JAKARTA, KOMPAS — Latihan fisik belum menjadi perhatian atlet e-sport atau olahraga elektronik yang akan bertanding di eksibisi Pro Evolution Soccer 2018 dalam rangkaian Asian Games XVIII. Pihak asosiasi e-sport Indonesia dan atlet memiliki perbedaan pendapat mengenai pentingnya latihan fisik dan pembatasan lama bermain gim.
Hal tersebut terungkap dalam acara diskusi media, Jumat (24/8/2018) di Jakarta. Hadir sebagai pembicara dua atlet e-sport Indonesia nomor Pro Evolution Soccer (PES) 2018 Setia Widianto dan Elga Cahya Putra, Ketua Umum Asosiasi eSports Indonesia (IeSPA) Eddy Lim, Deputi Direktur Divisi Perencanaan Promosi Konami Digital Entertainment Takayuki Kurumada, dan mantan kapten tim nasional sepak bola Indonesia Ponaryo Astaman.
Elga dan Widi yang akan berlaga dalam eksibisi olahraga elektronik Asian Games XVIII mengaku belum melaksanakan latihan fisik layaknya atlet pada umumnya. Saat ini, keduanya hanya fokus berlatih bermain gim video sepak bola tersebut.
“Selama ini, kami cuma latihan PES saja. Latihan fisik memang belum terlaksana,” ujar Elga.
Menurut Elga, latihan utama yang harus ditekuni adalah bermain PES. Sebab, latihan rutin dapat meningkatkan kemampuan individual, kekompakan sebagai tim, serta ketenangan dalam bermain. “Sebenarnya latihan PES ini jangan sampai lepas, nanti sentuhannya hilang,” kata dia.
Meskipun telah menyandang status atlet, Widi dan Elga juga tidak memiliki jadwal latihan khusus. Widi mengaku tidak memiliki jadwal bermain tertentu. Ia juga tidak mengatur jadwal bermain agar tidak bentrok dengan jadwal tidur.
“Jadwal bermain saya nggak tentu. Kadang seharian, kadang beberapa jam aja. Tidur perhari juga nggak tentu. Kadang juga begadang,” kata Widi yang baru saja lulus dari jurusan manajemen Universitas Komputer Indonesia, Bandung, Jawa Barat.
Sementara itu, Elga yang masih berkuliah di jurusan agroteknologi Universitas Lampung berlatih selama empat hingga lima jam dalam sehari di persewaan Play Station. Biasanya, ia mulai berlatih bermain PES sejak 18.00 WIB hingga 22.00 atau 23.00 WIB. Bila mulai merasa jenuh dengan PES, Elga akan tinggal di rumah dan bermain gim di gawai.
Terlepas dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk latihan bermain PES, keduanya sepakat bahwa kehilangan konsentrasi menjadi momok ketika berlaga. Konsentrasi yang tidak konsisten dapat membuat mereka tertekan sehingga terbawa dalam permainan lawan.
Di lain pihak, Eddy Lim mengatakan, niat kuat untuk menjadi atlet e-sport mesti diimbangi kebugaran fisik atlet. Para atlet dianjurkan untuk latihan fisik dua sampai tiga kali dalam seminggu. Sebaliknya, durasi bermain gim yang ditekuni justru harus dibatasi.
“Dalam e-sport, jangan lantas atlet bermain berjam-jam non-stop. Itu tidak akan meningkatkan keahlian bermain. Atlet perlu kondisi fisik yang sehat untuk meningkatkan konsentrasi,” kata Eddy. Kondisi fisik yang bugar dapat membantu atlet e-sport berkonsentrasi lebih lama.
Eddy menambahkan, konsentrasi yang bagus berkat latihan fisik akan membantu para atlet menguasai keahlian bermain gim dalam waktu relatif lebih singkat. Kekuatan berpikir logis untuk menganalisis strategi permainan lawan akan membantu proses peningkatan keahlian.
Dari perspektif olahragawan, Ponaryo Astaman membenarkan perkataan Eddy. Berdasarkan pengalamannya, terdapat keterkaitan yang kuat antara latihan fisik dengan konsentrasi saat berlaga. “Itu bisa diraih dengan rutin berolahraga,” kata Ponaryo.
Ponaryo menambahkan, atlet e-sport yang telah mencapai level dunia sudah berlatih seperti atlet olahraga konvensional. Hal ini mencakup jadwal makan, jadwal tidur, latihan fisik, serta latihan bermain gim yang dibatasi.
Elga dan Widi selama ini baru berkompetisi hingga tingkat nasional. Mereka dikirim sebagai perwakilan Indonesia setelah memenangi kualifikasi nasional untuk Asian Games XVIII Juni lalu.
Keduanya memiliki gaya permainan yang berbeda. Widi mengandalkan taktik serangan balik, sementara Elga lebih menyukai penguasaan bola. Menanggapi hal tersebut, Ponaryo memuji pengetahuan kedua atlet akan strategi sepak bola.
“Mereka benar-benar punya pengetahuan tentang strategi, formasi, dan taktik. Hal-hal seperti ini penting untuk diketahui jika ingin sukses dalam bermain PES,” kata Ponaryo.
Olahraga elektronik akan menjadi ajang eksibisi dalam Asian Games XVIII mulai 26 Agustus—1 September 2018. Sebagai ajang eksibisi, atlet pemenang e-sport tidak akan mendapatkan medali meskipun eksibisi diadakan dengan format seperti turnamen olahraga pada umumnya.
Eksibisi PES 2018 akan diadakan pada 1 September. Menurut pemaparan Kurumada, akan ada delapan negara peserta yang dibagi ke dalam dua grup. Grup A berisi Hong Kong, Malaysia, Iran, dan Kazakhstan, sedangkan Grup B berisi Indonesia, Vietnam, Jepang, dan India. Vietnam dan Jepang dianggap sebagai lawan paling tangguh.
Mulai Asian Games 2022 di Hangzhou, Cina, e-sport akan menjadi cabang olahraga untuk memperebutkan medali. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)