Badan Geologi Teliti Potensi Gempa Bumi di Indramayu
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·2 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS - Tim Survei Badan Geologi tengah meneliti potensi gempa bumi di Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penelitian sementara menemukan indikasi sesar atau patahan Cimanuk aktif di daerah tersebut.
Insu Hajar, Kepala Subbidang Pemetaan Tematik Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan, survei mikrozonasi tersebut dilakukan sebulan terakhir. Mikrozonasi merupakan penelitian terhadap zona-zona wilayah yang terkait dengan tingkat kerentanan guncangan dalam skala kecil.
Lokasi survei di Tukdana mencakup Desa Sukaperna dan Desa Pagedangan dengan luas 5 kilometer x 5 kilometer. "Daerah itu dipilih karena sebelumnya pada awal tahun terdapat semburan gas di beberapa titik. Ini menunjukkan ada lapisan yang bergeser sehingga gas keluar," ujar Isnu di Desa Pagedangan, Senin (20/8/2018).
Mikrozonasi dilakukan karena secara geologis, daerah itu tertutupi lapisan kuarter yang tidak solid seperti krikil, pasir, dan lanau yang rentan terhadap guncangan tanah akibat gempa bumi. Survei dengan menggunakan mikrotremor (identifikasi getaran skala kecil) di 100 titik pun dilakukan.
"Hasilnya, ditemukan sesar atau patahan Cimanuk aktif," ujar Ketua Tim Survei Seismotektonik dan Mikrozonasi, Asdani Soehaimi sambil menunjukkan garis merah di peta. Menurut dia, masih butuh penelitian untuk mengetahui asal mula sesar itu.
Selain di Tukdana, tim juga meneliti wilayah Majalengka dan Sumedang yang dilintasi sesar Cimanuk. "Sebelumnya, pada 1990, terjadi gempa berkekuatan Magnitudo 5,4 di Talaga, Majalengka. Ini karena sesar Baribis," ujarnya.
Namun, menurut Asdani, sesar Cimanuk yang terbagi dalam tujuh segmen masih butuh penelitian mendalam terkait kebolehjadian (probabilitas) gempa bumi, seperti kekuatan dan intensitas gempa. "Ini butuh perhitungan ulang dan hasilnya disusun dalam peta mikrozonasi," ujarnya.
Peta mikrozonasi akan menunjukkan zona yang rentan terhadap guncangan tinggi, sedang, maupun rendah. Peta itu diharapkan menjadi dasar untuk membangun permukiman, termasuk pengeboran minyak dan gas bumi.
"Peta ini ditargetkan selesai dalam waktu sebulan," ujar Isnu. Menurut dia, jika daerah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap guncangan tanah sudah dihuni, maka bangunan tersebut harus kuat secara pondasi.