KABANJAHE, KOMPAS — Ancaman lahar hujan dari Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meningkat memasuki musim hujan. Alirannya telah meluap ke jalan, ladang, dan permukiman beberapa hari terakhir. Warga diminta menjauhi sungai dan jalur lahar saat hujan.
”Masih ada sekitar 50 juta meter kubik material hasil letusan yang menumpuk di lereng Gunung Sinabung. Material ini bisa meluncur sebagai lahar hujan saat hujan deras turun,” kata Armen Putra, pengamat Gunung Sinabung di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Rabu (22/8/2018).
Lahar hujan meluap dari sungai dan jalur lahar, Senin dan Selasa, saat hujan deras dari sore hingga malam. Badan sungai dan jalur lahar dipenuhi aliran material batu, lumpur, dan batang pohon. Alirannya meluap ke jalan, ladang, dan permukiman.
Lahar hujan, kata Armen, dapat mengalir 5-10 kilometer ke barat Gunung Sinabung atau arah Kecamatan Tiganderket. Itu karena sebagian besar sungai yang berhulu di Sinabung mengalir ke barat. Potensi meluapnya aliran lahar hujan meningkat karena sungai mendangkal.
Hingga kini masih ada dua genangan air mirip danau di hulu Sungai Lau Borus, sekitar tiga kilometer dari puncak Sinabung. Genangan air seluas lima hektar dan tujuh hektar itu terbentuk awal 2017 karena badan Sungai Lau Borus terbendung material erupsi. ”Bendungan alami ini bisa jebol, terutama jika volumenya tambah karena hujan,” katanya.
Aktivitas menurun
Menurut Armen, aktivitas vulkanis Gunung Sinabung beberapa bulan belakangan menurun. Dua bulan tak terjadi erupsi meskipun sebelumnya erupsi hampir setiap hari. Erupsi terakhir pada 22 Juni dengan tinggi kolom abu 1.000 meter.
Penurunan aktivitas Sinabung juga ditunjukkan dengan penurunan aktivitas kegempaan dan tidak bertumbuhnya kubah lava. Beberapa bulan terakhir tak ada lagi gempa hibrida, guguran, dan frekuensi rendah yang menandakan berkurangnya suplai energi dan fluida dari dapur magma.
Namun, status Sinabung masih Awas karena karakter Gunung Sinabung sulit diprediksi. Sebagai contoh, Februari lalu terjadi erupsi besar dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter tanpa didahului tremor menerus atau tremor satuan sebagaimana pantauan seismograf. Erupsi disertai awan panas guguran.
”Letusan ini jadi pelajaran untuk tetap hati-hati meskipun aktivitas kegempaan tidak tinggi,” kata Armen. Oleh karena itu, meskipun ada penurunan aktivitas vulkanis, warga tetap diminta tidak masuk zona merah.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin mengatakan, saat ini mereka mewaspadai dampak dari lahar hujan. Mereka menyiagakan alat berat di beberapa titik jalan untuk membersihkan ketika material lahar meluap.