LOMBOK UTARA, KOMPAS - Verifikasi rumah rusak akibat gempa Lombok ditargetkan selesai bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap darurat, Sabtu (25/8/2018). Warga yang rumahnya sudah dirobohkan dan mendapat bantuan dari pemerintah diharapkan segera membangun kembali rumahnya.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman NTB I Gusti Bagus Sugihartha, Kamis (16/8/2018) di Lombok Utara, mengatakan, berdasarkan laporan dari tim gabungan kabupaten/kota, BPBD, BNPB, dan relawan, ada sekitar 125.000 rumah rusak akibat gempa di NTB. Laporan tersebut nantinya akan diverifikasi, meskipun ada kemungkinan tidak semuanya masuk kategori rusak dan mendapatkan bantuan dari BNPB.
Hingga Rabu (15/8/2018) ada sekitar 8.000 rumah sudah terverifikasi dari 125.000 rumah yang dilaporkan rusak. Verifikasi dilakukan oleh tim dari kabupaten/kota dibantu oleh para relawan.
Verifikasi rumah rusak ditargetkan selesai bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap darurat
"Verifikasi rumah rusak ditargetkan selesai bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap darurat pada 25 Agustus 2018,” ucapnya.
Verifikator lapangan memfoto rumah yang rusak menggunakan aplikasi open camera lalu dikirim ke verifikator tingkat kabupaten/kota. Foto tersebut akan terkoneksi dengan aplikasi khusu dari BNPB yang bisa mendeteksi kategori kerusakannya berdasarkan indikator yang sudah disusun.
Pemerintah akan memberikan bantuan stimulus sebesar Rp 50 juta untuk rumah rusak berat, Rp 25 juta untuk rusak sedang, dan Rp 10 juta untuk rusak ringan.
Dari jumlah sekitar 8.000 yang sudah diverifikasi, ada sekitar 1.200 rumah yang sudah mendapatkan pencairan bantuan tahap pertama. Bantuan stimulasi diserahkan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo, Selasa (14/8/2018) di Gedung Olahraga Pemenang, Lombok Utara.
Mereka yang sudah mendapatkan bantuan merupakan korban yang kerusakan rumahnya masuk dalam kategori rusak berat dan perlu segera mendapatkan bantuan. Masyarakat diharapkan segera membangun rumah setelah bangunan dirobohkan oleh TNI.
Untuk mempercepat pembangunan kembali rumah rusak, verifikasi akan dilakukan berkesinambungan dengan prioritas perobohan rumah rusak yang dilakukan TNI. Adapun saat ini, TNI mulai merobohkan dan membersihkan bangunan rusak di wilayah simpang empat Pemenang, Lombok Utara.
Masyarakat yang akan membangun kembali rumahnya akan didampingi oleh pihak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Rumah yang dibangun merupakan rumah tahan gempa, dengan penguatan di titik-titik yang rawan runtuh saat terjadi goncangan.
“Untuk dana Rp 50 juta, model rumahnya nanti akan bertipe 36," kata Sugihartha.
Panglima Daerah Militer IX/Udayana Mayor Jenderal Benny Susianto menuturkan, perobohan dan pembersihan rumah rusak berat menggunakan metode obat nyamuk, yakni melingkar dari tengah lalu ke pinggiran.
Saat ini, pembersihan diprioritaskan di Simpang Empat Kecamatan Pemenang. Sebab daerah itu menjadi pintu masuk Lombok Utara sekaligus menjadi akses menuju Pelabuban Bangsal untuk menyeberang ke Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air yang menjadi salah satu destinasi wisata andalan NTB.
Setelah daerah itu selesai, pembersihan akan difokuskan di Gunung Sari dan Tanjung. "Di tempat lain juga ada pembersihan, namun intensitasnya tidak seperti di Pemenang. Saya meminta kepada BNPB untuk membekali prajurit dengan palu godam," katanya.
Pembersihan di hari pertama menggunakan 7 ekskavator dan 14 dump truk. Ada sekitar 20 bangunan yang sudah rata dengan tanah.
Asri (48), warga Dusun Karang Baru, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, yang rumahnya sudah dirobohkan, mengatakan, dia tidak memiliki tabungan untuk menambah biaya pembangunan rumah.
Dia akan mengikuti arahan dari pemerintah untuk segera membangun rumah karena sudah tidak nyaman tinggal di pengungsian. “Nanti kalau ada uang lagi, akan diperbaiki menjadi lebih bagus,” katanya.