling klaim
Kedua pihak mengklaim bisa menguasai kota Ghazni yang berpenduduk 140.000 jiwa. Mohammad Sharif Yaftali, Kepala Staf Angkatan Darat Afghanistan, menyatakan bahwa kota Ghazni tidak terancam bakal jatuh ke tangan Taliban. Pertempuran sengit terus berlangsung untuk mengusir mundur Taliban dari wilayah-wilayah perbatasan kota.
”Lokasi-lokasi dan pusat-pusat strategis di kota (Ghazni) masih di bawah kontrol pasukan Afghanistan dan Taliban bersembunyi di rumah-rumah warga dan toko serta bertahan,” ujar Yaftali kepada wartawan dalam konferensi pers di Kabul.
Pejabat Kementerian Pertahanan lainnya menyatakan, pasukan pemerintah telah sepenuhnya menguasai Ghazni. Pada saat bersamaan disebutkan, operasi pembersihan terus dilanjutkan, dan tentara tambahan dikirimkan untuk memperkuat pertahanan di kota tersebut.
”Pasukan Angkatan Darat sedang dalam perjalanan ke Ghazni untuk membantu polisi nasional mencari dan membersihkan kota dari pemberontak yang mungkin masih bersembunyi di kota,” kata Mayor Mohammad Farooq, juru bicara korps 203 Angkatan Darat Afghanistan.
Namun, para anggota parlemen asal Ghazni yang berhasil menghubungi beberapa warga Ghazni mengatakan, Taliban telah menguasai banyak wilayah di kota Ghazni. ”Hanya kantor gubernur, kantor-kantor polisi, dan markas badan intelijen yang masih dikuasai pemerintah, dan Taliban terus menyerang untuk menguasai (kantor-kantor) itu,” Chaman Shah Ehtemadi, anggota parlemen asal Ghazni.
Sementara juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan bahwa pihaknya menguasai sejumlah lokasi strategis dan telah merebut banyak senjata, menduduki penjara Ghazni, serta melepaskan banyak napi dari situ. ”Kami sedang berunding di sejumlah area dengan pasukan musuh agar menyerah atau nyawa mereka dalam bahaya,” kata Mujahid melalui pernyataan, Sabtu.
Komunitasi terputus
Salah seorang pejabat yang tak bersedia disebut identitasnya mengatakan, kedua pihak berupaya menguasai pusat-pusat perdagangan dan jalan-jalan arteri sekitar kota. Belum diketahui secara pasti berapa jumlah korban dalam pertempuran ini.
Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Najib Danish, 15 polisi tewas dan seorang jurnalis Afghanistan terbunuh. Di pihak Taliban, kata Danish, lebih dari 150 orang tewas atau terluka. Belum diketahui berapa korban dari warga.
Juru bicara pasukan AS Letkol Martin O’Donnell menyebutkan, operasi pembersihan sedang berjalan, dan dia sudah menerima laporan tentang pertempuran sporadis.
Taliban meningkatkan serangan-serangan di sejumlah wilayah sejak organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat secara resmi mengakhiri misi pertempuran mereka di Afghanistan pada 2014. Pasukan AS dan NATO masih berada di Afghanistan guna mendukung dan memberi latihan untuk pasukan Pemerintah Afghanistan.
Sejak pertempuran di Ghazni berlangsung, jaringan komunikasi praktis terputus. Milisi Taliban telah merusak menara komunikasi dan menyasar sejumlah kantor media. Mereka juga membumihanguskan kantor-kantor televisi setempat.
Serangan yang dilakukan Taliban ini cukup serius setelah serangan terakhir mereka di kota Farah, Mei lalu. Dalam serangan itu, Taliban nyaris menguasai kota di bagian barat Afghanistan tersebut.
Di tempat lain, Taliban pada Jumat malam juga menyerang kantor polisi dan pos pemeriksaan Angkatan Darat di Provinsi Baghlan. Sebanyak 13 polisi dan prajurit tewas.
Kepala Polisi Jenderal Ekramuddin Serih mengatakan, sedikitnya 10 pemberontak Taliban terbunuh dan empat lainnya luka-luka. ”Taliban tidak bisa melewati pos penjagaan dan bertekuk lutut pada pasukan keamanan,” kata Serih.
Pemerintah Afghanistan sebenarnya sedang mempertimbangkan untuk menawarkan gencatan senjata menjelang Idul Adha ini. Rencana ini sama seperti yang dilakukan, Juni lalu, menjelang Idul Fitri. Saat itu, di jalan-jalan di Kabul tampak pejuang Taliban yang tak bersenjata berbaur dengan prajurit pemerintah. Perang antara pasukan pemerintah dan milisi Taliban sudah berlangsung selama 17 tahun.
(AFP/AP/REUTERS/SAM)