JAKARTA, KOMPAS - PT MRT Jakarta memastikan dimulainya proses awal pengerjaan fase 2 MRT koridor selatan - utara. Hal ini ditandai dengan dibukanya lelang pekerjaan pembangunan gardu induk fase 2. Pada saat yang sama, lelang konsultan hingga penyusunan rancangan teknis dasar dan pengujian tanah terus berjalan.
Kepastian ini disampaikan William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta di tengah proses kesepakatan pinjaman pendanaan pembangunan fase 2 yang masih berjalan. Menurut Wiliam, proses pinjaman dana bagi pembangunan fase 2 sudah final. "Jepang mengatakan sudah tidak ada yang substantif lagi, pihak Pemerintah Indonesia juga (mengatakan hal yang sama). Tinggal proses administrasi," jelas William usai mengikuti pengujian sistem sinyal MRT, Kamis (23/08/2018).
Begitu ditandatangani, Kementrian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Jepang akan menyatakan nota kesepakatan. Kemudian untuk JICA dan Kementrian Keuangan akan menyiapkan dokumen kesepakatan pinjaman. "Untuk pinjaman, kamimenargetkan Agustus ini selesai," ujar William.
Proses pembangunan fase 2 dimulai dengan kontrak paket 200, yaitu pembangunan gardu listrik untuk menyuplai listrik di fase 2. Gardu listrik itu nantinya dibangun di dalam tanah di Kawasan Monumen Nasional. "Lelangnya sudah dimulai pada awal Agustus lalu," jelas William.
PT MRT saat ini menuntaskan pengetesan tanah di trase fase 2 dari Bundaran Hotel Indonesia menuju Stasiun Kampung Bandan sepanjang 8,3 kilometer (km).
Pengetesan Kesesuaian
Sejak 9 Agustus, PT MRT Jakarta melakukan pengujian dan pemeriksaan sistem sinyal MRT Jakarta. Dua pekan pertama, pengujian dilakukan tanpa menggunakan kereta. Mulai 20 Agustus, pengujian dilakukan dengan rangkaian kereta. Rangkaian kereta yang awalnya di depo, mulai dijalankan di trek utama. "Pengujian kereta MRT ini berjalan lima minggu lebih lama. Semua dicek. Mulai sistem sinyal, radio komunikasi, track work rail, kekuatan sistem, hingga keretanya sendiri," jelas William.
Untuk kereta-kereta berikutnya, yaitu kereta kedua dan seterusnya, hanya butuh sekitar 1 minggu uji coba. "Hal itu karena kereta pertama itu yang membuka jalan, yang lain tinggal cek kereta saja sampai bulan Desember. Di akhir Desember, kami akan mulai uji coba operasi karena kita butuh waktu tiga bulan sampai dengan Maret sebelum operasi komersial," jelasnya.
Pengujian dan pemeriksan yang berlangsung pekan ini diutamakan pada sistem persinyalan karena MRT dioperasikan dari pusat kendali operasi. Sistem sinyal memainkan peran vital untuk mengetahui keberadaan dan kondisi kereta. "Sinyal harus dipastikan dapat terkirim dari kereta ke pusat kendali operasi. Sehingga petugas di sana tahu posisi kereta seperti apa," jelas William.
Sistem sinyal kereta MRT tersebut, lanjut William, ada di setiap 200 meter sepanjang jalur MRT.
Selama lima minggu, pengujian sistem sinyal dengan kereta dilakukan dengan tiga kecepatan. Dua minggu ini sudah selesai dengan kecepatan maksimal 30 km per jam. Pekan depan, kecepatan ditingkatkan menjadi 50-60 km per jam. Sedangkan dicoba dengan kecepatan 80 km per jam - 100 km per jam pada segmen-segmen tertentu.
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta yang ikut dalam uji coba menyatakan apresiasinya atas kerja keras anak bangsa. Ia menyatakan perjalanan dengan kecepatan rendah itu cukup nyaman dan lancar. "Ke depan saat MRT beroperasi harus ada integrasi antarmoda angkutan baik BRT maupun MRT maupun dengan bus kecil," ujar Anies.
Rekomendasi LRT
Selain MRT, angkutan umum berbasis rel yaitu kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Selasa (21/8/2018). Rekomendasi itu menandai kesiapan LRT Jakarta menerima izin uji coba operasi dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Iwan Takwin, Direktur Proyek LRT Jakarta PT Jakarta Propertindo mengatakan rekomendasi yang ditandatangani Direktur Prasarana Perkeretaapian itu terdiri dari dua hal. Pertama, rekomendasi teknis dalam Rangka Uji Coba Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Fasilitas Operasi Kereta Api Ringan LRT Jakarta antara Stasiun Velodrome-Stasiun Kelapa Gading Mall.
Kedua, Rekomendasi Teknis Prasarana Perkeretaapian Jalur Ganda Layang (Elevated) dan Bangunan Kereta Api Ringan LRT Jakarta antara Stasiun Velodrome-Stasiun Kelapa Gading Mall. Sebelum melangkah lebih jauh, pihak Jakpro telah menginformasikan rekomendasi tersebut ke Dishub DKI.