Rayakan 17 Agustus dengan Perpustakaan Baru dan Aliran Air Bersih
SUMBA, KOMPAS -- Menjelang perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 73 ini, siswa dan pengajar di sekolah terpencil di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, SDN (Paralel) Mata Wee Tame bergembira.
Mereka telah lama terjebak dalam kondisi sarana dan prasarana pendidikan memprihatinkan khas daerah pedalaman di Pulau Sumba. SD negeri di Dusun Wee Tame, Desa Lolowano, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu bangunannya berdinding dan bilik terbuat dari anyaman bambu, beberapa titik dari bangunannya sudah bolong. Kini sekolah mereka seperti mendapat nafas baru dengan adanya fasilitas perpustakaan dan aliran air bersih.
Nafas baru itu adalag bagian dari program Smart Center Project Komunitas 1000 Guru bersama KFC Indonesia. Peresmian perpustakaan itu dilakukan Rabu (16/8/2018). Dalam peresmian itu, tidak ada satupun dari perwakilan Dinas Pendidikan setempat yang hadir. Sementara dari Kecamatan diwakili oleh Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa Kecamatan Tana Righu, Dominukus Tamuama.
Kepala Sekolah SD Mata Wee Tame (sekolah induk),Simon Buma mengatakan, undangan sudah diserahkan. Akan tetapi, dari pihak dinas terkait (pendidikan) sudah mengkonfirmasi tidak akan datang karena mereka akan melakukan gladi bersih untuk mempersiapkan pelaksanaan perayaan HUT ke-73 Kemerdekaan RI.
Kepala Desa Loloano, Dominggus Dapa Tabi mengatakan bangunan sekolah ini memprihatinkan.
Sekolah yang berdiri sejak 1 Oktober itu terbangun atas swadaya masyarakat. Sekolah ini sangat membutuhkan bantuan dari semua pihak agar menjadi sekolah yang layak sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar.
"KFC Indonesia bersama Komunitas 1000 Guru yang selama ini sudah membantu. Kami berharap akan ada lagi bantuan dari semua pihak termasuk pemerintah agar bangunan sekolah ini makin layak digunakan oleh siswa dan guru," kata Tabi.
Sekolah ini muncul, kata Tabi, karena orangtua tidak mungkin menyekolahkan anaknya ke sekolah induk karena jaraknya ke sekolah induk sejauh 4 kilometer.
"Dusun ini jauh dari kecamatan dan kota.Makanya, secara perlahan orangtua mulai menyadari pentingan sekolah bagi anak. Akan tetapi, pemikiran orangtua, anak-anaknya tidak bisa ke sekolah dengan jarak yang jauh seperti ini. Makanya, dengan kesadaran warga mereka membangun sekolah paralel yang berinduk pada SD Negeri Mata Wee Tame," jelas Tabi.
Bangunan sekolah berdinding anyaman bambu dan beratap seng dan sebagian kecil menggunakan alang-alang. Bangunan tersebut terdiri dari enam kelas. Antara satu kelas dengan kelas lainnya hanya dibatasi dinding anyaman bambu. Ruangan kelas berukuran 3 x 4 meter dan tidak memiliki daun pintu pada pintu masuknya.
Lantainya terbuat dari adukan semen dan pasir. Bangunan tersebut terdiri dari enam kelas. Antara satu kelas dengan kelas lainnya hanya dibatasi dinding anyaman bambu.Tahun ini, SD Paralel tersebut telah menamatkan 20 orang. Tahun ajaran baru ini total murid ada 123 di sekolah ini.
Penanggung jawab SD Negeri (Paralel) Mata Wee Tame, Enos Mendenas mengakui, pihaknya sangat membutuhkan bantuan dari semua pihak agar sekolah tersebut menjadi lebih layak untuk kegiatan belajar mengajar," kata Enos.
