Tingkat Keamanan Lalu Lintas di Jakarta Utara Memprihatinkan
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Berulangnya kasus kecelakaan lalu lintas di wilayah Jakarta Utara, khususnya pada ruas-ruas jalan menuju Pelabuhan Tanjung Priok, ditengarai disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor manusia dan faktor lemahnya penegakan aturan lalu lintas. Mekanisme rekayasa lalu lintas harus dilakukan dengan didukung peningkatan kesadaran publik untuk taat aturan lalu lintas.
Pengamatan Kompas Senin siang (13/8/2018) menunjukkan, di satu sisi penggalan Jalan Yos Sudarso depan halte kawasan Artha Gading yang menjadi titik berputar arah bagi kendaraan dari arah selatan, seorang pengemudi ojek daring terkejut. Dalam posisi duduk mengendarai sepeda motornya, ia menoleh ke belakang sejenak setelah mendengar bunyi klakson cukup kencang. Truk kontainer Pertamina yang mengangkut bahan bakar berjalan perlahan di belakangnya.
"Putaran balik di depan Artha Gading itu masih membahayakan dan bikin macet. Saya sering tegur pengendara sepeda motor di situ,” ujar Sugianto, Kepala Unit Patroli Lalu Lintas Wilayah Jakarta Utara. Dengan setengah kesal Sugianto mengatakan, seperti juga saat patroli penertiban lalu lintas di lokasi lain, ia beberapa kali juga pernah memukulkan tongkat kecil ke helm pengendara sepeda motor yang melawan arus. “Saya pukul helmnya. Seharusnya dia menghargai polisi, lalu kembali pada jalur yang benar.”
Kecelakaan yang terjadi kemarin di Jalan Yos Sudarso dan merenggut dua orang, menurut Sugianto, dapat dipengaruhi oleh faktor kecerobohan pengendara semacam itu. Andrea Putra (32), pengemudi ojek di pangkalan Permai, mengatakan, umumnya kecelakaan terjadi karena banyaknya pengendara sepeda motor yang melanggar arus. Selain itu, di persimpangan Permai juga ada titik putaran balik bagi kendaraan dari arah utara. “Di situ, sering ada sepeda motor yang menerobos memotong jalan saat kontainer lewat,” kata Andrea.
Hani Juwanto, Penanggung Jawab Sementara Unit Pendidikan dan Rekayasa Lalu Lintas Jakarta Utara menambahkan, pihaknya telah beberapa kali menyosialisasikan ketertiban berlalu lintas, terutama di kalangan siswa sekolah menengah atas. Pertengahan Juli lalu, misalnya, dalam kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah di SMK Negeri 12 Jakarta, Kebon Bawang, Tanjung, Priok, ia menggelar penyuluhan “Disiplin Berlalu Lintas” kepada para siswa.
“Alhamdullilah, siswa SMKN 12 sekarang disarankan tidak membawa motor ke sekolah,” kata Hani. Ia pun sering memberi penyuluhan di SMA Negeri 13 Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, dan kepada karyawan di PT Komatsu di Cakung, Cilincing, Jakarta Utara.
Hani menyebutkan, 70 persen kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh faktor kesalahan manusia. Menurut dia, selain terkadang pengendara mengantuk atau lelah, kedisiplinan mereka dalam berlalu lintas juga masih lemah. Orangtua juga diharapkan supaya memastikan lebih dulu mental anaknya sebelum siap mengendarai kendaraan.
Kalau belum siap, tapi sudah dikasih bawa motor, ya sama saja membunuh anaknya perlahan-lahan
“Kalau belum siap, tapi sudah dikasih bawa motor, ya sama saja membunuh anaknya perlahan-lahan,” ujarnya. Di sisi lain, Hani mengatakan, pihaknya berencana akan meningkatkan sosialisasi ketertiban berlalu lintas di tingkat kelurahan-kelurahan di Jakarta Utara.
