Turki menggandakan besaran tarif atas barang-barang impor asal Amerika Serikat. Langkah itu merupakan bentuk pembalasan.
ISTANBUL, RABU -- Penggandaan tarif impor atas barang-barang dari AS ke Turki itu dilakukan melalui dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (14/8/2018). Barang-barang yang dinaikkan tarifnya dua kali lipat meliputi mobil dengan tarif menjadi 120 persen, minuman beralkohol 140 persen, dan tembakau 60 persen. Pelipatgandaan tarif juga diberlakukan atas kosmetik, beras, dan batubara.
Ini adalah balasan Turki atas penerapan tarif impor yang diterapkan Washington terhadap produk-produk negara itu. Presiden AS Donald Trump pada Jumat pekan lalu menyatakan kenaikan tarif berlaku atas aluminium dan baja asal Turki.
”Kenaikan tarif merupakan respons atas serangan terhadap perekonomian kita yang dilakukan oleh pemerintah AS,” kata Wakil Presiden Turki Fuat Oktay melalui Twitter.
Turki adalah pasar keempat terbesar bagi produk-produk asal AS sepanjang tahun lalu. Merujuk data Dana Moneter Internasional (IMF), nilai ekspor AS ke Turki mencapai 12 miliar dollar AS. Sebaliknya, ekspor Turki ke AS tahun lalu ialah 8,7 miliar dollar AS. Pasar AS merupakan pasar kelima terbesar bagi Turki dari sisi ekspor.
Meski AS dan Turki bermitra di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), keduanya berseteru dalam berbagai hal, termasuk bidang ekonomi, yang ditandai sikap saling berbalas tarif dan kekesalan Washington atas Erdogan yang terlalu dalam mengurusi kebijakan perekonomian. Ikut campur Erdogan terlihat pada sikapnya memengaruhi kebijakan bank sentral.
Meski AS dan Turki bermitra di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), keduanya berseteru dalam berbagai hal.
Di luar ekonomi, perbedaan sikap antara Washington dan Ankara terlihat dalam konflik di Suriah. Ankara juga bersikeras membeli sistem pertahanan buatan Rusia.
Paling mutakhir, Turki enggan membebaskan Andrew Brunson, pendeta AS, yang dituduh teribat dalam terorisme. Menurut Turki, Brunson dibebaskan jika pengadilan memutuskan demikian.
Gedung Putih pada Selasa mengancam, tekanan ekonomi atas Turki akan semakin gencar dilakukan jika Ankara tidak melepaskan Brunson. Sebaliknya, selain mengeluarkan seruan agar warga menjual dollar AS dan euro sehingga nilai tukar lira kembali naik, Erdogan meminta penduduk untuk memboikot produk AS, seperti perangkat yang dikeluarkan Apple.
Kemarin, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengingatkan Washington untuk tidak mencampuri penegakan hukum di Turki. Kalin dalam sebuah sesi khusus kepada pers menyebutkan, pihaknya berkeinginan menyelesaikan aneka masalah dengan AS.,tetapi Washington tidak boleh ikut campur proses hukum di negara itu.
Ankara juga menyatakan siap menunjukkan hak-haknya sebagai negara jika AS tidak mengirimkan pesawat-pesawat F-35 ke Turki. Ia menyampaikan ke yakinnya bahwa posisi nilai tukar mata uang lira akan pulih.
Lira menguat
Sepanjang perdagangan, kemarin, posisi lira terpantau menanjak. Kenaikan tersebut merupakan yang kedua kalinya berturut-turut sejak awal pekan ini.
Setelah menyentuh level terendahnya di 7,24 per dollar AS pada pekan lalu, mata uang itu bergerak di kisaran 6 lira per dollar AS dan sempat menyentuh 5 per dollar AS. Sepanjang tahun ini lira telah turun hingga 45 persen atas dollar AS.
Para analis menyatakan penguatan mata uang lira terutama dipengaruhi oleh langkah bank sentral Turki yang mengurangi likuiditas lira di pasar. Dari sisi sentimen, optimisme akan terciptanya hubungan yang lebih baik antara Turki dan Uni Eropa juga dinilai mendorong posisi mata uang tersebut.
Setelah menyentuh level terendahnya di 7,24 per dollar AS pada pekan lalu, mata uang itu bergerak di kisaran 6 lira per dollar AS dan sempat menyentuh 5 per dollar AS.
Sebagaimana diwartakan, pengadilan Turki membebaskan dua tentara Yunani dari tuduhan menjadi mata-mata. Hubungan Turki-UE membaik, meskipun masih menyisakan hubungan tetap panas antara Turki-AS.
”Ada pengurangan likuiditas lira di luar sistem dan mendorong tingkat suku bunga lebih tinggi,” kata kepala strategi negara berkembang di TD Securities, Cristian Maggio, tentang faktor pendorong lira. ”Suku bunga telah naik menjadi 10 persen. Bank sentral tidak melakukannya melalui perubahan suku bunga acuan, tapi melalui pengurangan likuiditas dan hasilnya sama.”
Dalam dua hari perdagangan terakhir lira telah menguat hingga 8 persen. Pemerintah Turki mengaku optimistis akan mampu meyakinkan investor internasional mengenai kondisi positif pasar di negeri itu. (AP/AFP/REUTERS)