Jemaah Padati Masjidil Haram
Hari Minggu besok jemaah berangsur bergerak dari Mekkah ke Arafah untuk wukuf pada Senin lusa. Pengangkutan jemaah termasuk yang dirawat karena sakit sudah disiapkan.
MEKKAH, KOMPAS — Tiga hari menjelang wukuf atau puncak haji, Kota Mekkah, Arab Saudi, disesaki sekitar 3 juta jemaah calon haji dari berbagai penjuru dunia, termasuk sekitar 204.000 jemaah asal Indonesia. Hari Jumat (17/8/2018), para jemaah memadati Masjidil Haram.
Selain untuk ibadah shalat Jumat, para jemaah sekaligus memantapkan hati sebelum berhimpun di Padang Arafah hari Senin nanti. Berhimpunnya jemaah di Baitullah memberi bayangan suasana berkumpulnya jemaah dari berbagai bangsa di Padang Arafah hari Senin (20/8). Jemaah mulai bergerak ke Arafah Minggu (19/8).
Masjid yang berkapasitas dua juta jemaah itu sesak. Shaf (barisan) jemaah shalat Jumat sampai meluber ke pelataran, gerbang masuk masjid, hingga tiga terminal bus seputar masjid, yakni Ajyad, Syib Amir, dan Bab Ali. Shaf perempuan dan pria bahkan di sejumlah titik berdekatan.
“Kepadatan jemaah yang meluber hingga ke luar kompleks mesjid ini menjadi gambaran sekaligus pemanasan bagi kami jelang wukuf,” ujar Maroni, jemaah asal Jakarta yang berjalan kaki dari pemondokannya di Jarwal menuju Masjidil Haram, sekitar 1 km.
Semenjak pukul 09.00 hingga terdengar azan kedua dari menara Masjidil Haram pukul 12.25, jalan-jalan dari dan menuju kawasan Haram dipadati jemaah, baik pria maupun perempuan. Mereka berbondong-bondong berjalan kaki di bawah terik sinar matahari. Bus-bus shalawat dan sejenisnya yang selama ini mengangkut jemaah secara gratis, untuk sementara tidak beroperasi sejak Kamis (16/8).
Praktis mobilitas jemaah sangat bergantung dengan taksi. Namun karena tarifnya melangit sampai 200 persen, akhirnya jemaah lebih cenderung berjalan kaki. Apalagi, dengan naik taksi pun, kendaraan tetap tak bisa merapat ke masjid karena jalan sudah ditutup sejauh radius 3 km dari masjid.
Sejak tiga hari terakhir, jalan-jalan protokol menuju area Masjidil Haram dikawal petugas. Sejumlah ruas jalan ditutup bagi kendaraan terutama yang terakses Masjidil Haram.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, kepadatan seperti ini akan terus meningkat sehingga radius penutupan ruas jalan makin melebar,” kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji, Arab Saudi, Endang Jumali.
Konsul Jenderal RI Jeddah Mohamad Hery Saripudin memperkirakan jemaah haji tahun ini sama seperti tahun lalu yakni 3 juta- 4 juta orang dari 200 negara.
Persiapan wukuf
Sementara itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan jajaran Kementerian Agama saat ini tengah fokus mempersiapkan mobilisasi jemaah dari Mekah ke Arafah tanggal 19 Agustus.
Fasilitas untuk kegiatan puncak haji atau wukuf di Arafah beserta ritual mabit di Muzdalifah dan lontar jumrah di Mina secara umum sudah siap. Seluruh tenda yang dilengkapi penyejuk udara, sarana katering, kamar kecil sudah siap. Demikian pula klinik untuk penanganan darurat bagi jemaah yang memerlukan pertolongan.
“Kini kita tinggal fokus pada bagaimana mengelola pergerakan 204.000 jemaah haji dari ke Mekkah kawasan Arafah dan guna tercapainya kesempurnaan rukun haji mereka,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Lokasi dan fasilitas wukuf di Arafah terkelola satu paket dengan tempat mabit (menginap) Muzdalifah dan lontar jumrah di Mina.
Masa wukuf dalam bahasa teknis disebut fase Armina, singkatan dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Terletak sekitar 10 km sebelah timur kota Mekkah, kawasan Armina akan menjadi pusat aktivitas seluruh jemaah haji selama lima hari, 20 – 24 Agustus.
Jemaah dijadwalkan bergerak tanggal 19 Agustus dari Mekkah menuju Arafah untuk wukuf (berdiam dan berdoa). Kemudian mabit (bermalam) di Muzdalifah, hingga lontar jumrah di Mina.
Saat Menag Lukman meninjau Armina Kamis lalu, dijumpai tenda-tenda jemaah Indonesia di Arafah tersebar pada 70 maktab (unit pengelola fasilitas dari pihak Arab Saudi). Setiap maktab menghimpun 3.000 jemaah. Pada tiap makab berjejer 20-30 tenda berbahan plastik tahan api, tersebar pada enam lorong. Setiap tenda mampu menampung rata-rata 150 orang jemaah. Ukuran tenda bervariasi, namun umumnya 10 X 25 meter.
Segala fasilitas kini sudah siap termasuk klinik kesehatan, keran air tempat bersuci (wudhu) serta toilet permanen maupun yang portabel.
Ruang dapur untuk pemenuhan kebutuhan makan jemaah juga dipantau. Tentang jenis dan menu makanan yang akan dimasak dan disajikan kepada jemaah, Menag mendapatkan penjelasan dari Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis.
Kunjungan Menag dilanjutkan ke tempat mabit di Muzdalifah dan Mina, berjarak 4-5 km dari Arafah. Kondisi di kedua tempat tersebut sudah hampir sama dengan Arafah.
Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut diharapkan membuat para jemaah menjalani wukuf dengan suasana nyaman. Apalagi, di sekitar tenda wukuf di Arah, pepohonan mulai rimbun. Deretan pohon yang dinamai Pohon Soekarno itu tahun lalu baru tumbuh setinggi dua meter. Kini sudah menjulang empat-lima meter. (NAR)