JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asia Pacific Conference on Tobacco or Health ke-12, pada 13-15 September 2018 mendatang. Acara yang akan diikuti oleh sedikitnya 800 peserta dari berbagai negara di Asia Pasifik itu diharapkan dapat mendorong pemerintah Indonesia untuk mengimplementasikan kebijakan pengendalian tembakau yang lebih kuat untuk melindungi generasi muda.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (23/8/2018), Ketua Asia Pacific Conference on Tobacco or Health ke-12 (APACT12th) Arifin Panigoro, mengatakan, pengendalian tembakau adalah urusan yang tak mudah dikerjakan.
Sejauh ini, dampak buruk rokok terlihat di depan mata kita sehari-hari mulai dari anak-anak dan remaja yang merokok, tingginya kasus penyakit karena rokok, anak-anak yang tak mendapat makanan bergizi karena uang orang tuanya habis untuk rokok, naiknya perokok perempuan, hingga iklan rokok yang masif memapar anak-anak.
Komitmen pemerintah pun dinilai masih lemah dalam membuat dan menegakkan regulasi pengendalian tembakau. Padahal, pemerintah berkomitmen pada pembangunan sumber daya manusia. Ini terlihat dari, misalnya, kenakan tarif cukai tak maksimal sehingga harga rokok tetap murah dan bisa dibeli batangan.
Arifin berharap, penyelenggaraan APACT12th bisa menggugah lebih banyak pihak terutama pemerintah untuk mau melahirkan kebijakan pengendalian konsumsi rokok yang kuat dan hasilnya terlihat signifikan menurunkan prevalensi perokok.
APACT pertama kali diadakan tahun 1989 di Taiwan sebagai reaksi atas ekspansi industri rokok dari Amerika Serikat ke kawasan Asia Pasifik. Industri rokok besar menjadikan kawasan ini sebagai pasar terbesar mereka hingga saat ini. Pada penyelenggaraannya yang ke-12 di Bali September nanti APAC mengusung tema Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Generasi muda
Penasihat Internasional APACT12th, Prof Emil Salim, menyatakan, pada 2045 Indonesia berusia 100 tahun. Saat itu, struktur penduduk Indonesia didominasi oleh generasi muda. Mereka yang menduduki posisi strategis di berbagai bidang pembangunan nanti adalah anak-anak yang lahir sekitar tahun 2000 atau saat ini berusia 18-19 tahun. Jika sekarang mereka justru jadi perokok pemula, maka mereka akan terjerat candu rokok sehingga jadi generasi kurang produktif.
Oleh karena itu, menyelamatkan anak-anak dan remaja dari jeratan industri rokok saat ini sama dengan menyelamatkan masa depan bangsa ini. Iklan, promosi, dan sponsor rokok yang menyasar anak muda harus dihentikan. Sebab, iklan dan promosi akan memengaruhi anak muda untuk mulai merokok.
“Ketika penyelenggaraan APACT akan diputuskan di Indonesia banyak para tokoh pengendalian tembakau internasional yang mengharapkan Indonesua serius dalam mengaksesi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC). Ini hal yang berat, tidak mudah,” kata Arifin. Saat ini, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang belum mengaksesi FCTC.
Sekretaris Jenderal APACT12, Nurul Luntungan, menyampaikan, tema SDGs yang diusung pada APACT12 amat relevan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target SDGs. Isu besar SDGs akan diturunkan dalam sejumlah tema selain kesehatan yang dibahas selama konferensi antara lain dalam pengendalian tembakau, strategi komunikasi, peran pemuda mengendalikan produk tembakau, perdebatan rokok elektrik, dan layanan berhenti merokok.
Nurul menambahkan, panitia menerima lebih dari 900 karya ilmiah dari 47 negara yang tidak hanya berasal dari Asia Pasifik tetapi juga Afrika dan Amerika. Sedikitnya 800 peserta telah konfirmasi akan menghadiri acara ini.
Ketua Komite Pemuda APACT12th, Hasna Pradityas, menuturkan, pemuda memiliki peran besar dalam kampanye pengendalian tembakau. Sebab, selama ini anak-anak dan remaja menjadi korban industri rokok mulai dari dipekerjakan di pertanian tembakau hingga menjadi target pemasaran rokok. “Pemuda harus melawan dan menolak jadi target industri rokok,” tegasnya.
Dalam, sejarah setiap perubahan selalu ada peran pemuda. Pemuda selalu jadi nyawa perubahan dan pergerakan. Karena itu, dalam upaya mengurangi konsumsi rokok, pemuda harus berperan. Pada APACT12th nanti, akan ada 50 pemuda dari 15 negara di Asia Pasifik yang akan mengikuti lokakarya. Mereka akan melaksanakan beberapa aktivitas kreatif dan inovatif selama konferensi.