Sama seperti rumah-rumah lain di sekitar Desa Lolowano, SD (paralel) Mata Wee Tame ini juga belum dialiri listrik. "Kalau hujan turun, ini anak bubar semua. Dan kalau mengajar, suara kelas sebelah kedengaran," kata Enos.
Ia mengaku senang karena dapat bantuan perpustakaan dan sarana air bersih dari KFC Indonesia dan Komunitas 1000 Guru. Adanya perpustakaan, kata Enos sangat membantu dan
mendukung kegiatan belajar mengajar. Baik guru dan siswa bisa menambah minta membaca dan ilmu pengetahuan.Enos berharap, kehadiran perpustakaan ini akan membuat siswa semakin semangat belajar dan cerdas.
"Harapannya anak-anak lebih percaya diri dan mau belajar ke sekolah untuk masa depannya," kata Enos lagi.
Di perpustakaan ini terdapat ratusan buku bantuan dari para donatur. Perpustakaan itu dibangun di belakang sekolah. Bangunan perpustakaan itu lebih megah dibanding bangunan sekolahan. Dinding perpustakaan tembok dan lantai berkeramik.
Ketika siswa diizinkan masuk ke ruang perpustakaan, mereka langsung menyerbu buku-buku di rak dan membacanya. Sejumlah guru relawan pun membantu membacakan cerita dari buku tersebut.
Henes (8), siswa Kelas 3 mengaku senang dengan adanya perpustakaan ini. Ia suka deng buku cerita dan komik. "Senang (ada perpustakaan). Saya suka buku bergambar," kata Henes yang bercita-cita menjadi polisi.
Smart Center Project
KFC Indonesia dan Komunitas 1000 Guru mendirikan Smart Project Center di SD Negeri (paralel) Mata Wee Tame, Sumba Barat Daya itu. Jemi Ngadiono, pendiri Komunitas 1000 Guru mengatakan, pihaknya menggandeng KFC Indonesia dalam setahun terakhir mereka membangun perpustakaan dan sarana air bersih di sekolah tersebut.
Mereka juga memberikan bantuan makanan sehat kepada siswa sekolah tersebut. "SD (paralel) Mata Wee Tame ini merupakan bagian dari komitmen kami dan mendapat dukungan dari KFC Indonesia," kata Jemi saat peresmian perpustakaan, Kamis.
Perpustakaan itu dibangun permanen. Di dalam perpustakaan itu berisi ratusan buku mulai dari buku pendidikan hingga buku bacaan ringan, termasuk cerita dan komik.
Komunitas 1000 guru adalah gerakan inspirasi peduli pendidik dan pendidikan anak-anak pedalaman Indonesia yang sudah digagas Jemi Ngadiono pada 22 Agustus 2012. Saat ini komunitas tersebut sudah hadir di 35 kota di 30 provinsi se-Indonesia. Anggota komunitas ini terdiri dari relawan muda yang berasal berlatar belakang sosial dan profesi beragam namun memiliki kesamaan visi konsen terhadap dunia pendidikan.
General Manajer Marketing KFC Indonesia, Hendra Yuniarto mengatakan, pembangunan perpustakaan dan sarana air bersih di sekolah ini merupakan satu dari 35 sekolah dasar yang masuk dalam program Smart Center Project.
Program ini untuj membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak dan guru di pedalaman Indonesia. Juga memberikan makanan pagi bergizi kepada anak-anak sekolah agar mendukung proses belajar mereka.
"Pada tahun ajaran 2017 lalu, kami mengangarkan Rp 800 juta untuk program pendidikan dan makanan bergizi bagi anak sekolah. Tahun ini, dana yang dianggarkan sebesar Rp 1,3 miliar. Dana itu berasal dari konsumen kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada konsumen KFC atas sumbangannya sehingga kami bisa membantu dunia pendidikan," kata Hendra dalam saat peresmian perpustakaan tersebut.
Hendara mengatakan, pihaknya PT Fast Food Indonesia, pengelola KFC Indonesia sudah berkomitmen untuk aktif dalam program ini. Program ini sudah dimulai sejak 2016.