Jaga Kehormatan Bangsa
JAKARTA, KOMPAS - Keberhasilan Asian Games Jakarta-Palembang 2018 tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga segenap bangsa Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan turut menjaga kehormatan bangsa dengan memberikan sambutan yang baik bagi kontingen negara lain.
”Masyarakat harus ikut menjaga kebersihan, ketertiban, dan selalu tersenyum. Lalu, memakai pakaian yang baik, sambut tamu-tamu kita dengan baik,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, Selasa (14/8/2018) sore, seusai meninjau sejumlah arena di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat.
Dalam peninjauan itu, Wapres yang didampingi Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) Erick Thohir dan Wakil Ketua Inasgoc Sjafrie Sjamsoeddin menjajal pintu masuk tiket penonton. Tidak hanya itu, ia juga menonton pertandingan basket antara tim Hong Kong dan Qatar di Hall A.
Pusat Siaran Internasional atau International Broadcast Center di Balai Sidang Jakarta Convention Center juga dikunjungi Kalla. Ia meneliti satu per satu peralatan yang disiapkan panitia, mulai dari komputer, jaringan internet, hingga kudapan yang disediakan bagi para peliput Asian Games.
”Setelah melihat beberapa venue di GBK ini dan juga media center, saya melihat semua betul-betul sudah siap. Saya tanya tadi, juga tidak ada komplain apa-apa, semua baik,” tuturnya.
Kesan positif
Pada hari pertama pertandingan bola basket, kemarin, digelar empat laga, meliputi Jepang melawan Taiwan, Thailand kontra Mongolia, Hong Kong versus Qatar, serta Indonesia yang bertemu Korea Selatan. Sejumlah atlet pun mengapresiasi penyelenggaraan pertandingan itu.
Small forward tim nasional Jepang, Takuma Sato (23), mengatakan, arena bola basket dan fasilitas yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan kebutuhan atlet untuk berlaga di tingkat Asia. Relawan yang ada di sekitar arena juga cukup membantunya untuk memahami tata letak arena.
Hal serupa dikatakan Douglas Creighton (33), small forward timnas Taiwan. ”Seluruh sarana dan prasarana terasa dipersiapkan dengan baik,” katanya.
Selama laga berlangsung, lantai lapangan tidak licin, hingga jarang ada atlet yang terpeleset. Sistem skor dan audio pun berjalan lancar. Tidak ada kegaduhan dari penonton. Selain itu, Creighton menambahkan, keramahan relawan membuatnya merasa berada di negara sendiri.
Bagi Sato dan Creighton, kepuasan penyelenggaraan tidak hanya berasal dari arena pertandingan, tetapi juga dari fasilitas yang disediakan di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Selain nyaman untuk tempat beristirahat, Wisma Atlet juga menyediakan hidangan lezat. ”Makanan yang ada di wisma atlet beragam dan lezat,” kata Creighton.
Transportasi dari wisma atlet ke arena pertandingan juga dinilai lancar. ”Perjalanan kami menghabiskan waktu sekitar 20 menit,” kata Sato.
Di luar kesan positif itu, masih ada pelayanan terhadap peserta dari negara lain yang belum memuaskan. Timnas sepak bola Vietnam memutuskan memboikot acara pembukaan Asian Games 2018 yang akan digelar di Senayan, Sabtu mendatang, sebagai bentuk protes atas persoalan lapangan latihan.
”Kami sepakat untuk tidak datang pada acara pembukaan karena masalah (tempat latihan) sepak bola. Apa kami marah? Tidak. Hanya saja, ini bukan sesuatu hal yang menyenangkan,” ujar Manajer Vietnam Vu Lam Duong ditemui di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang.
Inasgoc sebetulnya menyediakan tempat latihan di Lapangan Sutasoma di kawasan Halim Perdana Kusuma. Namun, timnas Vietnam yang bersiap latihan di Sutasoma pada Minggu sore ternyata diberi tahu bahwa tempat itu tak siap karena masalah perizinan. Saat jadwal latihan digeser pukul 20.00, mereka menolak karena dinilai terlalu malam.
Pelatih timnas U-23 Vietnam, Park Hang Seo, juga kecewa karena lapangan latihan yang disediakan jauh dari hotel tempat menginap atlet. ”Jaraknya (Lapangan Sutasoma ke hotel) 42 kilometer. Atas pertimbangan agar lebih dekat dan para pemain tidak kelelahan, kami memutuskan memakai tempat lain,” ujar pelatih asal Korea Selatan itu. Mereka pun hari Senin berlatih di lapangan milik perusahaan Korsel yang ada di Bekasi.
Rohit Chand, pemain asal Nepal, juga mengakui, lokasi lapangan berlatih itu terlalu jauh dari hotel tempat ia dan timnya menginap di Bekasi. Namun, ia tidak terlalu mempersoalkan hal itu karena bus timnya dikawal polisi sehingga tidak terjebak kemacetan saat menuju Halim.
Dari cabang bola tangan, sejumlah tim memprotes waktu latihan yang singkat di Lantai 5 GBK Arena. Semula akan disediakan arena latihan di Lantai 5 dan 8 GBK Arena. Mengingat arena latihan di Lantai 8 GBK Arena belum siap, jadwal latihan di Lantai 5 GBK Arena pun dimampatkan agar semua tim bisa punya kesempatan berlatih.
Di arena pertandingan bola tangan di GOR POPKI, tenda ukuran 5 x 20 meter untuk pemanasan dinilai terlalu kecil. Selain itu, pencahayaan berkapasitas 750 luks di arena pertandingan juga dinilai kurang terang.
Direktur Pertandingan Inasgoc Harry Warganegara menjelaskan, semua persoalan yang tersisa hanya detail kecil. Persoalan itu akan selesai sebelum
17 Agustus 2018.
Di berbagai luar persoalan yang ada, antusiasme negara lain untuk berpartisipasi dalam Asian Games dinilai cukup besar. Hal ini terlihat dari 17.000 atlet dan ofisial yang mendaftar, jauh dari perkiraan 15.000 orang. Media yang mendaftar untuk meliput mencapai 11.000 orang, jauh di atas target 7.000 jurnalis.
”Mereka punya kesan positif terhadap Indonesia sehingga tak ragu berpartisipasi ke sini. Kami juga tidak bisa membatasi mereka karena ini juga akan baik untuk promosi kita,” kata Erick.
(NTA/KYR/DRI/KEL/JON)