Rehabilitasi Bangunan Pascagempa Lombok Dipercepat
Oleh
HARRY SUSILO / KHAERUL ANWAR / IQBAL BASYARI
·4 menit baca
LOMBOK UTARA, KOMPAS - Pemerintah mempercepat proses rehabilitasi bangunan di daerah terdampak gempa berkekuatan Magnitudo 7,0 di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Proses rehabilitasi dimulai pembersihan puing reruntuhan bangunan.
Rabu (15/8/2018), ratusan prajurit TNI menggunakan sejumlah alat berat membersihkan puing di persimpangan Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. “Setelah pembersihan puing diharapkan rakyat mulai membangun rumah,” ujar Panglima Daerah Militer IX/Udayana Mayor Jenderal Benny Susianto, usai rapat evaluasi penanganan darurat bencana di halaman kantor Bupati Lombok Utara, Rabu sore.
Percepatan rehabilitasi sesuai instruksi Presiden Joko Widodo saat mengunjungi lokasi gempa, Senin dan Selasa lalu. Pembersihan puing mulai dari Kecamatan Pemenang sebagai titik strategis, gerbang Lombok Utara dan pintu masuk menuju lokasi wisata Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno.
Sebanyak 8.000 rumah telah diverifikasi dan akan disinkronkan dengan data BNPB.
Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Keterpaduan Pembangunan Gani Ghazali mengungkapkan, sejumlah bangunan yang akan direhabilitasi, antara lain 4 rumah sakit, 41 puskesmas, 42 sekolah, 6 masjid, dan 2 pasar tradisional. Bangunan tersebar di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Kota Mataram, dan Pulau Sumbawa. “Targetnya bisa dipakai akhir tahun ini,” kata dia.
Sebelum proses rehabilitasi dimulai, PUPR akan mengidentifikasi tingkat kerusakan dan mendirikan bangunan darurat yang bisa ditinggali sementara. Target rampung 2-3 minggu.
Gani menambahkan, dengan dikucurkannya bantuan anggaran dari pemerintah untuk pembangunan rumah tahan gempa, maka rencana pembangunan hunian sementara untuk pengungsi dibatalkan. “Kenapa tidak jadi? Agar memotivasi masyarakat membangun rumah permanen. Itu sesuai dengan instruksi Presiden,” ujar Gani.
Oleh karena itu, kata Gani, tenaga ahli Kementerian PUPR siap mendampingi masyarakat yang sudah mendapatkan bantuan stimulus dari pemerintah untuk membangun Risha (rumah instan sederhana sehat) dengan teknologi tahan gempa yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR.
Proses pembangunan rumah tersebut dapat dimulai tergantung dari kesiapan warga. Gani berharap, masyarakat dapat bergotong royong membangun rumah dengan dibantu personel TNI yang membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan lama.
Stimulus bantuan
Seiring percepatan proses rehabilitasi, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memberikan bantuan kepada 1.191 keluarga di daerah terdampak yang bisa untuk membangun rumah tahan gempa.
Bantuan stimulus itu Rp 50 juta per keluarga untuk rumah rusak berat, Rp 25 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp 10 juta untuk rumah rusak ringan. Bantuan langsung ditransfer ke rekening korban gempa.
Merujuk data BNPB, 1.191 keluarga yang menerima bantuan tahap pertama tersebar di Kabupaten Lombok Timur (1.020 keluarga), Kabupaten Lombok Utara (125), Lombok Tengah (20), Kota Mataram (20) dan Lombok Barat (6).
Melalui keterangan pers, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, sebelum bantuan disalurkan, rumah korban gempa akan diverifikasi Dinas Pekerjaan Umum serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat melibatkan relawan desa.
Data korban dari posko penanganan gempa hingga Rabu kemarin tercatat 466 jiwa, 1.054 luka berat dan ringan, serta 417.529 orang mengungsi. Data sementara posko penanganan darurat bencana gempa Lombok, jumlah rumah rusak di NTB 71.937 unit.
Namun, menurut catatan Dinas Perumahan dan Permukiman NTB, jumlah rumah rusak akibat gempa mencapai 125.000 unit. Sebanyak 8.000 rumah telah diverifikasi dan akan disinkronkan dengan data BNPB. Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman NTB I Gusti Bagus Sugihartha mengakui, verifikasi dilakukan oleh tim dari pemerintah kabupaten/kota dibantu relawan. “Verifikasi diharapkan selesai bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap darurat pada 25 Agustus,” ucap Sugihartha.
Lalu Muchsin (44), warga Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, mengakui, rumahnya telah diverifikasi petugas dari dusun dan dinyatakan mengalami kerusakan sedang. Namun, dia belum menerima bantuan sebesar Rp 25 juta. Dia menunggu pembersihan puing-puing bangunan oleh TNI rampung sebelum mulai memperbaiki rumah.
Pencarian korban
Upaya pencarian korban juga masih dilanjutkan memasuki hari kesepuluh pascagempa Lombok. Pada Rabu (15/8/2018), tim pencari dan penyelamat (SAR) gabungan melanjutkan pencarian korban yang tertimbun tanah longsor di Kabupaten Lombok Utara, yakni Dusun Dompo Indah, Desa Selengan, Kecamatan Kayangan dan Dusun Busur Timur, Desa Rempek, Kecamatan Gangga. Tanah longsor di dua dusun tersebut terjadi saat gempa.
Pencarian membuahkan hasil dengan ditemukannya seorang warga atas nama Saiful Bahri (33) di Dusun Busur Timur, Desa Rempek, Rabu siang. “Dengan ditemukannya korban tersebut, maka pencarian di Rempek ditutup. Besok (Kamis) akan difokuskan di Dusun Dompo Indah, Selengen,” kata Kepala Subdirektorat Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi Badan SAR Nasional Agus Haryono.
Jumlah korban jiwa diperkirakan masih bertambah mengingat tiga orang diduga masih tertimbun tanah longsor. Pada Selasa (14/8/2018, tim SAR menemukan seorang korban atas nama Muhidin (33), warga setempat, di Dusun Dompo Indah. Dari keterangan warga, diduga terdapat tiga korban lain yang masih tertimbun tanah longsor lokasi tersebut.