Penanganan Pasca Gempa Lombok Memasuki Masa Pemulihan
JAKARTA, KOMPAS – Tahap tanggap darurat penanganan gempa Lombok berakhir pada Sabtu (25/8/2018). Selanjutnya penanganan pasca gempa akan dilanjutkan dengan tahap transisi darurat ke pemulihan sarana dam prasarana.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, saat ini pihaknya masih membahas periode transisi darurat ke pemulihan untuk penanganan dampak gempa Lombok. Selanjutnya hal itu akan ditetapkan Gubernur Nusa Tenggara Barat melalui surat keputusan penetapan transisi darurat ke pemulihan penanganan dampak gempa Lombok.
Dalam penanganan darurat bencana gempa Lombok, tahap transisi darurat ke pemulihan masih dalam status keadaan darurat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, pada penjelasan pasal 23 ayat (1), yang dimaksud status keadaan darurat bencana adalah sejak status siaga darurat, tanggap darurat, dan transisi darurat ke pemulihan.
Status transisi darurat ke pemulihan adalah kondisi penanganan darurat bersifat sementara atau permanen berdasarkan kajian teknis dari instansi yang berwenang. Dengan tujuan agar sarana prasarana vital serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat segera berfungsi, maka yang dilakukan sejak berlangsungnya tanggap darurat sampai dengan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi dimulai.
“Selama masa transisi darurat bantuan kebutuhan lanjutan yang belum dapat diselesaikan pada saat tanggap darurat dapat diteruskan, seperti untuk tempat hunian masyarakat bagi rumah yang hancur dan hilang akibat longsor,” kata Sutopo, Sabtu (25/8/2018), di Jakarta.
Sutopo menambahkan, untuk pemulihan fungsi sarana dan prasarana vital, biaya pengganti lahan, bangunan dan tanaman masyarakat juga untuk kebutuhan air bersih dan sanitasi, kebutuhan pangan, sandang, pelayanan kesehatan dan kebutuhan dasar lanjutan akan segera dilakukan setelah tanggap darurat bencana berakhir.
Penanganan darurat masih terus dilakukan. Pembersihan puing dilakukan di beberapa daerah terdampak, termasuk melayani permintaan warga untuk melaksanakan pembersihan.
Sutopo mengatakan, distribusi air bersih pun akan dilakukan. Berdasarkan laporan Organisasi Radio Amatir Indonesia (Orari) yang diterima BNPB, beberapa dusun di Desa Sokong belum menerima air bersih. Sementara di Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, 123 kepala keluarga belum mendapatkan air bersih selama seminggu karena belum bisa dijangkau oleh mobil tangki air.
Klaster penyelamatan atau evakuasi dari Basarnas melaporkan, tidak ada laporan dari warga untuk evakuasi atau penyelamatan. Namun, personel Basarnas akan siap di Posko Tanjung jika ada laporan untuk evakuasi dan penyelamatan serta menunggu arahan selanjutnya.
Layanan kesehatan
Dari klaster kesehatan melaporkan, 21.328 pasien dampak gempa Lombok sudah ditangani oleh Tim Pelayanan Kesehatan TNI. Jumlah pasien yang sakit dampak gempa Lombok di Kabupaten Lombok Utara terus berkurang.
Sutopo mengatakan, pelayanan kesehatan tetap memberikan layanan kesehatan dan perlindungan pada masyarakat. Tim akan menyiapkan fasilitas kesehatan yang akan dibangun, yaitu RSUD Tanjung dan 8 Puskesmas di Lombok Utara dan 2 Puskesmas di Lombok Timur.
“Saat ini sedang dipastikan ketersediaan tanah. Setelah pembangunan semi permanen, akan dikerahkan tenaga Nusantara Sehat yang biasa di daerah perbatasan untuk dikirimkan ke lokasi. Ke depan, pasien akan dipindahkan dari tenda untuk menghindari infeksi penyakit,” kata Sutopo.
Saat ini sedang dipastikan ketersediaan tanah. Setelah pembangunan semi permanen, akan dikerahkan tenaga Nusantara Sehat yang biasa di daerah perbatasan untuk dikirimkan ke lokasi.
Dari klaster Pemulihan Sarana Prasarana, dikerahkan 61 alat berat untuk membersihkan puing bangun. Sutopo mengatakan, pembuangan puing sudah dikoordinasikan dengan pemerintah daerah, yaitu di Gunung Sari, Griya Lingsar, Kayangan, Gangga, Pantai Montong, Pasar UKM Tanjung, Depan Kantor Camat Pamenang. Lokasi pembuangan akan terus bertambah dan akan berkoordinasi untuk mencari lokasi tersebut.
Logistik terus disalurkan.
Aparat TNI dikerahkan mengirim bantuan ke desa-desa terpencil yang sulit dijangkau dengan kendaraan roda 4. Distribusi logistik menggunakan sepeda motor karena desa-desa di Lombok Utara dan Lombok Timur di bukit dan daerah sulit diakses.
Di Sembelia Lombok Timur yang berada di perbukitan dan pegunungan, mendistribusikan logistik jauh lebih berat karena akses sulit dijangkau dan cuaca yang dingin. Bantuan dilakukan dengan berjalan kaki.
Sutopo mengatakan, untuk mempercepat distribusi logistik menggunakan helikopter ke Koramil Sembelia. Bantuan daging korban juga sudah dikirim ke Sembalun.
Dampak gempa telah menyebabkan 555 orang meninggal. Korban meninggal tersebar di Kabupaten Lombok Utara 466 orang, Lombok Barat 40 orang, Lombok Timur 31 orang, Lombok Tengah 2 orang, Kota Mataram 9 orang, Sumbawa Besar 5 orang, dan Sumbawa Barat 2 orang.
Sementara 390.529 orang masih mengungsi yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara 134.235 orang, Lombok Barat 116.453 orang, Lombok Timur 104.060 orang, Lombok Tengah 13.887 orang, dan Kota Mataram 18.894 orang. Pengungsi masih memerlukan bantuan logistik.
Gempa susulan masih sering terjadi dengan intensitas kecil. Sampai Jumat sore (24/8/2018), terjadi 1.089 kali gempa pasca gempa kekuatan M7. Dari 1.089 kali gempa susulan tersebut gempa yang dirasakan sebanyak 50 kali. (AGUIDO ADRI).