JAKARTA, KOMPAS — KMP Bandeng yang tenggelam di perairan Pulau Loloda Utara, barat Pulau Halmahera, Maluku Utara, diduga karena faktor cuaca buruk. Hingga saat ini, empat awak kapal dan satu penumpang dalam proses pencarian.
Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi menjelaskan, kapal ini memiliki surat yang lengkap dan memenuhi persyaratan ketika berangkat. ”Ketika diizinkan untuk berangkat, cuaca sedang bersahabat. Namun, di tengah perjalanan, cuaca memburuk dan kemungkinan kapal tenggelam karena diterjang ombak,” ujarnya dalam konferensi pers di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Sebelumnya, kapal berangkat dari Tobelo menuju Bitung pada Selasa (14/8/2018). Rabu (15/8/2018) sekitar pukul 09.00 WIT, kapal mulai hilang kontak. Kapal tersebut membawa 51 penumpang.
”Berdasarkan informasi dari nakhoda, cuaca sedang buruk ketika itu. Hal ini menyebabkan kapal berubah haluan dari yang tadinya menuju Bitung kembali lagi ke Tobelo,” kata Ira.
Di tengah perjalanan kembali menuju Tobelo, kapal tenggelam dihantam ombak. Hari Rabu, 46 penumpang berhasil diselamatkan. Ketika ditemukan, 45 orang menggunakan sekoci dan satu orang terapung menggunakan jaket pelampung.
Penyebab pasti kapal tenggelam ini masih terus diselidiki. Berdasarkan catatan sebelum perjalanan, kapal ini tidak kelebihan muatan. Selain itu, para awak dan penumpang juga telah mengikuti prosedur keselamatan dengan menggunakan sekoci dan jaket pelampung.
”Penyebab pasti kapal tenggelam ini masih terus kami selidiki. Berdasarkan catatan sebelum perjalanan, kapal ini tidak kelebihan muatan. Selain itu, para awak dan penumpang juga telah mengikuti prosedur keselamatan dengan menggunakan sekoci dan jaket pelampung,” ujar Ira.
KMP Bandeng merupakan kapal dengan panjang 45 meter dan lebar 11 meter. Kapal dengan berat 457 gros ton ini mampu menampung penumpang hingga 314 orang. Ira menjelaskan, usia kapal ini 28 tahun dan menjalani servis rutin tiap tahunnya.
”Selain itu, kapal mampu membawa sekitar 20 truk. Pada saat berangkat, hanya ada 12 truk yang ada di kapal,” ujarnya.
Hingga saat ini, 46 korban telah dievakuasi ke sejumlah rumah sakit, sebagian besar dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Ternate. Ira menjelaskan, kondisi penumpang semakin membaik setelah dievakuasi.
”Ketika dievakuasi, sebagian besar penumpang dalam keadaan dehidrasi. Pihak ASDP menanggung biaya pengobatan dan kepulangan penumpang kembali ke rumah,” ujarnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiadi menjelaskan, hingga saat ini, pencarian terhadap empat awak kapal dan satu penumpang masih terus dilakukan oleh Basarnas.
Nakhoda KMP Bandeng, Alfred Rahasia (56), beserta tiga anak buah kapal (ABK) serta seorang penumpang hingga Kamis siang masih dicari regu penolong. Ketiga ABK itu adalah mualim Aspar (27), juru mudi Supardi (30), dan mandor kapal Fanny (30). Adapun seorang penumpang yang masih dicari belum diketahui identitasnya.
Budi menjelaskan, setelah kejadian tenggelamnya kapal di Danau Toba, Kemenhub fokus membenahi sejumlah transportasi perairan, mulai dari sungai, danau, laut, hingga angkutan penyeberangan.
”Kami fokus membenahi lima daerah terlebih dahulu, yaitu di Sungai Musi, Palembang; Kalimantan Utara; Batam; NTT; dan Maluku Utara. Perbaikan di sejumlah sektor, seperti sumber daya manusia; prasarana dan sarana, seperti dermaga; serta pelaporan manifes kapal terus dilakukan untuk membenahi transportasi air ini,” katanya.
Secara terpisah, Iksan Nor dari Humas Badan SAR Nasional Ternate, saat dihubungi dari Manado, Sulawesi Utara, Kamis siang, mengatakan, regu penolong berhasil mengevakuasi penumpang dan ABK pada Kamis dini hari.
”Cukup banyak korban yang kami tolong, bahkan ada anak kecil. Mereka sudah terapung di laut selama 12 jam. Nakhoda dan ABK masih dicari,” katanya. Saat ini, korban selamat dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Ternate, sebagian dalam kondisi lemas.
Menurut Iksan, pihak SAR menerima informasi KMP Bandeng tenggelam sekitar pukul 17.00 dari seorang penumpang melalui telepon genggam. Lokasinya dekat Pulau Ibu dan Pulau Doi, Maluku Utara. Regu penolong pun diberangkatkan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan.
Proses evakuasi berlangsung dramatis pada malam hari. Pihak SAR berhasil menyelamatkan 28 penumpang dan ABK yang terapung di laut, sedangkan 17 orang lainnya telah terlebih dulu diselamatkan oleh nelayan. Semua korban yang ditolong nelayan itu langsung dievakuasi ke kapal SAR.