Kepala Sekolah TK Kartika Probolinggo Akhirnya Dipecat
Oleh
Dahlia Irawati
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kepala Sekolah TK Kartika V-69 Kota Probolinggo, Jawa Timur, akhirnya dipecat oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Probolinggo. Hal itu terkait kelalaiannya memilih tema pawai perayaan kemerdekaan ke-73 RI sehingga memicu kontroversi.
Hartatik, Kepala Sekolah TK Kartika V-69, mulai 22 Agustus 2018 dipindahtugaskan sebagai staf Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraha Kota Probolinggo. Kepala sekolah baru TK Kartika V-69 saat ini masih dibicarakan oleh dinas. Hartatik adalah aparatur sipil negara (ASN) Kota Probolinggo.
”Dalam kasus tersebut beliau sudah meminta maaf dan mengaku bersalah tidak koordinasi terlebih dahulu mengenai tema pawai yang diambil hingga membuat kehebohan. Akibat lalai itu, dia akan kami tarik ke dinas untuk mendapat tugas lain di sana,” kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Mochammad Maskur, Kamis (23/8/2018).
TK Kartika V-69 adalah TK yang disorot di media sosial sebab dalam pawai kemerdekaan itu justru mengambil tema yang dinilai kurang pas. Mereka memilih busana hitam-hitam dengan cadar dan memberikan properti senjata laras panjang kepada anak-anak TK tersebut. Media sosial pun heboh karena menilai busana tersebut identik dengan upaya mengenalkan anak-anak pada kekerasan dan radikalisme. TK tersebut berada di bawah binaan Kodim 0820.
Hasil penyelidikan Polres Probolinggo Kota menemukan, di media sosial terjadi distorsi informasi dari pawai tersebut. Dalam video utuh pawai tersebut terlihat TK Kartika V-69 mengambil tema perjuangan Rasulullah. Ada berbagai adegan di sana, dari barisan prajurit membawa bendera merah putih, kereta kuda raja Salman, kabah, unta, dan barisan prajurit Arab (berbaju hitam dan bercadar serta membawa senjata).
Dari seluruh rangkaian iring-iringan itu, unggahan di media sosial hanya ditampilkan prajurit berbaju hitam dan bercadar. Hal itu membuat heboh media sosial sehingga dinilai sebagai upaya pengenalan radikalisme sejak dini.
Penyelidikan sudah selesai dan tidak ditemukan ada unsur kesengajaan di sana. Tidak ada upaya mengarah pada pengenalan radikalisme sejak dini.
”Penyelidikan sudah selesai dan tidak ditemukan ada unsur kesengajaan di sana. Tidak ada upaya mengarah pada pengenalan radikalisme sejak dini. Namun, memang ada yang tidak pas di sana dan semua pihak sudah meminta maaf,” kata Kepala Kepolisian Resor Probolinggo Kota Ajun Komisaris Besar Alfian Nurrizal.
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Probolinggo Muchlis menyerukan agar semua pihak menahan diri untuk tidak menarik-narik kasus kontroversi pawai TK tersebut ke berbagai kepentingan. Masyarakat harus memperhatikan perasaan dan kepentingan anak-anak TK Kartika V-69 yang dinilai lebih penting dari sekadar atribut yang mereka kenakan.
GP Ansor menjadi salah satu ormas yang turut mengikuti klarifikasi Kepolisian Resor Probolinggo Kota terhadap Kepala Sekolah TK Kartika V-69, Dandim 0820, panitia pawai, dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Probolinggo.
Ansor, menurut Muchlis, mengeluarkan beberapa pernyataan: membiarkan para pihak melakukan observasi dan sanksi atas kelalaian yamg menyebabkan kehebohan itu; meminta semua pihak menahan diri atas kasus tersebut agar kasus itu tidak ditarik-tarik ke politik sebab isu tersebut dinilai sensitif; memberikan waktu kepada dinas pendidikan dan yayasan untuk memberikan sanksi atas kelalaian itu; memastikan bahwa niat polisi untuk memolisikan pengunggah video adalah hoaks; meminta semua pihak menahan diri karena ada anak-anak dan orangtua di sana yang lebih penting daripada atribut-atribut yang diributkan.
”Ada anak-anak yang bahkan tidak tahu apa-apa yang jika diteruskan bisa terkena dampaknya. Jika ini terus dilanjutkan, sangat mungkin anak-anak itu juga yang bakal terdampak atas kasus kontroversi ini. Mereka tidak tahu apa-apa dengan atribut yang dikenakannya,” kata Muchlis.