Pascagempa, Harga Barang di Lombok Masih Tinggi
LOMBOK UTARA, KOMPAS - Sepekan pascagempa Lombok, NTB, warga dan pengungsi terpukul kenaikan sebagian harga bahan pokok di sejumlah pasar. Surta edaran wali kota tak mempan mengendalikan harga.
Kenaikan harga komoditas terpantau di Pasar Kebon Roek Kota Mataram, Pasar Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat, dan Pasar Tanjung Kabupaten Lombok Utara, Selasa (14/8/2018). Di Pasar Kebon Roek, harga beras kualitas medium naik dari Rp 9.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram. “Baru dua hari terakhir,” ujar Amin (58), pedagang beras.
Harga telur ayam juga naik dari Rp 46.000 menjadi Rp 48.000 per kilogram (kg). Bawang merah juga naik dari Rp 20.000 menjadi Rp 25.000 per kg dan harga bawang putih naik dari Rp 22.000 jadi Rp 25.000 per kg. Harga sayur juga naik, seperti sawi putih dari harga Rp 6.000 menjadi Rp 10.000 per kg.
Rabu (8/8/2018) lalu, Wali Kota Mataram Ahyar Abduh mengeluarkan surat edaran berisi himbauan kepada mini market dan toko kebutuhan pokok untuk tetap beroperasi dan tidak menaikkan harga.
Presiden meminta fasum-fasum seperti pasar, sekolah, dan masjid untuk segera dibangun kembali.
Di Pasar Tanjung Lombok Utara, harga komoditas yang melonjak antara lain gula pasir dari Rp 3.500 jadi Rp 4.000 per plastik berisi 0,25 kg. Selain itu, harga tempe naik dari Rp 1.500 menjadi Rp 2.000 per potong. “Saya beli di Mataram juga sudah naik,” ucap Nurjanah (50), pedagang.
Kepala Bidang Hukum Polda NTB Ajun Komisaris Besar Abdul Azas Siagian memastikan tidak ada penimbunan kebutuhan pokok oleh pedagang maupun distributor di Kota Mataram sekitarnya. Polisi dan petugas Dinas Perdagangan NTB telah memantau gudang-gudang distributor maupun pedagang kebutuhan pokok, Selasa ini.
Respons Presiden
Keluhan kenaikan juga disampaikan lagsung salah satu pengungsi di Dusun Karang Subagan, Pemenang Barat, Kaela (25), kepada Presiden Joko Widodo. Harga kebutuhan melangit saat warga ditimpa musibah.
“Kain terpal dulu Rp 700.000-750.000, sekarang Rp 1.500.000. Itu juga habis. Minyak bensin biasanya Rp 9.000 per liter, sekarang Rp 20.000 per liter,” tuturnya sambil mengamati Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke posko pengungsian, Selasa kemarin.
Lonjakan harga itu memberatkan warga. Apalagi warga tak lagi bekerja. Aktivitas ekonomi lumpuh. Toko-toko di Lombok Utara umumnya masih tutup, pariwisata pun mati.
Presiden memahami melonjaknya harga akibat permintaan tinggi, sedangkan persediaan sangat terbatas. Presiden telah menghubungi Menteri BUMN, Kepala Bulog, dan lainnya untuk mendorong persediaan barang-barang kebutuhan warga. “Bulog sudah saya perintah suplai,” ujarnya usai meninjau posko pengungsian di Dusun Tana Ampar, Terengan, Lombok Utara.
Bahan bakar juga segera dikirim. Adapun untuk rekonstruksi fasilitas umum dan rumah-rumah warga yang rusak, Presiden meminta Menteri BUMN Rini Soemarno mendorong BUMN produsen semen dan baja agar segera mengirim material konstruksi secara besar-besaran ke Lombok.
"Yang berkaitan semen hari ini akan mulai disuplai besar-besaran ke sini. Harga tidak akan naik serupiahpun, langsung dari pabrik. Baja juga sama, sudah saya perintahkan tadi malam langsung disuplai. Hari ini sudah berangkat," kata Presiden.
Pasar tradisional
Pada rapat terbatas, Senin malam di Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Presiden menegaskan fasilitas-fasilitas umum terkait ekonomi seperti pasar agar didahulukan pengerjaannya. Selasa pagi, lokasi-lokasi pertama yang dipantau Presiden adalah RSUD Tanjung dan Pasar Tanjung.
Presiden mengecek kondisi pasar tersebut bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi serta Kepala BNPB Willem Rampangilei, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian, dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Presiden pun meminta fasum-fasum seperti pasar, sekolah, dan masjid untuk segera dibangun kembali. Basuki pun mengatakan dalam satu dua pekan, pengerjaan dimulai. “Saya kira nanti akan normal kembali kalau titik-titik aktivitas ekonomi sudah berjalan,” tambah Presiden.
Di Kabupaten Lombok Utara, aktivitas pasar tradisional belum pulih karena bangunan pasar masih rusak parah. Pedagang di Pasar Tanjung misalnya, hanya berjualan di halaman pasar karena lapak mereka tidak dapat ditempati. Pedagang juga hanya berjualan beberapa komoditas tertentu dalam jumlah terbatas. “Saya baru jualan dari Kamis kemarin. Kalau tidak berjualan tidak ada penghasilan lagi,” ucap Nurjanah, pedagang yang juga menjadi korban gempa karena rumahnya ambruk.
Yursih (27), warga Dusun Tebango, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, berharap pasar tradisional segera beroperasi supaya dia bisa membeli kebutuhan pokok dan sayuran untuk dimasak. Yursih dan keluarganya mengungsi karena rumahnya ambruk diguncang gempa. “Sejak mengungsi saya sama anak-anak selalu makan mi instan. Takut sakit perut nanti,” tutur Yursih.
Direktur Sarana Distribusi dan Logistik Kementerian Perdagangan Sihard Hadjopanpohan memastikan, sarana dan prasarana yang rusak seperti pasar tradisional akan diperbaiki atau direlokasi ke tempat lain sehingga pedagang tetap dapat berjualan. Rehabilitasi atau pembangunan pasar baru akan diupayakan melalui dana alokasi khusus.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB Mohammad Rum mengakui, beberapa pasar tradisional di daerah terdampak gempa seperti di Lombok Utara telah diinstruksikan Presiden Joko Widodo untuk segera direhabilitasi agar kembali membangkitkan perekonomian. Rehabilitasi bangunan diupayakan melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.