Demi mengamankan kondisi lalu lintas, Sugianto mengatakan, Dirlantas Polda Metro Jaya sudah menyiagakan petugas pada setiap pos-pos polisi. Sedikitnya, Sugianto menyebut tiga lokasi pos di kawasan Jakarta Utara yang masing-masing dijaga oleh dua personel, yakni di Persimpangan Permai, Jalan Yos Sudarso; Jalan Enggano, Tanjung Priok; dan depan jalur masuk menuju Pelabuhan Tanjung Priok. Tapi, kata Sugianto, “Belakangan setiap pos diambil satu orang untuk ditugaskan kiat pengamanan Asian Games di Jalan Benyamin Sueb.”
Tarif tol
Bicar Silitonga, warga Kelurahan Kebon Bawang, menilai kecelakaan di persimpangan Permai sudah kerapkali terjadi. “Seharusnya ada jalan khusus buat truk kontainer memakai jalan tol Kebon Bawang yang di atasnya (atas Jalan Yos Sudarso). Nggakkayak sekarang, jalan di bawahnya macet, tapi di tol sepi,” kata Bicar, petugas parkir di kawasan Pasar Ular Permai, Jalan Kebon Bawang VII, yang bersisian dengan lokasi kecelakaan Minggu (12/8/2018). Kata dia, tingginya tarif tol membuat sopir truk enggan melewati jalur tol Kebon Bawang yang mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Disambangi di pos perkumpulan sopir truk angkutan di lapangan Tanah Merah, Tanjung Priok, beberapa sopir menilai ongkos tarif tol yang tinggi. Endang (50), misalnya, untuk truk Golongan IV yang dikemudikannya, tarif tol Cikarang Utama 2 senilai Rp 37.500 dinilai terlalu besar. Dilanjutkan dari tol Cikarang Utama hingga di tol Cikunir yang mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok, ia membayar tarif lagi sebesar Rp 17.000.
“Bisa Rp 50.000 lebih. Kalau kita nggak dikasih lebih sama bos, mana mau kita pakai uang sendiri,” ujar Endang. Maka, ia pun memilih jalan bukan tol. Di muka gerbang tol Kebon Bawang pada ruas tol akses Tanjung Priok, besaran tarif tertera beragam: Rp 15.000 untuk golongan I, Rp 22.000 untuk golongan II, Rp 30.000 untuk golongan III, Rp 37.500 untuk golongan IV, dan Rp 45.000 untuk golongan V.
Pengurus penyedia angkutan truk kontainer dari PT Gemilang Indah Jaya Ali Maftukhan membenarkan keluhan sopir tersebut. Sebagai penanggung jawab kesediaan truk pengangkut barang, antara lain ke Tangerang dan Surabaya, Ali menyebutkan, ongkos perjalanan yang diterima setiap sopir bergantung dari pemberi pekerjaan pengantaran.
“Tergantung dari bosnya, mau kasih uang berapa untuk sopir. Sopir mah, kalau mau cepet sampai, dan uang jalannya ditambahin ya, baru lewat tol,” ungkap Ali.
Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang mengatakan, tarif tol perlu diturunkan agar selaras dengan tujuan dibangunya tol untuk mempercepat proses angkutan barang. Ia menyayangkan rendahnya perhatian pemilik angkutan barang yang belum begitu peduli dengan tarif tol yang mahal. “Selama ini, karena biaya tarif tol mahal, sopir yang dikorbankan,” kata Djoko.
Selama ini, karena biaya tarif tol mahal, sopir yang dikorbankan
Demi mengurangi angka kecelakaan, memandang pentingnya pemisahan jalur truk dan nontruk. Hal ini bisa dilakukan melalui uji coba rekayasa lalu lintas, terutama di kawasan menuju Pelabuhan Tanjung Priok. “Polisi dan Dinas Perhubungan bisa mengkaji rekayasa lalu lintas di kawasan itu,” tegas Djoko.