Persiapan Serius Laskar Penyemangat
Selain dari masyarakat umum, 25.300 pelajar siap menjadi suporter bagi atlet Indonesia pada Asian Games 2018. Selama tiga bulan mereka bersiap diri, termasuk belajar soal bagaimana merayakan kemenangan tanpa mencemooh lawan.
Rahma Mutia (17) dan Azahra Kinanti (17) tidak sabar menunggu momen laga panahan berlangsung. Demi acara itu, Rahma membeli topi berbentuk Atung, yang juga salah satu maskot Asian Games 2018. Ia akan mengenakan topi itu dalam mendukung perjuangan atlet panahan Indonesia di Archery Field di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (27/8/2018).
”Aku terkesan banget kalau nanti bisa lihat srikandi-srikandi panahan berlaga,” kata siswi Jurusan Tata Boga Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 30 Jakarta, Senin (13/8) di Jakarta.
Sebelumnya, dia tidak pernah membayangkan momen ini bakal terjadi. Tanpa diduga, dia ditunjuk sekolah menjadi suporter. Rahma yang memang hobi berolahraga tak bisa membendung kegembiraan.
Begitu pun Azahra, teman sekolah Rahma. Azahra serius menyimpan tenaga agar suaranya bisa kencang saat mendukung atlet-atlet Indonesia. Di benak siswi kelas 12 ini, menjadi suporter berarti harus siap berteriak mendukung di tepi arena.
”Senang sekali bisa menonton langsung atlet dari banyak negara. Tiket masuk gratis, kesempatan ini mungkin hanya sekali seumur hidup,” ujarnya.
Mereka bagian dari 75 siswa SMKN 30 Jakarta yang hadir di arena panahan. Semua siswa di sekolah ini terbagi dalam dua kelompok, 27 siswa menonton panahan pada 27 Agustus dan 48 siswa bakal menyaksikan pertandingan hoki pada 28 Agustus dan 29 Agustus 2018.
Subiyantoro, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 30 Jakarta, siap mendampingi murid-muridnya. Untuk keperluan itu, para murid yang jadi suporter bisa menggunakan fasilitas bus, tiket gratis, dan pernak-pernik Asian Games, berupa dua balon tepuk. Selama laga berlangsung, para siswa itu tetap mengenakan seragam olahraga setiap sekolah.
Selain SMKN 30, persiapan serupa berlangsung di 129 sekolah di Jakarta. Total, dari berbagai wilayah Ibu Kota, ada 25.300 siswa yang siap jadi suporter. Sekolah dimaksud adalah SMP dan SMA sederajat yang lokasi sekolahnya berdekatan dengan arena pertandingan. Siswa yang terpilih jadi suporter juga bukan pelajar sembarangan. Mereka hasil seleksi dari murid-murid yang sehat jasmani dan dikenal berkarakter baik.
Pembekalan sikap
Sebelum ”beraksi” di tribune, pihak sekolah membekali murid-murid agar bisa menjadi suporter yang baik. Pembekalan itu menyangkut sikap saat memberikan dukungan, salah satunya tidak mencemooh tim lawan ketika laga berlangsung. Saat menerima kekalahan ataupun merayakan kemenangan, suporter harus bersikap santun.
”Mereka harus bisa menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang santun dan bermartabat di sebuah kejuaraan,” kata Waluyo Hadi, Koordinator Sekolah untuk Asian Games dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Arahan seperti itu diberikan para pembimbing di setiap sekolah yang diminta mengerahkan suporter pelajar. Salah satu hal yang diantisipasi adalah kemunculan materi politik dalam arena laga Asian Games.
Waluyo mengingatkan pembimbing murid untuk tak membawa atribut politik ke arena. Menurut dia, bukan pada tempatnya menyampaikan dukungan politik di arena olahraga meski tahun depan Indonesia memasuki tahun politik karena ada agenda pemilu.
Sebagaimana seorang atlet, suporter juga mengemban tugas mulia menjaga nama baik negara. Kobaran semangat dari suporter ikut mendukung atlet untuk mencapai prestasi terbaik bagi Indonesia.
Tak heran, para siswa itu kini fokus untuk menjadi suporter. ”Selama menjadi suporter, mereka tak dibebani tugas lain dari sekolahnya,” kata Waluyo.
Utamakan ke-20 cabang
Semua pelajar yang dilibatkan itu diarahkan mendukung perjuangan atlet di 20 cabang di mana Indonesia berpeluang meraih medali. Beberapa cabang dimaksud di antaranya renang indah, panahan, atletik, tinju, senam, bola voli, dan wushu.
Guna memperlancar rencana itu, Pemprov DKI Jakarta menyiapkan 121 bus sekolah berkapasitas 35 orang. Dari jumlah itu, lima bus di antaranya masih baru. Sementara bus yang lain biasa dipakai untuk antar-jemput pelajar dari dan ke sekolah.
Pergerakan suporter dijadwalkan secara cermat, dengan memastikan nomor bus sekolah, nomor polisi kendaraan, identitas dan nomor telepon sopir, serta awak bus. Selama pertandingan, awak bus menunggu di lokasi pengendapan bus untuk mengantarkan mereka kembali ke sekolah lagi.
Adapun pengerahan jumlah siswa di setiap arena sangat tergantung dari kapasitas arena dan kuota dari panitia. Jumlahnya mulai dari 8 orang sampai 2.400 siswa per pertandingan. Kuota ini rata-rata 20 persen dari kapasitas total penonton pertandingan. Jumlah suporter paling sedikit tercatat di cabang squash dan terbanyak di atletik.
Pergerakan suporter dalam jumlah besar menuju arena Asian Games dalam waktu hampir bersamaan telah diuji coba sebelumnya. Hal ini membuat Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko yakin, semua rencana bakal berjalan lancar. Mendukung rencana ini, sopir dan kenek kendaraan juga disiapkan sebelumnya.
Kehadiran para suporter ibarat pemain ke-12 dalam tim sepak bola. Tepuk tangan, sorak-sorai, dan teriakan mereka adalah penyemangat penting para atlet. Perjuangan mereka, para suporter itu, tak bisa dipandang sebelah mata. (E13)