JAKARTA, KOMPAS — Final senam artistik nomor beregu putri Asian Games 2018 menjadi pembuktian untuk pesenam Indonesia, Muhtia Nur Cahya (15). Pesenam muda itu akan tampil dalam empat nomor yaitu, senam lantai, meja lompat, balok keseimbangan, dan palang bertingkat.
Pelatih senam artistik Eva Novalina Butar Butar memutuskan menggantikan pesenam andalan Indonesia Rifda Irfanaluthfi dengan Muhtia di final beregu, Rabu (22/8/2018) malam. Eva ingin memberi kesempatan kepada Rifda untuk istirahat dan fokus menatap final individu pada Kamis dan Jumat.
”Ya kita kan juga tidak punya peluang di nomor beregu. Nomor itu sudah dikuasai oleh China, Korea Selatan, Korea Utara, dan Jepang,” kata Eva.
Adapun pada babak kualifikasi beregu, Indonesia tampil dengan empat pesenam utama, yaitu Rifda, Armartiani, Amalia Fauziah, dan Tazsa Devira. Rifda, Armartiani, dan Amalia tampil di empat nomor, sedangkan Tazsa hanya tiga nomor. Di nomor meja lompat, Tazsa digantikan Muhtia yang berperan sebagai cadangan.
Kesempatan di final akan sangat berguna untuk pengalaman Muhtia.
Kesempatan di final akan sangat berguna untuk pengalaman Muhtia sebab ia sempat gugup di babak kualifikasi. Meski menyelesaikan meja lompat dengan nilai 12,000, juri sempat memanggil Eva karena Muhtia melakukan kesalahan teknis.
”Tadi sempat dipanggil juri. Kata juri, dia ada kesalahan sebelum memulai. Wajar saja, dia kan masih sangat muda, tetapi langsung tampil di Asian Games,” kata Eva.
Di final beregu, Muhtia akan bertemu langsung dengan juara Asia 2017 di senam lantai asal Korea Utara, Kim Su Jong, sekaligus tim China yang juga merupakan juara Asia.
Muhtia adalah pesenam muda berbakat. Sebelumnya, panggung terbesar Muhtia hanyalah Asean School Games (ASG). Pada ASG 2017, ia meraih emas di nomor meja lompat. Kontribusi besar juga diberikan pada ASG 2018, Muhtia membantu tim Indonesia meraih perunggu di nomor beregu.
Sebelumnya, manajer senam Dian Arifin mengatakan, Muhtia merupakan pesenam yang baru dimasukkan ke daftar tim Asian Games setelah ASG 2018, Juli 2018. ”Karena melihat performanya. Kami masukkan saja ke tim. Untuk menambah pengalaman dia dan sekaligus regenerasi,” ucapnya.
Tim putri kurang berpeluang merebut medali di nomor beregu. Pada babak kualifikasi, Indonesia menempati peringkat ke-8 dari 8 tim yang lolos ke final. Indonesia mendapat nilai total 140,850. Nilai itu sangat timpang apabila dibandingkan dengan peringkat pertama, China, dengan 166,100.