PM Tonga Minta China Hapus Utang Negara-Negara Kepulauan Pasifik
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WELLINGTON, RABU --- Perdana Menteri Tonga, Akalisi Pohiva, menyerukan kepada China untuk menghapus utang yang dipinjam oleh negara-negara Kepulauan Pasifik. Ia menyatakan bahwa pembayaran kembali kewajiban-kewajiban itu telah membebani negara-negara miskin. Bantuan China di Pasifik telah menggelembung dalam beberapa tahun terakhir dengan banyak dana yang datang dalam bentuk pinjaman dari Exim Bank yang dikelola negara di Beijing.
Lembaga Lowy Institute di Australia menyatakan bahwa Tonga telah melunasi utang besar ke China. Diperkirakan jumlahnya lebih dari 100 juta dollar AS. Pohiva sendiri mengatakan, negaranya terus berjuang untuk membayar kewajiban-kewajiban mereka. Dia menambahkan tentang situasi umum di wilayah Oseania, dan masalah itu perlu ditangani pada pertemuan Forum Pulau Pasifik yang bakal digelar pada bulan depan di Nauru.
"Kita perlu membahas masalah ini,” katanya kepada media Samoa Observer dalam wawancara yang dipublikasikan Selasa (14/8/2018). “Semua negara Kepulauan Pasifik harus menandatangani pengajuan ini meminta pemerintah China untuk memaafkan utang mereka. Bagi saya, itulah satu-satunya cara kita semua bisa bergerak maju, jika kita tidak bisa melunasi utang kita."
Tonga mengambil pinjaman China untuk membangun kembali setelah kerusuhan mematikan tahun 2006 yang menghancurkan pusat ibu kota Nuku\'alofa. Beijing sebelumnya menolak untuk menghapus pinjaman dengan mengubahnya menjadi hibah bantuan, tetapi memberi Tonga semacam amnesti pada pembayaran.
"Jika kami gagal membayar, orang China mungkin datang dan mengambil aset kami yang merupakan bangunan kami." (PM Akalisi Pohiva)
Pohiva mengatakan, China sekarang menginginkan utang dilunasi. "Pada September 2018, kami mengantisipasi untuk membayar 14 juta dollar AS yang memotong sebagian besar anggaran kami," katanya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, menyatakan, tidak bukti yang menunjukkan bahwa China bertanggung jawab telah menciptakan utang yang tidak berkelanjutan. Ia pun menyatakan bahwa hubungan China dengan Tonga tetap baik.
"Merujuk pada keinginan sejumlah negara yang relevan, kami telah memberikan bantuan finansial sebaik mungkin yang kami dapat lakukan, di mana hal itu telah banyak membantu untuk mempromosikan sejumlah hal terkait pembangunan sosial dan ekonomi negara-negara itu, sekaligus disambut baik oleh mereka,” kata Hua.
Kemampuan memburuk
Kemampuan Tonga untuk membayar hutangnya semakin memburuk tahun ini, terutama terkait dengan pembangunan kembali besar-besaran lainnya di Nuku\'alofa. Pembangunan itu mendesak dilakukan setelah topan kategori lima melanda ibu kota itu pada Februari lalu.
"Jika kami gagal membayar, orang China mungkin datang dan mengambil aset kami yang merupakan bangunan kami," kata Pohiva menyatakan kekhawatirannya. "Itu sebabnya satu-satunya pilihan adalah menandatangani pengajuan yang meminta pemerintah China untuk memaafkan utang kami."
Komentarnya Pohiva itu sendiri muncul justru ketika Australia dan Selandia Baru meningkatkan upaya bantuan di Pasifik untuk melawan kehadiran China yang cukup massif di kawasan itu.
Australia telah menyatakan kekhawatiran itu dalam beberapa bulan terakhir. Canberra menilai utang negara-negara Pasifik ke China membuat mereka rentan terhadap pengaruh Beijing. Pemerintah Australia baru-baru ini mengumumkan rencana untuk merundingkan perjanjian keamanan dengan Vanuatu. Canberra juga mendanai dan membangun komunikasi kabel bawah laut ke Kepulauan Solomon dan Papua Niugini. (AFP/REUTERS)