PALEMBANG, KOMPAS — Kebakaran lahan menghanguskan 10 hektar lahan di dekat Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Selasa (21/8/2018). Empat helikopter dan 10 mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api. Kebakaran harus cepat dipadamkan karena jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari wisma atlet.
Kebakaran terjadi sekitar pukul 15.30 WIB. Saat itu, petugas di Kompleks Olahraga Jakabaring (JSC) melaporkan peristiwa kebakaran di dekat wisma atlet. Angin kencang dan lahan kering mempercepat laju api sehingga kebakaran terus meluas. Sekitar 15 menit dari adanya laporan kebakaran, tim darat segera menuju lokasi.
Namun, upaya pemadaman melalui darat terkendala terbatasnya alat. Petugas harus memadamkan api dengan selang yang cukup panjang karena titik api cukup jauh dari sumber air. Kendala ini membuat tim udara segera bertindak dengan mengerahkan empat helikopter yang masing-masing mengangkut sekitar 1 ton liter air.
Secara bergantian, helikopter menyiram api dengan air yang bersumber dari Danau OPI, Palembang.
Secara bergantian, helikopter menyiram api dengan air yang bersumber dari Danau OPI, Palembang. Adapun tim darat tetap melakukan pemadaman walau dengan alat terbatas.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah menyebutkan, musibah ini merupakan kebakaran kedua yang terjadi di kawasan JSC.
Ia mengatakan, Jakabaring merupakan salah satu kawasan prioritas yang selalu diawasi. Bahkan, ada posko khusus yang disediakan agar apabila ada kebakaran, dapat segera diantisipasi sejak dini.
Namun, yang terpenting adalah melakukan pembasahan karena karakteristik dari lahan yang terbakar adalah semi-gambut yang kalau sudah terbakar akan sulit untuk dipadamkan.
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengatakan, kebakaran memang tidak bisa dihindari terutama pada cuaca panas seperti saat ini. Bahkan di California, Amerika Serikat, misalnya, kebakaran hutan belum bisa tertangani sampai saat ini.
Segala upaya sudah dilakukan agar kebakaran tidak terjadi, bahkan sampai melarang orang merokok di kawasan Jakabaring. Namun, kebakaran tetap terjadi. ”Kini yang terpenting adalah bagaimana saat ada api langsung bisa dipadamkan,” lanjutnya.
Dari pantauan Kompas, saat pemadaman dilakukan, masyarakat di sekitar hanya menonton, bahkan melihat kebakaran dari dekat, sementara petugas pemadam berjibaku untuk memadamkan api.