Polisi Andalkan Patroli
Tawuran menjadi salah satu kriminalitas yang diwaspadai polisi, terutama menjelang perhelatan Asian Games 2018.
JAKARTA, KOMPAS - Polisi akan melakukan patroli untuk mencegah tawuran. Kerja sama warga sekitar dalam mencegah tawuran juga dibutuhkan untuk mencegah baku lempar pecah di wilayah mereka.
Terakhir, tawuran terjadi di Jalan Pulo Gundul, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018) sekitar pukul 22.00.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, polisi akan melakukan patroli di daerah rawan tawuran untuk menghindari pecahnya tawuran saat Asian Games.
Selain tawuran warga dan tawuran antarpelajar, polisi juga mengantisipasi tawuran antarpendukung saat terjadi pertandingan di Asian Games.
Masyarakat juga diminta untuk bersama-sama mengantisipasi tawuran seperti yang terjadi Sabtu malam di Johar Baru, Jakarta Pusat.
"Antisipasi tawuran kami lakukan dengan patroli dan berjaga di lokasi rawan seperti di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur. Kami berharap tidak ada tawuran lagi," katanya.
Argo menuturkan, polisi akan memproses hukum pelaku tawuran yang melakukan perbuatan pidana seperti membawa senjata tajam.
Polisi juga tidak segan membubarkan tawuran menggunakan gas air mata jika memang diperlukan.
"Pemakaian gas air mata ada aturannya. Kalau tidak pakai gas air mata lalu banyak korban bagaimana. Kami mencegah jatuhnya banyak korban," kata Argo, Minggu.
Tawuran yang terjadi di Jalan Kawi, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, hingga kemarin malam, belum diketahui penyebabnya.
Kepala Humas Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komissaris Besar Suyatno mengatakan, belum ada kabar terkait tawuran yang terjadi di Jalan Pulo Gundul, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Polsek Johar Baru pun belum bisa memastikan tawuran yang terjadi pada Sabtu malam itu. Hingga kemarin, Polsek masih mengidentifikasi kejadian itu.
“Belum ada kabar dan laporan kepada kami,” kata Suyatno.
Anes (23), salah satu warga Johar Baru, mengatakan, tawuran dihentikan oleh warga sekitar.
Saat itu, ia sedang mengendarai motor dan berbalik arah karena takut melihat kedua kubu yang terlibat tawuran. Ia hanya melihat, ada beberapa orang yang membawa senjata tajam dan berteriak-teriak dengan tidak jelas.
“Jarak saya (dengan kerumunan pelaku tawuran) sekitar 100 meter. Saya sempat melihat tetapi berbalik arah untuk mencari jalan lain,” kata dia.
Anes sempat mendengar kabar bahwa orang-orang yang tawuran tersebut bukan warga Johar Baru dan berjumlah sekitar 20 orang.
Sebelumnya, tawuran antara suporter sepak bola NJ Mania dan pedagang serta warga di Jalan Raya Bogor terjadi Sabtu (4/8/2018). Kejadian ini menewaskan satu orang. Kejadian bermula dari penjarahan suporter terhadap warung kaki lima.
Pada 1 Agustus, tawuran pelajar terjadi di Tangerang Selatan, Banten. Bentrokan antara pelajar dua sekolah menengah kejuruan (SMK) swasta terjadi di Jalan Raya Puspiptek, Kademangan, Kecamatan Setu. Seorang pelajar bernama Ahmad Fauzan (18) menjadi korban.
Sementara, 12 pemuda yang juga warga Pedongkelan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, diringkus polisi pada pertengahan Juni karena membawa senjata tajam berupa pedang panjang dan golok. Mereka ditangkap di Kampung Baru, Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (20/6/2018) malam.
Menurut Kapolsek Kembangan Komisaris Supriadi, Kamis (21/6/2018), para pemuda ini berniat tawuran. ”Salah seorang di antaranya bahkan membawa jeriken berisi bensin. Dari pengakuan mereka dan sejumlah saksi, mereka berniat tawuran,” tutur Supriadi.
Aktualisasi yang salah
Pakar Kriminologi Kisnu Widagso mengatakan, tawuran adalah sebuah aktualisasi diri yang salah. Dia menyampaikan bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan aktulaisasi. Namun, karena pergaulan, aktualisasi bisa saja salah.
Penyebab tawuran lainnya adalah karena kehilangan identitas seseorang. Karena adanya desakan dari orang atau pihak tertentu, maka seseorang bisa jadi lupa terhadap jati dirinya.
Ia berpesan, agar pemerintah, sekolah, dan lembaga swadaya masyarakat bersatu untuk memberikan pengaruh yang baik bagi masyarakat. Setidaknya, ada sebuah dorongan positif bagi masyarakat untuk berelasi dengan baik.
Harus saling mendukung, bekerja sama, dan mengarahkan. Itu semua adalah kunci dalam sebuah relasi,” pungkasnya, kemarin. (Johannes De Deo)