Survei LSI Denny JA: Jokowi-Ma’ruf Unggul di Lima Kantong Suara Penting
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mulai naik setelah resmi mendaftarkan diri sebagai calon presiden-wakil presiden pada kontestasi Pemilihan Umum Presiden 2019. Saat ini, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf mengungguli Prabowo-Sandi pada lima kantong suara penting.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Adjie Alfaraby, saat rilis survei di Jakarta, Selasa (21/8/2018), menyatakan, pada survei terbaru, lembaga survei LSI Denny JA membagi suara untuk capres-cawapres ke dalam enam kategori, yakni kategori pemilih Muslim, non-Muslim, wong cilik, emak-emak atau perempuan, kaum terpelajar, dan kaum milenial.
Survei nasional tersebut dilaksanakan setelah pendaftaran capres-cawapres serentak pada 12-19 Agustus. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden 1.200 orang. Survei dengan margin of error lebih kurang 2,9 persen ini juga dilengkapi dengan focus group discussion, analisis media, dan wawancara mendalam.
Hasil survei menunjukkan, secara keseluruhan, elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf saat ini mencapai angka 52,2 persen. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf unggul telak atas pasangan Prabowo-Sandi yang hanya meraih 29,5 persen. Adapun 18,3 persen responden menjawab belum memutuskan siapa presiden yang akan dipilihnya nanti.
”Ini menunjukkan bahwa elektabilitas yang diraih pasangan Jokowi-Ma’ruf hampir sama dengan perolehan suara Jokowi pada Pilpres 2014, yakni 53,15 persen,” ujar Adjie.
Secara rinci, berdasarkan hasil survei, keunggulan pasangan Jokowi-Ma’ruf terjadi di lima kantong suara penting, yakni pemilih Muslim, non-Muslim, wong cilik, perempuan, dan kaum milenial. Sementara pasangan Prabowo-Sandi hanya unggul pada kategori pemilih kaum terpelajar.
Pada kantong suara pemilih Muslim yang merupakan populasi pemilih terbesar, dukungan untuk Jokowi-Ma’ruf unggul jauh atas Prabowo-Sandi. Jokowi-Ma’ruf mendapat dukungan sebesar 52,7 persen, sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 27,9 persen.
Namun, jauhnya jarak elektabilitas Jokowi-Ma’ruf dari Prabowo-Sandi pada kantong pemilih Muslim tidak terjadi pada kantong pemilih non-Muslim atau minoritas. Meski tetap unggul, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf pada kantong pemilih non-Muslim hanya terpaut 3,9 persen. Dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf sebesar 47,5 persen, sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 43,6 persen.
Pada kantong suara wong cilik yang merupakan pemilih dengan pendapatan rumah tangga di bawah Rp 2 juta per bulan, Jokowi-Ma’ruf mendapat dukungan sebesar 54,7 persen. Sementara Prabowo-Sandi meraih dukungan 25,2 persen.
Jokowi-Ma’ruf saat ini juga masih unggul pada kantong pemilih perempuan dan generasi milenial atau pemilih di rentang usia 17-39 tahun. Pada pemilih perempuan, pasangan Jokowi-Ma’ruf meraih 50,2 persen dan pada pemilih milenial meraih 50,8 persen. Adapun dukungan untuk Prabowo-Sandi pada pemilih perempuan sebesar 30 persen dan pemilih milenial 31,8 persen.
Keunggulan Prabowo-Sandi atas Jokowi-Ma’ruf hanya terjadi pada kantong suara kaum terpelajar atau pemilih dengan jenjang pendidikan tinggi, seperti diploma dan sarjana. LSI menyebutkan, Prabowo-Sandi mendapat dukungan sebesar 44,5 persen, sedangkan Jokowi-Ma’ruf sebesar 40,4 persen.
Meski demikian, Adjie menegaskan, elektabilitas kedua pasangan itu masih bisa berubah seiring dengan dimulainya kampanye. Isu dan strategi yang akan dilancarkan kedua kubu saat masa kampanye menjadi faktor penentu naik atau turunnya elektabilitas setiap pasangan.
Perhatian khusus
Terkait hasil survei ini, Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani menyampaikan, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf akan memberikan perhatian khusus pada kantong pemilih kaum terpelajar. Hal ini karena isu-isu hoaks dan ujaran kebencian serta kampanye hitam lainnya, menurut Arsul, banyak dilakukan oleh kaum terpelajar.
”Kami melihat datangnya pemberitaan yang negatif, hoaks, dan ujaran kebencian itu dari kaum terpelajar, bukan dari emak-emak. Orang-orang yang tamat perguruan tinggi, misalnya sarjana dan magister, dengan mudahnya memakan informasi tanpa melakukan kroscek terlebih dahulu,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Arsul menyatakan, TKN Jokowi-Ma’ruf akan menerapkan strategi untuk menepis kampanye hitam dan menggaet suara kaum terpelajar. Cara tersebut adalah dengan mengembangkan narasi pendek yang akan disebar di sejumlah platform, khususnya media sosial.
”Narasi pendek itu akan menjelaskan duduk permasalahan tentang isu-isu yang dikembangkan, seperti perekonomian dan utang luar negeri. Secara umum, tentu kantong suara yang sudah unggul harus dipertahankan dan yang kurang harus dibenahi,” tutur Arsul yang juga menjabat Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf.