Gili Trawangan Siap Sambut Wisatawan
LOMBOK UTARA, KOMPAS - Hampir dua pekan pascagempa berkekuatan Magnitudo 7,0 melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat, pelaku jasa wisata Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, mulai berbenah menyambut wisatawan. Meskipun aktivitas wisata belum pulih, mereka yakin wisatawan akan kembali datang.
Pantauan di Gili Trawangan, NTB, Sabtu (18/8/2018), aktivitas pariwisata sepi. Sebagian besar penginapan, restoran, dan toko tutup. Para pelaku jasa wisata mulai memperbaiki kerusakan bangunan dan menata usaha.
Sulhadi (43), pemilik restoran di Gili Trawangan berharap restoran kembali buka pekan depan. Ia optimistis kembali ramai. “Di sini turis sudah nyaman. Mau snorkeling, diving, main di pantai juga bisa. Lengkap,” ucap dia.
Sri, pemilik minimarket di Gili Trawangan juga mulai membawa karyawan membersihkan toko. Ia ingin minimarketnya segera beroperasi sebelum turis datang.
Kalau fasilitas di gili sudah baik dan ramai akan berdampak kepada destinasi-destinasi lain.
Wahyu Suharjono (55), pemilik penginapan sadar bahwa wisatawan belum berkunjung untuk menginap. Saat ini, 20 dari 40 karyawannya sudah masuk untuk memperbaiki bangunan yang ditargetkan selesai September.
“Pemesanan kamar sudah ada, namun untuk November dan Desember,” kata Wahyu.
Kapal penyeberangan dari Pelabuhan Bangsal di Pulau Lombok menuju Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air pun mulai beroperasi. Kendati demikian, jumlah wisatawan masih sedikit. Kebanyakan penumpang merupakan pegawai usaha wisata dan warga setempat.
Virli, petugas tiket kapal penyeberangan menyebut, kapal penyeberangan mulai beroperasi Senin (13/8/2018). Namun, hanya 10 kapal yang melayani penumpang dari 17 kapal yang biasanya beroperasi.
Belum semuanya kapal beroperasi karena volume penumpang belum normal. Kapal yang berkapasitas 45 penumpang dan biasanya penuh, kini rata-rata hanya mengangkut 30 orang. Harga tiket penumpang pun dinaikkan sementara dari Rp 15.000 menjadi Rp 20.000 per orang agar pengelola kapal tidak merugi.
Usai gempa berkekuatan M 7,0 melanda Lombok, kapal penyeberangan ke tiga gili itu sempat dilarang beroperasi selama beberapa hari. Sebanyak 8.258 orang, yang kebanyakan wisatawan asing, dievakuasi dari ketiga pulau tersebut.
Perlu promosi
Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) NTB Dewantoro Umbu Joka menuturkan, wisata di gili perlu segera dipulihkan dengan meningkatkan promosi wisata. Dengan begitu, wisatawan yakin gili sudah nyaman dan mau kembali mengunjungi pulau tersebut.
Pemulihan dan promosi wisata untuk tiga pulau gili perlu cepat mengingat bulan Juli hingga September merupakan tingkat kunjungan tertinggi wisatawan asing dibanding bulan lain sepanjang tahun. “Saat ini tiga pulau gili sudah siap menerima tamu karena ada sekitar 50 persen fasilitas yang masih utuh,” ujar Dewantoro.
Dewantoro mengakui, sepinya wisatawan di tiga gili, terutama Gili Trawangan, mengakibatkan hilangnya potensi pendapatan para pelaku wisata. Setiap hari, ada sekitar 2.000 wisatawan dengan pengeluaran sekitar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta tiap kedatangan. Potensi kehilangan pendapatan ditaksir sekitar Rp 6 miliar per hari.
Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan, pemulihan aktivitas pariwisata di Lombok diprioritaskan di Pulau Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air. “Karena gili adalah nadi pariwisata Lombok. Kalau fasilitas di gili sudah baik dan ramai akan berdampak kepada destinasi-destinasi lain,” ucap Faozal.
Untuk itu, pihaknya akan mempercepat perbaikan infrastruktur dan pembersihan reruntuhan puing di tiga gili tersebut. Selain pembersihan puing, dermaga di Gili Trawangan juga dalam perbaikan dengan melibatkan prajurit marinir TNI AL.
Rinjani masih ditutup
Gempa tidak hanya membuat pelaku wisata di Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air merugi. Pegiat wisata di sekitar kaki Gunung Rinjani juga kehilangan penghasilan karena gunung tersebut masih ditutup untuk pendakian akibat gempa di Lombok Timur berkekuatan M 6,4, akhir Juli atau sepekan sebelum gempa M 7,0 di Lombok Utara.
“Saya jadi pengangguran sekarang,” kata Amin, pemandu wisata pendakian Gunung Rinjani. Sebelum gempa terjadi, Amin memandu 60 wisatawan ke Rinjani tiap minggu dengan upah Rp 200.000 sehari.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono mengungkapkan, Gunung Rinjani masih ditutup untuk pendakian mengingat gempa susulan masih sering terjadi. Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Jumat (17/8/2018) sore, gempa susulan usai gempa M 7,0 mencapai 729 kali. Sebanyak 25 gempa di antaranya terasa guncangannya dengan kekuatan M 3,0 hingga M 6,2.
Meskipun kekuatan gempa susulan itu kecil, tapi tetap berpotensi menimbulkan longsoran di jalur pendakian Rinjani yang banyak retakan dan gembur akibat gempa pada akhir Juli lalu. Pada masa normal, rata-rata 500 orang per hari mendaki gunung berketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut tersebut. Dari jumlah itu, 50 persen di antaranya merupakan wisatawan asing.