INDRAMAYU, KOMPAS – Tim Pusat Survei Geologi Badan geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tengah memetakan potensi gempa bumi di Jawa Barat bagian timur. Hasil penelitian sementara, diduga terdapat sesar atau patahan Cimanuk aktif yang tersebar di Kabupaten Sumedang, Majalengka, dan Indramayu.
Pemetaan yang dimaksud ialah seismotektonik dan mikrozonasi. Seismotektonik merupakan hubungan struktur geologi dengan gempa sementara mikrozonasi adalah penelitian terhadap zona-zona wilayah dalam skala kecil yang terkait dengan tingkat kerentanan guncangan.
Kepala Subbidang Pemetaan Tematik Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM Isnu Hajar mengatakan, pemetaan tersebut dilakukan sebulan terakhir. Seismotektonik mencakup wilayah Sumedang, Majalengka, hingga Kecamatan Tukdana, Indramayu. “Sementara untuk mikrozonasi dilakukan di Desa Sukaperna dan Desa Pagedangan dengan luas 5 kilometer x 5 kilometer,” ujar Isnu, Senin (20/8/2018) di Pagedangan.
Daerah Tukdana dipilih karena pada 2015 dan awal 2017 terjadi semburan gas. Menurut Isnu, hal itu menunjukkan ada lapisan yang bergeser bahkan rekah sehingga gas keluar. Mikrozonasi dilakukan karena secara geologis, daerah itu tertutupi lapisan kuarter yang tidak solid seperti krikil, pasir, dan lanau yang rentan terhadap guncangan tanah akibat gempa bumi.
Lapisan kuarter tersebut selama ini diduga menutupi patahan dan lipatan lempengan di wilayah tersebut. Untuk itu, survei dengan menggunakan mikrotremor (identifikasi getaran skala kecil) di 100 titik dilakukan di Tukdana.
“Hasil sementara, ditemukan sesar atau patahan Cimanuk aktif,” ujar Ketua Tim Survei Seismotektonik dan Mikrozonasi Sumedang, Majalengka, dan Indramayu Asdani Soehaimi sambil menunjukkan garis merah di peta. Garis merah itu membentang dari Sumedang hingga Indramayu sepanjang sekitar 54 kilometer.
Di sekitar sesar itu, terdapat infrastruktur besar. Di Sumedang, terdapat Waduk Jatigede sementara di Majalengka telah beroperasi Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati. Tidak jauh dari sana, terdapat Jalan Tol Cikopo-Palimanan. Di Indramayu, ada eksploitasi gas dan minyak bumi. Daerah itu juga telah marak permukiman dengan bangunan batu permanen.
Meski demikian, menurut Asdani, masih dibutuhkan penelitian mendalam terkait kebolehjadian (probabilitas) gempa bumi di daerah itu, termasuk kekuatan dan intensitas gempa. Patahan Cimanuk juga terbagi dalam tujuh segmen.
“Jadi, belum tentu sepanjang 54 kilometer itu rentan terhadap gempa bumi,” ujarnya. Menurut dia, belum ada data historis terkait sesar Cimanuk. Gempa bumi, lanjutnya, pernah terjadi di Talaga, Majalengka pada 1990 dengan kekuatan Magnitudo 5,4. Gempa kali itu pun berasal dari sesar Baribis yang saat ini masih aktif.
Untuk itu, menurut Isnu, pihaknya dalam sebulan ke depan akan mengolah data lapangan dari pemetaan seismotektonik dan mikrozonasi tersebut. Mikrozonasi akan menghasilkan peta zona yang rentan terhadap guncangan tinggi, sedang, dan rendah.
Kepala Bidang Pemetaan Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM SR Sinung Baskoro mengatakan, hasil pemetaan diharapkan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur dan perumahan. Apalagi, saat ini, belum ada alat untuk memastikan kapan gempa bumi muncul.
“Kalau ditemukan zona merah yang kerentanannya tinggi terhadap gempa bumi, sebaiknya dikosongkan dari hunian. Kalau telanjur ada permukiman, bangunannya harus dipastikan tahan gempa. Pengeboran minyak dan gas juga tidak boleh lebih dari kedalaman 40 meter,” ujarnya.
Kuwu (Kepala Desa) Sukaperna Khasanudin berharap, pemerintah pusat dapat memberikan bantuan rumah anti gempa jika permukiman di desanya yang berpenduduk sekitar 4.000 orang merupakan daerah rawan gempa bumi. “Kami hanya ingin hidup tenang,” ucapnya.