ISTANBUL, SENINLangkah Bank Sentral Turki untuk menjanjikan likuiditas cukup dan memotong persyaratan cadangan dana bagi perbankan telah mendorong penguatan tipis lira ke level 7,2 per dollar AS pada perdagangan, Senin (13/8/2018). Namun, penurunan tajam lira jika dilihat sejak awal tahun ini telah menyeret turun bursa-bursa saham dan posisi mata-mata uang di pasar keuangan global.
”Bank sentral akan secara lekat mengawasi kedalaman pasar dan pembentukan harga serta melakukan tindakan-tindakan yang dirasakan perlu untuk mempertahankan stabilitas keuangan, bahkan secara lebih mendalam jika diperlukan”, demikian pernyataan tertulis Bank Sentral Turki dalam rilisnya.
Bank mengatakan memotong rasio persyaratan cadangan lira, penyangga tunai yang dipegang oleh bank, sebesar 250 basis poin dan menurunkan rasio persyaratan cadangan untuk kewajiban mata uang asing non-inti sebesar 400 basis poin untuk jangka waktu hingga tiga tahun. Langkah itu, menurut bank sentral, akan membebaskan 10 miliar lira, 6 miliar dollar AS, dan 3 miliar dollar AS, jumlah yang setara dengan likuiditas emas dalam sistem keuangan di negeri itu. Otoritas bank sentral juga menegaskan janjinya untuk menyediakan semua kebutuhan likuiditas bank.
Investor merespons anjloknya mata uang lira dengan melepas saham-saham mereka dan membeli surat-surat utang pemerintah. Indeks dollar AS naik. Imbal hasil surat utang Pemerintah Turki dengan tenor dua tahun naik 94 basis poin ke level 25,74 persen. Level itu adalah tingkat imbal hasil tertinggi di Turki sejak krisis keuangan global tahun 2008 silam. Indeks saham di pasar saham Turki anjlok hingga 4,6 persen pada awal pekan.
Kalangan pelaku pasar tetap mempertanyakan, apakah ada dan cukup langkah-langkah yang diambil Pemerintah Turki di bawah kendali Presiden Recep Tayyip Erdogan di tengah tekanan atas nilai tukar Turki, termasuk juga menghadapi tekanan perdagangan dengan Washington. Pasar khawatir Erdogan justru akan semakin kuat mengontrol sistem keuangan dan bank sentral negeri itu.
Respons para pengambil kebijakan Turki pada awal pekan ini merupakan langkah pertama kali yang dilakukan setelah pada Jumat (10/8/2018) nilai tukar lira anjlok hingga hampir 8 persen. Hal itu menjadi bagian rencana aksi yang diumumkan Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak, Minggu malam.
Dia menegaskan penolakannya atas kontrol modal sebagai pilihan untuk menahan keluarnya modal dari Turki. Ia juga berupaya mencegah kabar yang menyebutkan pemerintah akan mengatur pinjaman.
Meskipun demikian, hingga tulisan ini diturunkan, belum ada pernyataan otoritas keuangan tentang akan dinaikkannya suku bunga acuan. Para ekonom dan analis sebelumnya menilai hal itulah, terutama saat-saat sekarang, yang tengah dibutuhkan guna mengurangi tekanan krisis keuangan di Turki.
Mayoritas turun
Kemarin, bursa-bursa saham di Asia melemah, berlanjut dengan pergerakan turun di bursa-bursa saham Eropa pada awal perdagangan. Indeks Shanghai Composite turun 0,3 persen saat Indeks Nikkei225 anjlok 2 persen dan Indeks Hang Seng serta Indeks Kospi turun 1,5 persen.
Di Eropa, Indek DAX dan FTSE dibuka melemah 0,5 persen. Pelemahan nilai tukar lira, Minggu malam, memengaruhi hal itu. Kondisi ini turut menimbulkan permintaan atas sejumlah mata uang selain dollar AS, yakni franc Swiss dan yen Jepang.
Analis BNP Paribas, Erkin Isik, menyatakan, meski otoritas keuangan Turki telah merespons anjloknya lira, efeknya tidak akan langsung ada di pasar, terutama terhadap posisi lira. Hal ini dikarenakan kebijakan itu tidak memengaruhi posisi cadangan mata uang asing bank-bank. Menurut dia, level lira saat-saat ini akan menambah 4-5 persen poin tingkat inflasi Turki untuk waktu beberapa bulan mendatang. Dengan demikian, inflasi Turki pada September diperkirakan berada di level 21 persen, naik dari 16 persen pada posisi bulan lalu.
Analis senior untuk pasar negara-negara berkembang di lembaga Credit Agricole, Guillaume Tresca, menyatakan, respons yang diambil otoritas Turki bersifat teknis semata. Padahal, negeri itu membutuhkan rencana bisnis lengkap untuk menyeimbangkan perekonomiannya dan menaikkan suku bunga.