Suasana pintu air Manggarai, Jakarta, Senin (20/8/2018). Sampah tidak begitu banyak terlihat karena telah dikeruk oleh petugas sejak pagi hari.JAKARTA, KOMPAS - Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) mengantisapasi kenaikan dini debit air.
Kepala BBWSCC Bambang Hidayah, Senin (20/8/2018), mengatakan, debit air di Bendung Katulampa yang mengalir ke Sungai Kalibaru Timur, Bogor, masih kecil yakni berkisar 3-4 meter kubik per detik. Kenaikan debit air diperkirakan terjadi bulan September hingga Oktober.
“Berdasarkan pengalaman, kenaikan debit air terjadi di antara dua bulan itu. Namun, mengingat ketidakpastian cuaca, bisa saja naiknya lebih cepat dari yang diperkirakan,” kata Bambang di Kantor BBWSCC, Jakarta Timur.
Kondisi air di Bendung Katulampa menjadi tolak ukur warga di tengah maupun hilir Kali Ciliwung. Ketika Katulampa siaga 1 (tinggi muka air 220 sentimeter), maka dalam hitungan jam, puluhan ribu meter kubik air akan masuk ke Depok hingga Jakarta.
Bambang mengatakan, tim pusat media BBWSCC terus memantau kondisi pintu air, baik yang di Jakarta maupun di bagian hulu. Pemantauan menggunakan kameran CCTV. Hasil pantauan CCTV tersebut terhubung langsung ke pusat media. “Dengan ini, kami nantinya menyampaikan kapan waktunya untuk siaga atau waspada,” kata Bambang.
Selain itu, pihaknya juga akan mengeruk kali yang ada di Jabodetabek. Kali tersebut antara lain Kali Mookevart, Cengkareng Drain, Angke, Pesanggrahan, Krukut, Kanal Barat, dan Kanal Timur. selain itu, ada juga Cakung Drain, Cipinang Hulu, dan Sunter Hilir. “Untuk Kali Mookevart dan Kanal Timur, diusulkan secepatnya,” kata dia.
Selain itu, di Kali Sentiong juga akan disiapkan pompa berkapasitas 50 meter kubik. Hal ini digunakan untuk mengantisipasi tabrakan arus Kali Sentiong dengan ombak laut yang datang dari Kali Ancol. Dengan pompa tersebut, arus Kali Sentiong langsung dialirkan ke laut.
“Pengadaan pompa melalui program Jedi (Jakarta Emergency Dredging Initiative) dengan pinjaman dari Bank Dunia. Sekarang sedang menunggu evaluasi dari Bank Dunia. Rencananya, total biaya sekitar 100 miliar yang sharing dengan APBN,” kata Bambang.
Terkait normalisasi sungai, Bambang mengatakan bahwa proses normalisasi sungai dari Kali Ciliwung ke Kanal Timur mangkrak. Rencananya, debit dari Kali Ciliwung akan dialirkan ke Kanal Timur untuk mengurangi beban Ciliwung saat terjadi banjir.
“Dari Ciliwung ke Kanal Timur rencananya 1,2 kilometer, namun yang terlaksana baru 600 meter. Hal ini terkendala soal pembebasan lahan,” kata dia.
Pintu Air Manggarai
Sementara itu, sebuah alat berat long arm mengeruk sampah bercampur lumpur di pintu air Manggarai. Di sebelahnya, terdapat alat berat jenis amfibi yang tidak beroperasi. Tak semua sampah bisa masuk ke pengeruk long arm. Sejumlah sampah plastik terbawa arus hingga tepat ke pintu air. Seorang pemulung memilih sampah-sampah tersebut dan memasukkannya ke dalam kotak yang terbuat dari styrofoam.
Pemantau Kebersihan Badan Air Kecamatan Menteng Prasetyo Suyatno mengatakan, debit air di pintu Manggarai normal, yakni 550 sentimeter. Status siaga 1 diberlakukan apabila tinggi air berada di angka 900 sentimeter. “Kalau siaga 1, ketinggian air hampir menyamai lantai ini (bagian atas turap),” kata Prasetyo.
Saat suasana kemarau semacam ini, kata Prasetyo, volume sampah yang dihasilkan di pintu manggarai berkisar 24 kubik sehari. Itu setara dengan dua truk pengangkut sampah. Namun, bila Katulampa siaga 1, sampah yang dihasilkan bisa ratusan kali lipat dari itu. “Waktu (banjir) bulan Februari, jumlah sampah mencapai 155 truk sehari,” kata dia.
Bejo Santoso (50), pembawa alat berat long arm, sejak pukul 08.00 mengoperasikan alat beratnya. Hingga istirahat siang, satu truk pengangkut sampah sudah terisi penuh.
“Kalau hari biasa begini, sampahnya berupa plastik dan sampah keluarga,” kata Bejo. (Insan Alfajri)