SAMOSIR, KOMPAS — Kebakaran lahan di perbukitan Danau Toba di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, sudah bisa dipadamkan pada Jumat (17/8/2018). Namun, ancaman kebakaran lahan di perbukitan Danau Toba masih tinggi selama musim kemarau yang diperkirakan terjadi hingga September. Perbukitan Danau Toba rawan terbakar karena rumput ilalang dan serasah kering.
Kepala Bidang Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Yuliani Siregar mengatakan, petugas gabungan sudah dapat memadamkan api di perbukitan Danau Toba di Samosir. Namun, petugas masih tetap melakukan pendinginan dan bersiaga untuk mencegah kebakaran lahan terjadi lagi.
Yuliani mengatakan, kebakaran lahan terjadi di Samosir sejak Senin (13/8/2018). Kebakaran terjadi di sekitar Menara Pandang Tele dan juga Kecamatan Harian. Total lahan yang terbakar 30-40 hektar.
Petugas dari Dinas Kehutanan Sumut dan Pemerintah Kabupaten Samosir pun langsung dikerahkan untuk melakukan pemadaman. Namun, petugas kesulitan karena lahan yang terbakar sangat terjal sehingga sulit dijangkau mobil pemadam dan petugas.
Petugas kesulitan karena lahan yang terbakar sangat terjal sehingga sulit dijangkau mobil pemadam dan petugas.
Yuliani menyebutkan, perbukitan di sekeliling Danau Toba merupakan lahan yang paling rawan kebakaran di Sumut terutama saat musim kemarau. ”Rumput ilalang dan serasah di perbukitan Danau Toba sangat kering dan mudah terbakar,” ucapnya.
Sejak bulan Juli lalu, lanjutnya, kebakaran lahan di sekitar Danau Toba terjadi beberapa kali, antara lain kebakaran hutan pinus di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, dan kebakaran lahan di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Kebakaran di kedua tempat tersebut bisa dikendalikan setelah dilakukan pemadaman beberapa hari.
Kepala Bidang Informasi dan Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Syahnan mengatakan, pantauan mereka melalui sensor Satelit Terra dan Aqua, tidak terdapat lagi titik panas (hot spot) di Sumut pada Jumat (17/8/2018).
Pada pantauan sebelumnya, Selasa (14/8/2018), terdapat 21 titik panas di Sumut dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen. Sembilan titik panas di antaranya terdapat di kawasan Danau Toba, yakni Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan.
Hingga September
Syahnan menjelaskan, pada pantauan Selasa, di Kabupaten Samosir terdapat enam titik panas, tepatnya di Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-Tio. Titik panas itu merupakan kebakaran lahan yang terjadi di perbukitan Danau Toba di Samosir. ”Namun, pada pengamatan satelit Jumat ini, titik panas tersebut tidak terpantau lagi,” ujarnya.
Syahnan mengatakan, musim kemarau di sekitar Danau Toba masih akan berlangsung hingga September atau sekitar satu bulan ke depan. Musim hujan pada September diperkirakan akan mengurangi potensi kebakaran lahan di sekitar Danau Toba.
Aktivis lingkungan Danau Toba, Wilmar Simanjorang, memperkirakan kebakaran yang terjadi di lereng Danau Toba sudah mencapai ratusan hektar sepanjang musim kemarau tahun ini. Kebakaran, lanjutnya, selain di wilayah Kabupaten Samosir, juga terjadi di lereng Danau Toba di wilayah Kabupaten Toba Samosir, Dairi, dan Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara.
”Sekitar 70 persen kawasan Pusuk Buhit sudah terbakar. Lalu, 60 persen kawasan Tele, daerah Dolok Tolong, Ajibata, dan kawasan Sianjur Mula-Mula, Pangururan, Harian, Sitio, Simanindo, hingga Silalahi,” kata Wilmar.