Anak perokok pasif yang tumbuh bersama orangtua yang merokok akan memiliki risiko kematian lebih besar saat dewasa akibat penyakit paru. Ketika dewasa, anak perokok pasif berpeluang menambah tujuh kematian per 100.000 kematian orang dewasa bukan perokok pada setiap tahun.
Hasil itu diperoleh dari studi yang dilakukan W Ryan Diver dari Program Riset Epidemiologi Masyarakat Kanker Amerika (American Cancer Society) dkk terhadap 70.900 laki-laki dan perempuan yang tidak merokok di Amerika Serikat. Sebagian besar responden berumur lebih dari 50 tahun pada tahun 1992-1993.
Para responden diwawancara tentang paparan rokok yang dialami sepanjang hidupnya. Selanjutnya, kondisi kesehatan mereka dilacak hingga 22 tahun berikutnya. Hasilnya, hingga tahun 2014, sebanyak 25.899 responden meninggal dunia. Setelah itu, pada 2016-2017 dibuat pemodelan untuk mengukur dampak paparan rokok terhadap kesehatan mereka.
Studi yang dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine edisi September 2018 itu menunjukkan perokok pasif yang terpapar asap rokok 10 jam per minggu atau lebih memiliki peningkatan risiko kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik sebesar 42 persen dibandingkan mereka yang hidup bersama orang yang tidak merokok.
Perokok pasif yang terpapar asap rokok 10 jam per minggu atau lebih memiliki peningkatan risiko kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik sebesar 42 persen dibandingkan mereka yang hidup bersama orang yang tidak merokok.
Selain itu, mereka yang terpapar asap rokok minimal 10 jam per minggu itu juga memiliki peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik sebesar 27 persen dan stroke sebesar 23 persen dibandingkan mereka yang tidak terpapar asap rokok. Berbagai dampak kesehatan itu akan terus bertambah jika saat mereka dewasa tinggal bersama perokok.
“Ini adalah studi pertama yang mengidentifikasi hubungan antara paparan asap rokok semasa kanak-kanak sebagai perokok pasif dengan kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik pada usia paruh baya atau lebih tua,” kata Diver seperti dikutip BBC, Minggu (19/8/2018).
Anak-anak yang terpapar asap rokok dari orangtuanya berisiko menderita asma dan perkembangan paru-paru yang buruk. Dari studi ini diketahui bahwa efek paparan asap rokok selama masa kanak-kanak itu bertahan hingga mereka menjadi dewasa. Selain peningkatan risiko kematian, paparan rokok semasa kanak-kanak juga meningkatkan munculnya sejumlah penyakit kronis dan gangguan kesehatan lain saat mereka menua.
Anak-anak yang terpapar asap rokok dari orangtuanya berisiko menderita asma dan perkembangan paru-paru yang buruk.
“Temuan ini memberikan bukti pentingnya mengurangi paparan asap rokok bagi perokok pasif sepanjang hayat,” tambahnya.
Penasihat medis untuk Yayasan Paru Inggris (British Lung Foundation) Nick Hopkinson yang tidak terlibat dalam penelitian menyebut dampak menjadi perokok pasif pada anak-anak bersifat abadi. Meski mereka sudah bukan anak-anak lagi, dampak paparan asap rokok itu tetap berkembang.
Sementara itu, Hazel Cheeseman dari kelompok kampanye Action on Smoking and Health di London, Inggris mengatakan hasil studi ini bisa dijadikan upaya untuk mendorong orangtua merokok di luar rumah mereka guna melindungi anak-anak dari bahaya.
“Cara terbaik untuk melindungi anak agar tidak menjadi perokok pasif dan terhindar dari berbagai dampak buruk rokok adalah orangtua harus berhenti merokok,” katanya.